The Alchemists: Cinta Abadi

Luna & Lauriel



Luna & Lauriel

0230 TAHUN YANG LALU:     

Keluarga Linden terkenal dengan pesta-pesta paling meriah dan perayaan yang megah. Sebagai salah satu keluarga bangsawan paling terkemuka di Inggris, undangan dari keluarga Linden berarti kehormatan besar bagi yang menerimanya. Maka pesta kali ini menimbulkan rasa penasaran yang besar di hati orang-orang karena undangannya disebarkan kepada semua anggota kaum Alchemists tanpa kecuali.     

Biasanya hanya orang-orang dari kalangan bangsawan yang dianggap cukup pantas untuk menghadiri pesta keluarga Linden. Namun khusus untuk pesta perayaan ulang tahun putri kedua Keluarga Linden ini, Lord dan Lady Linden dengan murah hati mengirimkan undangan kepada semua orang yang masuk dalam registri klan, baik itu bangsawan atau ilmuwan biasa, kaya ataupun miskin.     

Undangan disebar dua tahun sebelumnya, untuk memastikan semua anggota klan yang tersebar di seluruh Eropa maupun yang sedang bertualang di lautan dan benua lain dapat menerimanya dan hadir tepat waktu.     

Luna Linden terkenal karena kecantikannya, tetapi hingga kini hanya sedikit orang yang bisa menjamin kebenaran gosip bahwa putri bungsu keluarga Linden ini memang memiliki wajah rupawan karena jarang ada yang melihat wajahnya. Ia hampir tak pernah hadir di pesta-pesta mewah yang diadakan keluarganya sehingga kalaupun ia berpapasan dengan anggota klan di suatu tempat di dunia, mereka mungkin tidak akan pernah mengira ia adalah Luna Linden.     

Dan nakalnya lagi, Luna justru ikut menyebarkan desas-desus bahwa putri bungsu keluarga Linden sebenarnya buruk rupa atau cacat wajahnya akibat disepak kuda sewaktu ia masih kecil, dan cacat fisiknya tidak pernah pulih.     

Ia tahu pasti bahwa pesta ulang tahunnya yang ke-200 yang akan diadakan secara besar-besaran oleh orang tuanya itu bukan hanya untuk merayakan kelahirannya, melainkan untuk mencarikannya jodoh dari antara pria-pria Alchemist yang masih bujangan. Kakaknya menikah di usia 80 tahun, dan sudah mempunyai dua orang anak dewasa, sementara ia sendiri, di usianya yang hampir menginjak dua abad, belum pernah memiliki kekasih.     

Itu sama sekali bukan karena Luna kurang cantik, malahan ia adalah salah satu gadis tercantik di klan mereka yang terdiri atas manusia-manusia sempurna itu. Orang-orang yang pernah melihat Portia dan mengakui kecantikannya tentu akan setuju bahwa Luna malah lebih cantik dari Portia. Luna hanya tidak memiliki keanggunan seorang putri bangsawan. Ia lebih menyukai berkuda dan bermain pedang daripada menyulam dan berdandan.     

Begitu usianya menginjak 100 tahun, ia berhasil memaksa orang tuanya untuk mengizinkannya bertualang keliling dunia. Tentu saja selalu ada beberapa ksatria yang membuntuti dan melindunginya dari jauh, karena Luna sangat menarik perhatian dengan kecantikannya yang gemilang dan rambutnya yang panjang keunguan.     

Keputusan itu menjadi hal yang paling disesali orang tuanya, karena sejak ia pergi bertualang, Luna hanya pulang sepuluh tahun sekali menjenguk ibunya. Ia terlalu senang mengembara dan menikmati waktu bertualang di negeri-negeri yang jauh.     

Pada usia Luna yang hampir dua abad, akhirnya Lord dan Lady Linden memutuskan bahwa mereka harus mencarikan jodoh untuknya. Karena itulah pesta besar itu diadakan. Luna tidak dapat menolak, karena ia telah berjanji kepada ibunya bahwa ia akan menghadiri pesta ulang tahunnya sendiri.     

"Tapi kalian tidak boleh memaksaku menikah dengan siapa pun yang tidak aku inginkan. Aku bersedia bertemu lelaki yang datang, tetapi aku tidak menjamin akan jatuh cinta. Aku tidak mau menikah tanpa cinta," kata Luna dalam balasan suratnya kepada ibunya.     

