The Alchemists: Cinta Abadi

Empat bulan kemudian



Empat bulan kemudian

0"Apakah Tuan benar-benar tidak ingin tahu gender anak Tuan berikutnya?" Aleksis berkali-kali menggoda Alaric yang sedang sibuk membaca sesuatu di tabletnya.     

"Untuk kesepuluh kalinya hari ini, aku bilang tidak. Kalau kau masih menggangguku aku akan menonaktifkanmu sampai anakku lahir," kata Alaric tegas.     

Sang asisten digital terdengar tidak puas. "Bukankah menyenangkan sekali kalau bisa mengetahui apa gendernya? Jadi Tuan dan Nyonya bisa mempersiapkan perlengkapan bayi sesuai gender yang diinginkan. Aku akan senang sekali berbelanja keperluan anak perempuan."     

"Ini tahun 2050, laki-laki atau perempuan sama saja. Tidak ada gunanya berbelanja keperluan bayi sekarang. Dengan kekayaanku, tidak ada yang tak dapat kusediakan bagi anakku setelah dia lahir." Alaric tidak mengangkat wajahnya sama sekali.     

"Kau sedang bicara dengan siapa?" tanya Aleksis, istrinya, yang baru masuk ke ruang kerja sambil membawa bunga-bunga yang baru ia petik dari taman di belakang mansion mereka di tangan kirinya, dan vas di tangan kanan.     

"Asistenku yang menyebalkan. Entah kenapa aku masih belum menonaktifkannya," omel Alaric.     

"Jangan, aku suka Aleksis Digital. Dia tidak membosankan," kata Aleksis sambil tersenyum.     

"Terima kasih, Nyonya." Terdengar jawaban Aleksis Digital menanggapi kata-kata Aleksis. "Ngomong-ngomong Anda cantik sekali hari ini."     

Aleksis menoleh kepada Alaric sambil tersenyum tambah lebar. "Tuh, kan, dia menyenangkan."     

"Aku memanggilmu cantik setiap hari, apakah kata-kata dariku tidak cukup?" kata Alaric, akhirnya mengangkat wajahnya. Untuk sesaat ia tampak terpaku menatap istrinya, kemudian senyum lebar tersungging di bibirnya. "Dia benar... hari ini kau bahkan lebih cantik dari biasanya."     

Aleksis tampak tersipu-sipu mendengar pujian ini dan wajahnya yang kemerahan justru membuat suaminya menjadi terpukau.     

Alaric meletakkan tabletnya di meja lalu menghampiri Aleksis dan memeluk pinggangnya. "Ini pasti balasan atas nasib burukku selama seratus tahun, sekarang aku dikaruniai perempuan terbaik di dunia."     

Ia menciumi leher Aleksis mulai dari tengkuknya lalu diteruskan ke leher samping dan kemudian ia memutar tubuh gadis itu agar menghadapnya dan kemudian menundukkan kepalanya dan mencium bibir istrinya dengan tidak puas-puasnya.     

Aleksis meletakkan bunga-bunganya di meja dan memeluk leher Alaric sambil membalas ciumannya. Mereka kemudian saling meraba ke balik pakaian masing-masing dan hampir saja melucuti pakaian kekasihnya untuk melangkah lebih jauh ketika tiba-tiba terdengar suara dehaman.     

"Selamat siang, Tuan. Tamu-tamu Anda sudah datang."     

Di tengah keduanya asyik bercumbu, terdengar suara Luna menggugah Alaric dan Aleksis sehingga dengan enggan keduanya melepaskan diri.     

"Maaf, aku harus mengurus sesuatu." Alaric mengusap pipi istrinya dan menciumnya sekali lagi kemudian mempersilakannya duduk di sofa sementara ia mengaktifkan sambungan Virconnect dan menerima tamu-tamunya untuk rapat di kantornya di RMI Tower.     

Selama beberapa bulan terakhir, Alaric hampir tidak datang ke kantor. Ia mendelegasikan banyak pekerjaan kepada orang-orang kepercayaannya dan segala sesuatu yang bisa dilakukan dari jarak jauh akan ia kerjakan lewat sambungan Virconnect, seperti rapat kali ini dengan direksinya.     

Aleksis duduk di sudut sambil mengatur bunga-bunga di dalam vas. Ia sesekali memperhatikan Alaric bekerja. Selama beberapa bulan terakhir ini ia melihat sangat banyak perubahan terjadi pada suaminya. Entah kenapa beberapa proyek tingkat tinggi yang dapat menggantikan pekerja manusia dengan lebih efisien lagi justru ditahan olehnya, walaupun sudah bisa diluncurkan oleh RMI.     

Dan kini mereka tampak menyiapkan program pendidikan mandiri yang bisa diakses semua orang secara gratis. Aleksis curiga kini Alaric menjadi lebih lunak karena ia sudah menjadi seorang ayah dan ia dapat lebih berempati kepada kaum pekerja yang harus kehilangan pekerjaan mereka karena digantikan mesin sehingga mereka tidak dapat menafkahi anak-anaknya.     

Ia masih bersikeras bahwa manusia perlu mendapatkan sertifikasi khusus sebelum diizinkan memiliki anak, tetapi kini ia tidak terlalu kesal membicarakannya. Semua perubahan ini membuat Aleksis sangat bahagia. Ia tahu bahwa dasarnya Alaric adalah seorang laki-laki yang baik hati, dan ia ingin orang-orang di luar sana juga melihat hal yang sama yang dilihatnya selama ini.     

Reputasi Alaric sebagai pria dingin yang tidak punya perasaan selama beberapa tahun belakangan ini sudah cukup melekat pada dirinya dan dengan getir Aleksis menyadari bahwa orang-orang akan perlu waktu jauh lebih lama untuk melihat dan mengakui perubahan pada suaminya itu.     

