The Alchemists: Cinta Abadi

Nyonya Aleksis Linden (judul alternatif: Suamiku Bos Posesif) wkwkwk



Nyonya Aleksis Linden (judul alternatif: Suamiku Bos Posesif) wkwkwk

0Sambil makan malam Aleksis memeriksa jam ponselnya dan membaca pesan dari adiknya. Ia seketika merasa bersalah dan malu karena mengusir mereka keluar selama berjam-jam.     

[Kami sudah selesai. Kalian bisa masuk.] Akhirnya ia membalas SMS dari London dan mengangkat wajahnya memandang Alaric sambil batuk-batuk kecil.     

"Uhmm... London dan Rune akan segera datang. Apakah kita perlu memberi tahu kepada mereka apa yang sebenarnya terjadi?"     

Alaric mengangguk. "Mereka perlu tahu dan mempersiapkan diri untuk hal-hal seperti ini, karena bagaimanapun ada banyak orang jahat di luar sana. Bahkan walaupun kau berbuat baik, akan ada saja orang yang mengambil kesempatan dan mengambil keuntungan darimu. Mereka harus selalu siap sedia, kalau tidak mereka bisa menjadi korban berikutnya."     

Aleksis hanya bisa menghela napas. Ia tahu betapa Alaric tidak menyukai manusia pada umumnya, dan insiden hari ini hanya akan semakin membuatnya kesal. Padahal, tadinya ia berharap pelan-pelan Alaric akan dapat berubah.     

Ia akhirnya hanya dapat menggenggam tangan kiri Alaric dan meremasnya pelan. "Kau mau minum wine? Aku akan menuangkan untuk kita. Red wine atau white wine?"     

"Red please..."     

Aleksis mengambil sebotol red wine dari kabinet dan menuangkan untuk mereka berdua. Keduanya lalu makan dengan tenang.     

Baru saja mereka selesai makan, terdengar ketukan di pintu lalu masuklah London dan Rune ke dalam penthouse. Wajah mereka tampak datar, seolah tidak terjadi apa-apa.     

Keduanya sudah belajar untuk tidak mencampuri urusan orang yang lebih dewasa dan setelah minum beberapa gelas wine di restoran tadi, mereka sudah dapat menenangkan diri mereka dari shock dan kini tampil dengan sikap biasa.     

"Uhm... tentang yang tadi itu..." Aleksis menoleh ke arah Alaric dan berharap pria itu yang akan menjelaskan situasinya. Alaric hanya mengangkat tangannya dan memberi tanda agar mereka mendengarkan. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Pavel.     

"Pavel, tadi sore ada orang yang menaruh obat perangsang ke dalam minumanku di saat kita sedang mengadakan meeting di kantor tadi. Aku lengah karena tadi sedang mengurusi sesuatu. Aku mau kau mencari orang yang bertanggung jawab dan membawanya ke hadapanku."     

"Tuan, aku baru mau memberi tahu Anda tentang hal itu," Pavel menjawab dengan suara resah, tidak seperti biasanya. "Elien tidak juga muncul di acara perayaan dan setelah kami melacak ponselnya, kami akhirnya menemukannya dalam kondisi terikat di suite hotel ini. Sepertinya ia ditangkap penjahat dan akan diumpankan kepada Anda untuk menjebak Anda."     

"Di mana dia sekarang?" tanya Alaric.     

"Dia masih di presidential suite. Saat ditemukan ia sangat histeris, dan sekarang dokter sedang memeriksanya," jawab Pavel. "Apakah Anda akan ke sana?"     

"Tidak usah," jawab Alaric acuh. "Aku akan menemuimu di acara."     

"Baik, Tuan."     

"Ada gadis yang dikurung di suite untuk diumpankan kepadamu?" tanya Aleksis keheranan, "Kau kenal siapa orangnya?"     

Alaric hanya mengangkat bahu. Ia menghabiskan wine-nya lalu menepuk bahu London dan Rune lalu berkata kepada mereka dengan ringan, "Kalian nanti ikut aku untuk belajar bagaimana mengatasi masalah seperti ini."     