Gadis itu menulis surat balasannya buru-buru dengan pena bulu sambil melahap paha sapi panggang di depannya. Ia sedang duduk di sebuah penginapan kecil di kota pelabuhan di Prancis Selatan tempatnya berada dan memutuskan untuk menulis surat kepada ibunya. Hari sudah hampir gelap dan kantor kurir akan segera tutup. Ia tak punya waktu mencari kurir besok pagi karena kapal yang akan ditumpanginya ke Porto berangkat dini hari.     

Ia memutuskan untuk menghabiskan beberapa bulan di Porto dan kemudian lanjut ke Lisbon, sebelum kemudian pulang ke istana orangtuanya di Yorkshire, Seharusnya masih cukup waktu baginya untuk bersenang-senang sedikit.     

***     

Lauriel hanya memutar bola matanya dengan jengkel karena Esso, Neo, Endo dan Petra tak henti-hentinya membicarakan tentang pesta besar keluarga Linden sejak sebulan terakhir. Ia sudah menuruti permintaan mereka untuk mendarat dan bepergian ke Inggris untuk menghadiri pesta itu, tetapi ia tidak mengira mereka akan terus-menerus membahas secantik apakah Putri Luna itu, dan apakah mereka dapat memikat hatinya atau tidak.     

"Kalian ini bisa diam tidak, sih?" tanya Lauriel akhirnya mulai kesal. Ia menggigit sebatang bunga rumput yang terselip di antara bibirnya dan dari tadi mencoba tidur, tetapi keempat pemuda yang demikian bersemangat berbincang-bincang di dalam keretanya membuatnya tidak bisa tidur. "Yang kudengar gadis itu wajahnya bengkok-bengkok karena sewaktu kecil dulu dia tersepak kuda."     

"Astaga...! Tidak mungkin... Ada orang yang bilang dia jauh lebih cantik dari Putri Portia, sepupunya." protes Esso.     

"Mungkin, kalau dia tidak tersepak kuda, wajahnya secantik Portia." komentar Lauriel dengan nada malas. "Tapi kenyataannya, orang tuanya sampai mengundang semua laki-laki yang masih bernapas untuk datang ke pesta ini, menandakan bahwa keluarganya sudah putus asa dan akan menikahkan dia dengan siapa saja yang mau."     

"Ah... aku tidak keberatan kalaupun wajahnya rusak dan bengkok-bengkok... ada begitu banyak hal berharga dari Putri Luna yang lebih penting dari sekadar penampilan fisik," kata Neo sambil menyeringai, "Keluarganya sangat terhormat dan luar biasa kaya... Kalau dia mau menikah denganku, aku akan pensiun ikut Bos Lauriel mencari harta keliling dunia."     

Teman-temannya tertawa mengiyakan. Lauriel hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Keempat pemuda itu adalah petualang yang sudah mengikutinya beberapa puluh tahun dan ia sangat menyukai mereka. Tentu kalau ada di antara mereka yang beruntung bisa menikah dengan putri bangsawan dan pensiun untuk menikmati hidup mewah, ia akan mendukungnya.     

Lauriel sendiri merupakan anak lelaki satu-satunya dari keluarga bangsawan Medici di Italia dan ia tidak menganggap penting latar belakang keluarganya. Dengan mudah saja ia dapat datang ke berbagai pesta keluarga bangsawan, tidak seperti para anak buahnya yang berasal dari kalangan biasa, tetapi Lauriel pada dasarnya bukanlah orang yang menyukai keramaian.     

Sudah lebih dari 200 tahun ia habiskan dengan berkeliling dunia, meninggalkan keluarganya di Grosetto, hanya pulang beberapa puluh tahun sekali.     

Ia bersedia datang ke Pesta Keluarga Linden kali ini hanya demi anak-anak buahnya yang belum pernah menghadiri pesta bangsawan seumur hidup mereka. Ia harus memastikan para pemuda itu tidak tampil memalukan karena tidak tahu tata krama.     

"Baiklah... kalau kalian ada yang berhasil menikahi si gadis Luna itu, aku akan memberi hadiah pernikahan satu peti harta rampasan Black Bart yang kusembunyikan di Karibia. Aku tak mau kalian menikahi putri bangsawan dengan tangan hampa." kata Lauriel akhirnya, "Tapi aku tidak mau lagi mendengar nama itu sampai kita tiba di Yorkshire."     

Anak buahnya sangat terkesan dengan kemurahan hati Lauriel dan memberi tanda mengunci bibir masing-masing sambil tertawa senang. Akhirnya Lauriel bisa menikmati tidur siang yang damai di sepanjang sisa perjalanan mereka menuju istana Keluarga Linden.     