***     

Setelah rapatnya selesai Alaric mengajak Aleksis untuk bertualang di kapal catamarannya yang baru. Selama di Singapura, mereka hampir setiap minggu berlayar.     

Sama seperti Lauriel yang sangat menyukai keheningan dan kedamaian suasana di tengah laut, di mana hanya ada dirinya dan Aleksis serta ikan-ikan di laut dan burung di udara, Alaric juga suka menghabiskan waktunya di laut bersama Aleksis dan calon anak mereka.     

Keduanya hanya duduk bersantai dan bercakap-cakap atau bermain, benar-benar tanpa beban. Kehamilan Aleksis sudah memasuki bulan kelima dan akhir-akhir ini emosinya sudah berubah menjadi jauh lebih baik. Tidak lagi terdengar tangis di rumah mereka setiap hari seperti di bulan-bulan pertama. Suasana menjadi sangat damai.     

"Sudah bulan kelima," kata Aleksis tiba-tiba sambil menoleh ke arah Alaric yang sedang membersihkan kulit telur rebus dan mengambil beberapa sayuran segar dari kulkas.     

Alaric mengangkat wajahnya dan mengangguk. "Benar. memangnya kenapa?"     

"Kau masih tidak ingin tahu gender anak-anak kita?" tanya Aleksis.     

"Anak-anak?" Seketika Alaric menghentikan pekerjaannya. "Memangnya kembar lagi? Apa kata dokter Sam?"     

Wajahnya tampak berseri-seri dan untuk sesaat Aleksis menjadi merasa bersalah karena membuat suaminya mendapat harapan. "Uhm... aku hanya bercanda. Aku juga tidak tahu. Aku masih meminta dokter untuk menyembunyikannya, kok. Maaf ya..."     

"Oh..." Alaric mengangguk, lalu kembali meneruskan mengiris sayuran dan mengupas telur rebus. "Aku pikir kau tadi sungguh-sungguh."     

"Aku juga tidak tahu," kata Aleksis dengan suara manja. "Sama sepertimu, aku ingin itu menjadi kejutan. Astaga... kita ini orang tua kuno sekali ya. Di zaman seperti ini masih mau menjadikannya kejutan."     

"Aku memang kuno," jawab Alaric sambil tersenyum simpul. Tangannya lincah mengirisi sayuran di talenan dan kemudian menaruhnya di mangkuk. "Kau lupa aku lahir tahun berapa?"     

"Ahahaha.. kau benar." Aleksis mengamati pekerjaan Alaric membuat yang kini terlihat semakin bagus. Wajahnya tampak berbinar-binar bahagia.     

Minggu lalu Aleksis mengeluh betapa ia merindukan masakan ayahnya. Keesokan harinya ia melihat Alaric berbincang-bincang dengan Caspar lewat Virconnect tentang makanan kesukaan Aleksis karena ia ingin memanjakan istrinya dengan masakannya sendiri. Caspar dengan senang hati berbagi resep dan mengajari Alaric satu dua makanan yang gampang dibuat. Salah satunya adalah Caesar salad yang sekarang sedang dibuatnya.     

Pekerjaannya sekarang terlihat jauh lebih rapi daripada 18 tahun yang lalu, pikir Aleksis. Dengan penuh perhatian ia mengamati Alaric menyelesaikan hidangan makan malam mereka. Walaupun ia hendak membantu, Alaric melarangnya ikut campur, karena Aleksis pernah berusaha membantunya pada suatu kali dan berakhir hampir membakar rumah mereka karena gadis itu lupa sedang meninggalkan panci di atas kompor.     

"Kau duduk yang manis saja di tempat tidur, aku akan membawakan dinner in bed untuk kita," Alaric menepuk tangan nakal Aleksis yang mencoba mencicipi saladnya yang hampir selesai. "Jangan cicip sekarang. Biar rasanya menjadi kejutan untukmu."     

"Ugh..." Dengan menggerutu Aleksis akhirnya menurut. Ia duduk di tempat tidur di kabin sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Ia berkali-kali melongok ke arah dapur untuk melihat apakah Alaric sudah selesai.     

Sepuluh menit kemudian suaminya datang dengan sebuah nampan berisi peralatan makan, Caesar salad, dan hidangan masak yang dipanaskannya di microwave.     

"Sebentar, aku ambilkan minum untuk kita." Ia menaruh nampannnya di meja kecil di samping tempat tidur lalu bergegas keluar dan kembali beberapa menit kemudian dengan jus segar di dua buah gelas. "Mari kita makan."     

Aleksis sangat senang dimanjakan seperti itu. Mereka makan malam diterangi cahaya lilin yang romantis dan berbincang-bincang tentang hal remeh. Setelah selesai dan peralatan makan malam mereka disingkirkan, keduanya duduk di tempat tidur sambil mengamati angkasa malam dari atap kapal yang dibuka, menunjukkan milyaran bintang di langit.     

"Kau tahu, salah satu anak perusahaanku, SpaceLab, sedang mengembangkan teknologi baru untuk menjelajah angkasa dengan lebih efisien," kata Alaric sambil menunjuk ke langit. "Suatu hari nanti, aku ingin mengajakmu melihat angkasa dan bintang-bintang sedekat mungkin dari mereka."     

Aleksis menatap Alaric dengan pandangan kagum. "Aku akan menantikan saat itu tiba."     

Mereka saling bertatapan dan kemudian melihat angkasa bersama-sama. Ketika pandangan keduanya kembali tertuju pada masing-masing, Alaric mencium bibir Aleksis lama sekali.     

"Aku tidak sabar hidup selamanya bersamamu dan berbagi hidup denganmu," bisiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.