The Alchemists: Cinta Abadi

Lupa berkedip



Lupa berkedip

0Ia mengetik SMS singkat kepada Jan agar mengumumkan pembelian BMM oleh Schneider Group agar gosip tentang L tidur dengan pemilik BMM yang lama tidak lantas menjadi bola liar yang akan justru merusak karier gadis itu.     

[Baik] jawab Jan singkat. Ia sudah bisa menebak apa yang terjadi dan segera mengatur agar besok mereka mengadakan konferensi pers untuk mengumumkannya akuisisi BMM oleh Schenider Group. Ia sendiri yang akan tampil dan memberi keterangan.     

Sepuluh menit kemudian beberapa asisten studio datang membantu Nick dan London menyetel lampu lalu mereka membahas sedikit tentang konsep pemotretan yang diinginkan Nick. Penata gaya dan stylist tiba tidak lama kemudian. Lalu, tepat pukul 2 siang, L dan manajernya masuk ke studio dan pemotretan sesi pertama pun siap dilakukan.     

"Hai..." kata London menyapa L yang baru masuk. Gadis itu mengenakan pakaian serba biru dengan riasan glamour yang membuatnya sangat mengesankan. Untuk sesaat London mengerutkan bibirnya, kecewa. Ia sebenarnya lebih senang melihat L tampil tanpa makeup, seperti tadi saat mereka berpapasan di lorong. Wajahnya hanya disaput riasan sangat tipis. Ia terlihat sangat alami, namun cantik sekali.     

"Kenapa kau melihatku begitu?" tanya L tiba-tiba. Ia tidak menyukai ekspresi cemberut London yang menatap wajah penuh riasannya.     

London tertegun. Ia tidak mengira L akan mengajaknya bicara. Setelah beberapa kali berpapasan dan gadis itu selalu menganggapnya seolah tidak ada, ia sudah pasrah kalau kali ini L juga akan mengacuhkannya.     

Ternyata gadis itu malah menegurnya di saat ia tidak menduganya. London tak menyangka hatinya bisa menjadi demikian senang hanya karena gadis menyebalkan itu bicara kepadanya.     

"Kau bicara kepadaku?" tanya London memastikan.     

"Ya siapa lagi? Tadi kau menyapaku duluan, kan?" L kembali memutar bola matanya, seakan merasa menyesal sudah menegur London barusan.     

"Iya, betul. Tapi kau jangan salahkan aku kalau tidak segera bereaksi. Dari tadi kau memperlakukanku dengan sangat buruk," kata London berusaha membela diri. "Aku pikir kau tidak mau bicara denganku lagi."     

L mendelik mendengar jawaban London dan seketika pemuda itu merasa menyesal sudah membantah L.     

"Aku berusaha melupakan apa yang terjadi di antara kita, oke?" desis gadis itu dengan nada marah. "Kau pikir ini gampang buatku? Sepertinya kemana pun aku pergi kau ada di mana-mana. Akhinya, tadi di ruang rias aku merenung lama dan aku sudah memutuskan...."     

"Memutuskan apa?" tanya London keheranan.      

"Aku sudah mendengar bahwa kau sekarang bekerja di sini."     

"Kau yang bilang laki-laki harus bekerja dan punya ambisi," sahut London.     

"Benar. Aku senang melihatmu sepertinya sudah mulai punya ambisi. Tapi itu berarti aku terpaksa akan sering bertemu denganmu, walaupun aku tidak menyukainya. Daripada aku menyiksa diri dan menghindarimu terus-menerus, aku harus berusaha menghadapi kenyataan dan mengakui keberadaanmu." L menyipitkan matanya dan menatap London dengan tajam, "Tapi kalau sampai kau mengungkit-ungkit apa yang terjadi saat itu... aku akan membunuhmu."     

London terhenyak. Gadis ini selalu bicara besar, pikirnya.     

Tetapi di satu sisi ia merasa lega karena L ternyata cukup dewasa dan mengambil keputusan untuk menerima kenyataan, bahwa memang ia dan London adalah korban perbuatan Stephan dan ia tidak menyalahkan London atas apa yang terjadi. Bahkan ia tidak lagi berusaha menghindari pemuda itu.     

London kagum karena dalam waktu empat hari saja L sudah bisa menata hatinya dan move on dengan membenamkan dirinya dalam pekerjaan. Dalam hati ia hampir tidak percaya bahwa gadis sepintar dan sebijak ini umurnya baru 19 tahun. Berarti 8 tahun lebih muda dari dirinya sendiri.     

"Aku tidak akan mengungkit peristiwa itu," kata London dengan khimad sambil mengangkat satu tangannya. Memberi janjinya kepada L.     

Ia pun tidak ingin mengingat-ingat peristiwa memalukan itu. Walaupun kini, saat melihat L berdiri anggun di depannya, tanpa sadar pikirannya melayang ke peristiwa empat malam yang lalu ketika tubuh indah gadis itu terpampang polos di depannya, dan kulitnya yang halus itu bersentuhan dengan tubuhnya, dan payudaranya yang besar dan indah menempel ke dada London dan terasa begitu kenyal dan...     