Keduanya hanya bisa mengangguk.     

"Kalau begitu, kita sekarang turun ke ballroom?" tanya Aleksis. "Apakah tidak sangat terlambat? Ini sudah jam 9 lebih."     

"Mereka tidak akan menutup acara tanpa kehadiranku," jawab Alaric tenang. Ia merapikan rambut Aleksis ke belakang telinganya lalu mengambil sebuah jepit yang cantik sekali dari sakunya dan memasangnya ke kepala gadis itu, "Ini biar rambutmu tidak kusut lagi."     

"Ahh... terima kasih," Aleksis mencium Alaric dengan wajah senang sekali, sementara London dan Rune pura-pura tidak melihat kemesraan kakak dan kakak ipar mereka.     

Setelah memastikan semuanya rapi, Alaric lalu menggandeng Aleksis keluar dari penthouse diikuti kedua adik iparnya. "Mari kita turun."     

Keempatnya turun dengan lift menuju ballroom di lantai 3. Di dalam lift Alaric menyempatkan diri untuk menulis pesan singkat kepada salah satu orang kepercayaannya.     

[Mischa, aku mau kau menyelidiki Elien Mikhailova. Kau pasti masih punya banyak kontak dengan organisasi bawah tanah di Rusia.]     

[Baik, Tuan] Balasan dari Mischa segera masuk satu menit kemudian.     

Kehadiran keempat orang yang demikian rupawan di pintu masuk ballroom segera mengundang kekaguman para usher dan penyelenggara acara. Sebagian besar staf telah mengenali tuan besar mereka, tetapi ketiga orang yang ikut dengannya langsung menarik sangat banyak perhatian, karena tidak ada yang mengenali siapa mereka.     

"Silakan masuk, Tuan." Seorang manajer senior buru-buru menyambut Alaric dan rombongan kecilnya kemudian mempersilakannya masuk dan dengan penuh hormat membawa mereka ke meja khusus di tempat paling depan. Di situ telah duduk Pavel dan Sande serta dua orang petinggi Splitz.     

Di sepanjang langkah mereka, tanpa sadar satu persatu tamu mengangkat wajah mereka dan menatap kehadiran keempat orang itu dengan wajah tercengang. Bukan saja karena ketiga orang yang berjalan bersama Elios Linden tampak sangat mengesankan, tetapi karena Elions Linden tampak memperlakukan gadis di sampingnya dengan begitu mesra.     

Ia menggenggam tangan gadis itu sambil berjalan dan sesekali menoleh ke arahnya sambil tersenyum dan bercakap-cakap pelan.     

Bahkan orang-orang manajemen atas yang sudah beberapa kali bertemu Alaric tidak pernah melihatnya tersenyum!     

Tetapi kali ini ia tampak begitu hangat, terbuka, dan senyumnya terlihat bahagia. Ia bukan seperti bos mereka yang terkenal dingin dan kejam.     

Ada apa ini? Semua orang bertanya-tanya kebingungan. Apakah ia memang sudah berubah? Apakah gadis itu yang membuatnya berubah?     

Siapa sebenarnya gadis itu? Dan siapa pula dua pemuda yang berjalan bersamanya?     

Berbagai spekulasi segera beredar di antara para tamu tentang Elios Linden, gadis yang bersamanya, kedua pemuda tampan yang mengikuti mereka, dan nasib Elien Mikhailova yang sedari tadi tidak terlihat batang hidungnya, padahal ia adalah salah satu ambassador Virconnect yang paling penting.     

"Sebentar, sepertinya aku pernah melihat laki-laki yang berambut hitam." bisik seseorang kepada temannya di meja yang baru dilewati rombongan kecil itu. "Itu adalah pewaris keluarga Schneider. London Schneider! Aku pernah membaca berita tentangnya di media kita."     

"Wah... benarkah? Aku tidak tahu Tuan Linden punya hubungan baik dengan keluarga Schneider. Selama ini aku mengira mereka adalah saingan bisnis."     

"Sshhh... kita kan tidak tahu apa-apa tentang Tuan Linden, selain bahwa ia adalah pemilik RMI dan ia mewarisi kedua grup itu lewat kesepakatan rahasia. Kita mana tahu siapa yang ada di belakangnya...."     