***     

Lady Emma Linden menjerit tertahan saat melihat Putri Luna keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sangat tidak sesuai untuk seorang putri bangsawan, apalagi sebagai tuan rumah pesta terbesar dalam sejarah kaum Alchemists.     

"Apa-apaan itu? Kenapa kau menutup wajahmu dengan topeng???" tanya Lady Linden dengan suara menahan kekesalan. "Seharusnya kau tampil secantik mungkin agar para putra bangsawan yang datang bisa melihat bahwa kau itu layak dijadikan istri. Bayangkan Andrew Flamel, Ned Lewis, dan Caspar Schneider akan datang... Bahkan mungkin Lauriel Medici juga. Apa kau tidak mau mendapatkan hati mereka???"     

"Aku tahu Caspar, dia itu playboy yang senang mempermainkan perempuan. Ned dari dulu menyukai Portia, dan aku tahu Portia pun menyukainya sejak mereka bertemu di festival 10 tahunan di Skotlandia dulu. Andrew Flamel sifatnya buruk, dan semua orang tahu Lauriel Medici tidak suka keramaian, dia tidak mungkin datang ke pesta. Jadi yang tersisa adalah pria-pria biasa yang tidak perlu dibuat terkesan," jawab Luna sekenanya. "Lagipula... kalau sampai aku menikah dengan laki-laki biasa, aku harus memastikan mereka mencintaiku karena kepribadianku, bukan karena penampilan fisikku atau kekayaan keluarga kita."     

Ia memasang topeng berbentuk kepala serigala di wajahnya dan berjalan keluar dengan langkah-langkah ringan. Lady Emma hanya bisa mendesah kesal sambil memijit keningnya. Ia menjentikkan jarinya dan pelayan yang paham akan perintahnya segera tergopoh-gopoh menghampirinya dengan satu baki berisi satu gelas wine terbaik.     

"Oh Tuhan ... semoga saja Luna menemukan calon suami malam ini," desis Lady Emma sebelum meneguk habis wine-nya.     

***     

Luna berjalan-jalan di antara para tamu dengan acuh. Ia tidak merasa perlu bersikap anggun karena tidak seorang pun mengenalinya dengan penampilan seperti lelaki dan topeng serigala yang dikenakannya.     

Ia tidak sungguh-sungguh akan menghadiri pestanya sepanjang malam dengan penyamaran, ia tidak sampai hati berbuat begitu dan membuat ibunya kesal. Tetapi sebagai gadis yang didesak untuk segera mencari calon suami, ia merasa harus dapat mengetahui sifat dan sikap asli para tamu pria yang hadir di pestanya, saat mereka tidak mengenalinya.     

Jika ia langsung tampil sebagai putri tuan rumah, ia takut mereka semua hanya akan bersikap pura-pura baik di depannya dan menyembunyikan perilaku mereka yang mungkin tidak sopan atau busuk.     

Ia harus mengakui selera ibunya sangat tinggi. Semua yang ada di pesta ini begitu berkelas dan megah, mulai dari penataan ruangan. musik dan hiburan lainnya, serta makanan dan minuman yang disajikan.     

Tamu-tamunya kali ini jauh lebih banyak dari biasanya, karena orang tuanya berkenan mengundang tamu dari berbagai kalangan. Ada lebih dari 500 orang yang hadir, sungguh angka yang sangat besar.     

Di sudut ruangan yang agak temaram, ia melihat Portia sedang duduk berbincang-bincang dengan Ned dengan wajah sumringah. Rambut sepupunya itu sangat mirip dengannya, berwarna platinum keunguan, tetapi rambut Luna sedikit lebih pendek karena ia sangat aktif, sementara Portia mungkin bisa menghabiskan dua jam sehari hanya untuk merawat rambutnya. Luna mana punya waktu sebanyak itu.     

Di tengah ruangan, hampir menjadi pusat perhatian semua gadis, ada Caspar Schneider, putra ketua klan yang selalu memiliki gadis berbeda dalam rangkulannya. Pemuda itu terkenal sebagai playboy dan Luna sungguh tak sabar melihat suatu hari nanti Caspar menerima hukuman karma atas perbuatannya yang senang bergonta-ganti kekasih.     

Ugh... Andrew Flamel tampak sedang menikmati minumannya bersama Alexei Meier. Mereka terlihat sedang bicara sangat serius. Luna menyayangi keponakannya itu, tetapi ia tak mau datang menyapanya saat Alexei berbicara dengan Andrew Flamel. Lebih baik ia kembali nanti saja.     

