The Alchemists: Cinta Abadi

Pasangan yang bahagia



Pasangan yang bahagia

0London dan Rune hanya mengikuti langkah Alaric di belakangnya dalam diam. Mereka sudah tahu latar belakang Alaric yang penuh kekerasan dan kali ini mereka menyaksikan sendiri bagaimana ia menangani masalah. Untungnya tadi ia mendengarkan kata-kata Aleksis dan tidak membunuh sendiri Elien dengan tangannya.     

Namun demikian, mereka bisa menduga betapa akan mengerikan pembalasan terhadap Elien dari mafia Rusia yang terkenal kejam itu dan keduanya berharap tidak akan membaca berita tentang hal tersebut di media.     

"Dunia ini kejam," kata Alaric saat mereka berada di lift menuju penthouse. "Kalian tidak boleh lemah terhadap musuh atau siapa pun yang ingin menghancurkan kalian dan keluarga kalian. Sekali saja kalian bersikap lunak, mereka akan mengulangi perbuatannya."     

London dan Rune mengangguk.     

Mereka tiba di penthouse dan Alaric segera menemui Aleksis. "Kita pulang sekarang? Semua urusanku sudah beres."     

Aleksis mengangguk. Mereka berpamitan kepada London dan Rune lalu segera beranjak pulang. Di perjalanan Aleksis ingin bertanya apa yang terjadi dan bagaimana nasib Elien, tetapi ia merasa sungkan untuk mengungkit hal buruk yang hampir terjadi. Alaric yang bisa membaca pikirannya kemudian menceritakan sendiri apa yang ia lakukan untuk menghukum Elien.     

"Aku tidak ingin ada rahasia di antara kita. Selama ini aku memang digosipkan dengan beberapa wanita, termasuk gadis tadi. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan mereka, tetapi aku juga tidak menganggap perlu untuk meluruskan semua gosip yang beredar. Bagiku, semua itu tidak penting." kata Alaric sambil menyampirkan rambut Aleksis ke telinganya, entah kenapa rambut istrinya itu sering sekali acak-acakan. "Tetapi setelah kau kembali, tentu aku tidak dapat membiarkan gosip murahan itu terus menyebar."     

"Lalu, mengapa dia melakukannya?" tanya Aleksis keheranan.     

"Sedari dulu perempuan itu menjalani gaya hidup yang sangat mahal dan ia kecanduan berjudi, sehingga menumpuk hutang sangat besar kepada mafia Rusia. Ia lalu dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang ingin menyakitimu dengan membuat jebakan tadi..."     

Aleksis menekap bibirnya karena terkejut. "Sekelompok orang yang ingin menyakitiku? Apa salahku kepada mereka?"     

Alaric memeluk Aleksis ke dadanya dan menenangkan gadis itu. "Tidak usah kuatir, aku sudah membereskan semuanya. Kau masih ingat keluarga Blue? Mereka ingin membalas dendam karena peristiwa waktu itu di pesta pernikahan kita. Mereka membayar mafia Rusia untuk melakukan semuanya, termasuk memanfaatkan Elien yang mereka kira memilki kedekatan denganku. Tujuannya tentu untuk merusak nama baikku dan menyakiti hatimu. Sayangnya mereka berurusan dengan orang yang salah. Mereka tidak tahu siapa aku sebenarnya."     

Aleksis ingat Kit Blue yang saat itu hampir mati dicekik Alaric dan ayahnya yang marah sekali. Ternyata mereka tidak tinggal diam dan berusaha membalas dendam.     

"Apa yang kau lakukan kepada mereka?" tanya Aleksis kemudian. Ia menatap sepasang mata ungu suaminya dalam-dalam. "Kau tidak akan membunuh keluarga Blue, kan?'     

Alaric tertawa pelan. "Tidak, aku tidak akan mengotori tanganku. Mischa akan menemui pimpinan kelompok mafia dan menyuruhnya memilih, nyawa mereka sendiri atau nyawa keluarga Blue."     