PLAK!     

London harus menampar pipinya sendiri agar bayangan-bayangan indah itu hilang dari pikirannya. Ia adalah seorang pria sopan yang dididik dengan baik oleh ibunya, tetapi entah kenapa setiap melihat L berdiri di dekatnya, sekonyong-konyong otaknya menjadi kotor dan memikirkan berbagai hal mesum yang ingin dilakukannya kepada gadis itu.     

"Kau kenapa?" tanya L keheranan. Orang-orang di studio juga semua sudah menatap London yang tampak menyedihkan dengan telapak tangan kanannya menempel di pipi kanannya.     

"Uhm... tidak ada-apa... aku barusan menepuk nyamuk," katanya dengan setengah hati dan pura-pura menggaruk pipinya yang tidak gatal. London buru-buru menghampiri Nick yang sedang melihat komputernya dan mengambil beberapa tes foto.     

L yang melihat tingkah aneh London tanpa sadar langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan. Pipinya memerah. Ia menebak-nebak bahwa barusan London memikirkan tubuhnya sedang telanjang karena tatapan mata London berhenti di dadanya dan tiba-tiba pemuda itu menepuk pipinya sendiri...     

Ugh... dasar laki-laki, umpatnya dalam hati.     

***     

Pemotretan sesi pertama dan kedua berjalan dengan sangat lancar. L sungguh merupakan seorang artis profesional walaupun kariernya bisa dibilang masih cukup baru. Ia tidak pernah melakukan kesalahan dan dengan sangat alami ia berpindah dari satu pose ke pose berikutnya dalam waktu cepat.     

Nick sampai kesulitan memilih empat foto terbaiknya, karena hampir semua foto L yang diambilnya tampak sangat mengagumkan. Biasanya dengan model lain, ia perlu mengambil ratusan bahkan ribuan foto untuk dengan susah payah memilih dua atau tiga yang bagus. Tetapi dengan L, ia justru kesulitan memilih karena semuanya bagus-bagus.     

"Dia sangat alami di depan kamera. Benar-benar model idaman para fotografer," bisik Nick kepada London. "Sekarang aku jadi menyesal tidak mengambil sesi outdoor untuknya. Hasilnya pasti akan lebih bagus lagi."     

London berharap sesi hari ini bisa mengubah pemikiran Nick yang mengira L tidur dengan pemilik perusahaan untuk mendapatkan kontrak dan promosi ini.     

Memang sih, secara teknis itu yang terjadi... L memang tidur dengan London, dan London sekarang adalah pemilik Brilliant Mind Media, dan ia memang membantu karier L karena mereka pernah tidur bersama... tapi...     

Huh... kenapa jadi rumit seperti ini? pikir London kesal.     

Bisa dibilang gosip yang beredar memang benar, hanya saja mereka menggosipkan orang yang salah. Bos BMM sekarang adalah London sendiri, bukan si bandot tua itu.     

Apa pun itu, ia tidak mau L menjadi korban kedua kalinya dengan jadi sasaran gosip jahat. Maka jika Nick berubah pikiran tentang L, London berharap orang-orang lain juga akan berlaku sama. Mereka akan melihat bakat dan kemampuan L sendirilah yang membuatnya pantas untuk menjadi seorang superstar.     

"Jadi kau setuju kalau dia memang berbakat?" tanya London sambil tersenyum. "Kau harus mendengarnya menyanyi. Kau akan lebih menyukainya."     

"Benarkah? Banyak yang bilang suaranya bagus, tapi aku tidak percaya," kata Nick sambil mengangkat bahu.     

"Benar kok, suaranya bagus sekali, seperti Siren, peri laut yang menghipnotis itu," kata London. "Kau coba cari videonya sedang menyanyi di internet."     

"Kau ini menyukainya, ya? Dari tadi kau selalu membelanya," komentar Nick sambil menatap London dengan senyuman jahil.     

"Eh, aku? Tidak mungkin. Aku baru dua kali bertemu dengannya," cetus London sambil menggeleng kuat-kuat. "Lagipula orangnya sangat menyebalkan. Aku tidak mungkin menyukainya."     

Matanya tak sengaja menatap ke arah L yang sedang duduk di kursi rias dan rambutnya yang tadi digelung kini sedang diurai oleh stylist hingga turun ke bahunya.     

London ingat rambut gadis itu rasanya sangat halus dan memiliki wangi khas. Ia seperti bisa mencium bau rambutnya yang enak itu dari jarak 20 meter ini.     

Nick melambai-lambaikan tangannya ke depan London, "Kau sampai lupa berkedip."     

"Eh..." London buru-buru mengerjap-kerjapkan matanya dan pura-pura tidak mendengar ucapan Nick lalu kembali melihat ke monitor dan memilih foto.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.