"Bos Lauriel, setidaknya tunggulah sampai putri tuan rumah menampakkan diri. Aku ingin sekali taruhan denganmu dan memenangkan satu peti harta."     

Luna tertarik mendengar pembicaraan dari meja di belakangnya. Ia segera menoleh dan memperhatikan kelompok kecil yang terdiri dari 5 pria berpenampilan sederhana. Orang yang dipanggil Bos Lauriel duduk membelakangi Luna sehingga ia tak dapat melihat wajahnya.     

Lauriel? Tidak mungkin ini Lauriel Medici, kan? pikir Luna. Setahunya Lauriel tidak menyukai keramaian.     

Apakah Lauriel juga tertarik untuk menikahinya sehingga ia turun ke daratan dan datang ke pesta keluarga Linden?     

Hmm... menarik sekali.     

"Baiklah. Kau mau taruhan apa?" tanya Lauriel dengan suara malas.     

"Aku taruhan bahwa Putri Luna itu cantik. Kalau aku kalah, aku akan bekerja untukmu tanpa gaji selama 20 tahun," kata Petra tegas.     

Lauriel tertawa. "Hmm.. baiklah. Aku bilang gadis Luna itu wajahnya seperti gosip yang tersebar di luar sana, bahwa wajahnya cacat akibat disepak kuda. Kalau aku kalah, kau akan mendapatkan satu peti harta Black Bart, supaya kau bisa melamarnya."     

Lauriel sama sekali tidak sungguh-sungguh dengan taruhannya. Ia asal saja menyebut Luna berwajah jelek agar ia kalah taruhan dan bisa memberikan satu peti harta kepada Petra. Ia tak ingin Petra datang kepada keluarga Linden dengan tangan hampa.     

Tetapi Luna sama sekali tidak mengetahui maksudnya. Kata-kata Lauriel dianggapnya sebagai penghinaan karena diucapkan sambil tertawa. Ia ingin sekali membuat Lauriel merasakan akibatnya.     

"Baiklah, Tuan Medici... kau baru saja kehilangan satu peti harta..." gumam Luna pelan. Ia mengerucutkan bibirnya dan segera berjalan dengan langkah-langkah panjang kembali ke kamarnya.     

"Kau mau kemana?" tanya ibunya yang berpapasan dengannya di lorong, "Acara akan segera dimulai."     

"Aku mau ganti baju," kata Luna cepat.     

Setengah jam kemudian ia keluar dari kamarnya dengan gaun panjang indah berwarna ungu, rambut yang sebagian disanggul di atas kepalanya dan sebagian lagi digerai indah hingga ke punggungnya. Langkah-langkahnya anggun dan stabil. Wajahnya yang sangat cantik tampak hampir seperti bercahaya ketika ia melangkah masuk ke dalam aula.     

Suasana tiba-tiba menjadi hening, saat satu demi satu tamu menyadari kehadirannya. Meja Lauriel termasuk meja yang paling sunyi saat kelima pria yang tadi sedang asyik menikmati wine itu menoleh ke arah pintu masuk dan tampaklah gadis paling cantik yang pernah mereka lihat.     

Luna tersenyum manis sekali dan mengangkat tangannya menyapa para tamu, "Selamat malam semuanya, terima kasih telah datang ke pesta ulang tahunku..."     

Pandangannya menyapu ke meja Lauriel dan kelompoknya dan seketika Luna tertegun. Ia mengenali Lauriel dari pakaiannya, karena tadi ia hanya melihat punggungnya dari belakang.     

Sekarang ia bisa melihat wajah pemuda itu dan Luna harus mengakui bahwa penampilan Lauriel sangat mengesankan. Pemuda itu sangat tampan dengan tubuh tinggi besar dan sepasang mata biru-hijau yang unik sekali,     

Mata biru hijaunya itu kini sedang menatap Luna dengan ekspresi yang tidak berubah, seolah Luna bukanlah perempuan paling cantik yang pernah dilihatnya. Sesisip perasaan kesal menyelinap ke dalam dada Luna karena ia menyadari mata semua pria di ruangan itu sedang menatapnya kagum, tetapi Lauriel tidak terlihat terkesan.     

Apakah Lauriel Medici itu gay? Apakah terlalu lama bertualang di laut membuatnya mati rasa terhadap perempuan? pikir Luna kesal. Akhirnya gadis itu menjadi tidak sabar. Ia berjalan menghampiri rombongan Lauriel dan menghentikan langkahnya tepat di depan wajah Lauriel.     