"Ahh.. kau benar juga. Malam ini sungguh penuh kejutan!! Kita bisa menyaksikan langsung kehadiran beliau, dan malah sekaligus mengundang keluarga Schneider segala. Ini akan menjadi berita besar."     

"Tapi aku lebih penasaran dengan perempuan yang berjalan di sampingnya. Dia cantik sekali! Aku belum pernah melihat gadis secantik itu..."     

"Dia seharusnya menjadi ambassador Virconnect kita."     

"Benar... cantik sekali..."     

"Jauh lebih cantik dari ambassador kita sekarang..."     

"Benar, Elien Mikhailova itu..."     

"Aku dengar Elien menjadi ambassador Virconnect karena ia memiliki hubungan khusus dengan Tuan Linden, sejak empat tahun yang lalu. Mereka bertemu pertama kali di Ritz Gala, bukan?"     

"Benar. Apakah menurutmu, Tuan akan menggantikannya dengan model yang baru karena mereka putus? Sepertinya tuan sekarang sudah mempunyai kekasih yang baru..."     

"Entahlah.. kita lihat saja."     

"Tapi dari tadi aku juga belum melihat Elien..."     

"Mungkin ia sudah disingkirkan sehingga ia tidak bisa datang..."     

"Wah, kalau begitu, kasihan sekali dia... Setelah Tuan Linden bosan kepadanya dan menemukan kekasih yang baru, ia dibuang begitu saja..."     

Telinga Alaric yang tajam mendengar semua gosip dan desas-desus itu dan wajahnya menjadi merah karena menahan marah. Tanpa sadar ia menaruh kedua tangannya ke telinga Aleksis dan berbisik kepadanya, "Jangan dengarkan gosip murahan itu, biarkan aku yang membereskan semuanya."     

Aleksis mengangguk. Ia percaya kepada Alaric.     

Ketika mendengar nama Elien Mikhailova, ingatannya melayang kepada gadis angkuh yang tadi ia temui di lift RMI Tower dan barulah ia mengerti mengapa gadis itu bersikap sangat arogan tadi. Tentu ia merasa mendapatkan perlakuan istimewa sebagai gadis yang dianggap merupakan kekasih Elios Linden.     

Tanpa sadar ia menatap suaminya dari samping dan berusaha menilai apakah ada sedikit saja kebenaran dari gosip tersebut.     

Hmm... kalau Alaric sama sekali tidak memperlakukan Elien dengan istimewa, masakan Elien akan demikian berani bersikap arogan kepada orang-orang yang ditemuinya di RMI Tower tadi? Pasti setidaknya ada sesuatu di antara mereka, pikirnya.     

Ia hanya menyimpan saja pikiran ini dan memutuskan untuk membuat penilaiannya sendiri. Mereka sudah tiba di meja kehormatan yang disiapkan untuk mereka. Pavel, istrinya, Sande dan kedua direktur Splitz segera berdiri dan menyambut Alaric dan rombongan kecilnya.     

"Selamat malam, Tuan." Terdengar sapaan hormat dari keempatnya. Suara Pavel seketika terhenti di udara ketika ia melihat Aleksis yang berjalan di samping Alaric dan untuk sesaat wajahnya tercengang dan dipenuhi pertanyaan.     

"Ka... Kau...?" Tanpa sadar Pavel menunjuk Aleksis dan bicara terbata-bata, "Nona Aleksis....?"     

"Nyonya." Lagi-lagi Alaric mengoreksi orang yang memanggil Aleksis nona. Suaranya terdengar mulai sewot, membuat gadis itu tersenyum simpul. Sepertinya Alaric sangat keberatan kalau istrinya terus-menerus dipanggil nona oleh orang lain. Ia menekankan kata-katanya kemudian, "Nyonya Aleksis Linden."     

"Ohh...." Keempat orang di meja kehormatan itu tampak saling pandang dan mengeluarkan seruan terkejut.     

"Nyonya Linden..." Sapa mereka berempat dengan penuh hormat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.