"Oh...." Aleksis mengerti Alaric akan membiarkan kelompok mafia itu yang akan membereskan keluarga Blue sendiri. "Syukurlah... aku tidak mau kau membunuh orang dari kaum kita. Kau tahu bahwa hukuman untuk kesalahan yang tidak dapat diampuni adalah kematian."     

"Aku tahu," Alaric mencium Aleksis untuk menenangkannya. "Aku tak mungkin melakukan apa pun yang akan membuat kita terpisah lagi."     

Barulah Aleksis merasa tenang. Ia memejamkan mata dan bersandar ke dada suaminya, menikmati detak jantungnya yang lambat dan terasa sangat damai, dan pelan-pelan kemudian ia tertidur.     

Ketika mobil mereka tiba di rumah, Aleksis masih tertidur. Alaric tahu istrinya sangat kelelahan karena aktivitas seksual mereka yang begitu intens sepanjang sore tadi, ditambah stres akibat memikirkan ada orang jahat yang berniat menjebak suaminya, maka Aleksis langsung terlelap di mobil.     

Dengan hati-hati ia menggendong tubuh Aleksis melalui pintu yang terbuka otomatis dan langsung membawanya ke kamar tidur dan membaringkannya di ranjang mereka. Dengan telaten ia melonggarkan pakaian istrinya lalu menyelimutinya setelah memastikan suhu ruangan sedingin yang disukai gadis itu.     

Alaric lalu membersihkan diri ke kamar mandi dan kemudian duduk sebentar di kantornya memeriksa berita-berita terkait acara perayaan Virconnect malam itu. Ia sangat senang melihat begitu banyak berita positif tentang keluarganya dan semua itu membuat reputasinya semakin menanjak. Ia sekarang sangat populer, bahkan kalau ia ingin menjadi presiden dengan mudah ia akan menang.     

Setelah memastikan semua baik-baik saja ia lalu kembali ke kamar tidur, melepaskan pakaiannya dan menyelusup ke balik selimut dan berbaring sambil memeluk Aleksis.     

Sambil memejamkan mata ia sempat berpikir betapa bahagia hidupnya sekarang. Setiap malam ia dapat tidur memeluk gadis yang ia cintai, bangun pagi memandang wajahnya, dan menghabiskan waktu setiap saat bersamanya. Ia tidak akan pernah bosan.     

Hmm... ia sekarang tidak terlalu berminat lagi menjadi penguasa. Biarlah manusia mengurus dirinya sendiri. Ia sudah tidak peduli dengan mereka. Lebih baik ia mengurusi keluarganya saja dan memastikan mereka selalu aman dan bahagia.     

***     

Dua hari kemudian dunia dikagetkan dengan berita tentang Elien Mikhailova yang ditemukan diserang penjahat tak dikenal dan kedua kaki dan tangannya dipatahkan. Ia sengaja dibiarkan hidup agar mengalami penderitaan yang lebih mengerikan daripada kematian, karena walaupun kemudian kaki dan tangannya dapat sembuh ia tak mungkin dapat menari lagi.     

Hidup tanpa dapat melakukan satu-satunya keahliannya bagi seorang penari balet adalah hidup yang sangat mengerikan. Sebulan kemudian ia ditemukan bunuh diri di rumah sakit tempatnya dirawat.     

Kelompok mafia Rusia yang didatangi Mischa sangat terkejut karena mereka tak menyangka mantan assassin dari kelompok Rhionen Assassin yang dulu sangat terkenal di kalangan bawah tanah tiba-tiba datang menyatroni rumah pimpinan mereka.     

Ia membawa tiga rekannya dari level Phoenix yang kebetulan sedang ada di Eropa dan mereka mengobrak-abrik markas kelompok itu sebelum mengancam pimpinannya untuk bertanggung jawab dengan membasmi keluarga Blue.     