"Kau Bos Lauriel, bukan?" tanyanya sambil menatap lurus ke mata pria itu. Lauriel agak terkejut tetapi ia mengangguk saja. Luna menoleh sedikit kepada Petra lalu kembali mengarahkan pandangannya kepada Lauriel, "Kau kalah taruhan satu peti harta. Seperti yang kalian bisa lihat, wajahku tidak cacat akibat disepak kuda."     

Lauriel mengangkat alisnya keheranan, begitu juga Endo, Neo, Esso dan Petra. Mereka tidak mengerti bagaimana gadis itu bisa mengetahui tentang taruhan mereka. Sebelum mereka sempat bertanya, Luna telah berbalik dan pergi meninggalkan mereka, lalu bergabung dengan ibunya di tengah aula.     

Kelima pria itu saling berpandangan, seolah berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.     

"Astaga... Bos Lauriel... sepertinya Putri Luna menyukaimu...." cetus Petra, "Aku tidak akan melamarnya karena sudah jelas ia menyukaimu, tapi aku akan tetap menyimpan peti harta darimu, karena aku sudah menang taruhan."     

Lauriel menoleh ke arah Luna yang sama sekali tidak melihatnya, sibuk berbincang-bincang dengan ibu dan kakaknya serta Portia. Gadis itu cantik sekali, dan tadi saat ia berdiri tepat di depan Lauriel dan menatap lurus kepadanya dengan berani, dadanya merasa bergetar. Gadis itu memiliki sikap yang sangat ringan dan acuh, tapi jauh dari kesan angkuh seperti kebanyakan putri bangsawan.     

"Bos... bagaimana pendapatmu tentang Putri Luna?" tanya Petra lagi. "Dia cantik sekali..."     

Lauriel meneguk wine-nya dan menggeleng, "Kau tahu peraturanku, Petra. Tidak boleh ada wanita di kapal. Aku tidak mau berhenti bertualang dan menikah dengan siapa pun saat ini. Dan tidak ada wanita yang bisa hidup di kapal. Jadi kau sudah tahu jawabannnya."     

Ketika pertama kali bertemu dengan Lauriel di pesta ulang tahunnya, Putri Luna sudah jatuh cinta kepada Lauriel dan bertekad untuk mengejar pria itu. Sebagai seorang bujangan yang sangat terkenal, Lady dan Lord Linden sebenarnya menyukai Lauriel, tetapi mereka mengetahui reputasi Lauriel lebih baik dari anak mereka.     

Mereka tahu Lauriel tidak akan mau berhenti bertualang dan menikah lalu diam di suatu tempat untuk membangun keluarga. Mereka kuatir Luna akan menjadi patah hati kalau ia terus mengejar Lauriel.     

Namun Luna bukanlah gadis biasa. Saat mengetahui tentang peraturan ketat Lauriel di kapalnya yang tidak mengizinkan adanya wanita di kapal, gadis itu dengan berani menyamar sebagai laki-laki dan meminta bergabung dengan The Wolf Pack sebagai anggota baru, agar ia dapat selalu dekat dengan Lauriel.     

Luna yang tangguh dan sangat mahir berkelahi seperti laki-laki berhasil mendekati Lauriel dan tinggal di sampingnya selama puluhan tahun sebagai bagian dari The Wolf Pack, hingga pada suatu kali, penyamarannya dibongkar oleh Caspar si playboy itu.     

Ughh... akhirnya Luna terpaksa pergi karena Lauriel dengan tegas menolak adanya wanita di kapal, dan Caspar brengsek itu bisa mengenali tubuh perempuan bagaimanapun Luna berusaha menyembunyikannya. Luna sudah merasa putus asa akan cintanya, dan sudah siap untuk hidup sendirian selamanya, ketika tiba-tiba Lauriel datang ke Yorkshire untuk menjemputnya. Pria itu akhirnya menyadari ia telah jatuh cinta kepada Luna setelah gadis itu pergi.     

Hingga saat terakhir, Lauriel masih belum mau menikah dan menetap di suatu tempat untuk membangun keluarga. Untunglah Luna yang sama-sama pecinta petualangan seperti dirinya dapat mengikutinya ke seluruh dunia. Mereka hanya berpisah ketika Luna akhirnya mengandung anak mereka salah mengira Lauriel tidak menginginkan kehamilannya.     

Kesalahpahaman ini berakibat pada kesedihan yang berkepanjangan pada keluarga mereka, hingga lebih dari seratus tahun lamanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.