Dalam waktu seminggu saja, berturut-turut semua hotel dan gedung kepunyaan keluarga Blue diserang dengan bom oleh kelompok penjahat tidak dikenal. Polisi tidak berhasil menemukan pelakunya dan Lex terlalu takut untuk memberi tahu polisi bahwa mereka menyewa jasa mafia Rusia sebelum ini.     

Akhirnya demi keselamatan keluarganya, Lex membawa istri dan anaknya bersembunyi. Tidak ada lagi yang mendengar kabar tentang mereka.     

***     

Alaric membawa Aleksis ke kastilnya di Targu Mures dan menunjukkan rumah utamanya kepada gadis itu. Ini adalah rumah yang dibangunnya puluhan tahun lalu dan ia sempat menaruh makam ibunya di sana. Sepuluh tahun yang lalu ia membawa Aleksis palsu ke sini dan menceritakan semua rahasianya, yang berakhir dengan penembakannya dan ia kemudian terluka sangat parah hingga hanya memiliki peluang 1% untuk pulih.     

Ia sangat bersyukur anak-anak angkatnya sangat setia dan terus merawatnya hingga kemudian Ned dan Portia mengambil alih.     

"Aku sangat menyukai tempat ini," komentar Aleksis. "Aku menyukai semua rumahmu... Aku sudah bilang kan, seleramu lebih bagus daripadaku kalau soal rumah."     

Alaric mengangguk. "Aku juga suka rumah ibuku di Yorkshire... Aku belum membawamu ke sana. Istananya sangat kuno tetapi cantik sekali."     

Aleksis ingat bahwa Sophia adalah sepupu Alaric dari pihak ibunya. Ia ingin tahu apa keputusan Alaric tentang Sophia mengingat gadis itu selalu berusaha berbuat jahat kepada mereka.     

"Aku tidak mau bertemu Sophia sama sekali. Walaupun dia sepupumu, dia tidak diterima di rumah kita," kata Aleksis setengah merajuk.     

"Aku setuju. Kalau aku menjadi ketua klan, aku pasti sudah menghukumnya dengan Kematian," balas Alaric. "Sayangnya ayahmu masih terlalu lunak. Aku tidak yakin ayahmu melakukan apa-apa kepadanya."     

"RMI itu adalah gabungan Meier Group dan Rhionen Industries, kan? Bagaimana kalian bisa menggabungkan korporasi kalian?"     

"Ah, waktu itu aku belum tahu Sophia begitu jahat kepadamu. Aku setuju mengambil alih bisnis keluarganya, sekalian mengeluarkan identitas baruku, sementara ia pergi menikmati hidup. Seharusnya 16 tahun lagi ia dapat kembali dan aku akan menyerahkan bagiannya." Sepasang mata Alaric terlihat berkilat saat ia tersenyum tipis. "Tapi mengingat perbuatannya kepadamu dulu, aku rasa grup perusahaannya saja tidak cukup untuk menebus itu."     

"Kau... tidak akan mengembalikan bisnis keluarganya?" Aleksis membelalakkan matanya, kaget. "Dia akan jatuh miskin!"     

"Itu bukan urusanku." Alaric mengangkat bahu. Ia berjalan santai ke jendela besar yang membentang dari lantai ke langit-langit dan mengomentari dedaunan musim gugur yang terlihat melayang-layang dihembus angin. "Pemandangan di luar bagus sekali. Kau mau jalan-jalan?"     

Aleksis menghampiri Alaric dan memeluk pinggangnya. Ia senang Sophia mendapat balasan perbuatannya. Menjadi miskin adalah hukuman yang lebih menyakitkan bagi gadis jahat itu. Aleksis menetapkan hati tidak akan pernah lagi membahas Sophia di rumah mereka. Sophia Meier baginya sudah mati.     

"Aku mau jalan-jalan bersamamu," bisiknya mesra.     

Alaric membalikkan tubuhnya sehingga kini mereka saling berhadapan. Ia mencium bibir Aleksis lama sekali lalu menggandeng tangannya berjalan keluar menikmati pemandangan musim gugur di sekitar kastilnya yang terlihat seindah lukisan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.