The Alchemists: Cinta Abadi

Rencana Elien



Rencana Elien

0Siang itu ada acara rapat diikuti ramah-tamah sebentar antara para petinggi Splitz dengan Alaric di ruang rapat besar di lantai tertinggi RMI Tower dan diikuti oleh beberapa ambassador Virconnect. Ada grup musik paling terkenal di dunia saat ini dari Asia, yaitu Rainfall, lalu Elien Mikhailova sebagai superstar balet yang paling lama menjadi ambassador Virconnect sejak baru diluncurkan, dan beberapa atlet dunia serta bintang film sangat terkenal.     

Pavel menghampiri Alaric dengan asistennya membahas tentang detail acara nanti malam. Ia baru mendengar bahwa akan ada dua tamu istimewa dari Schneider Group dan ia ingin memastikan apa yang sebenarnya direncanakan Alaric.     

"Oh, tidak apa-apa, aku hanya ingin mengundang kedua adik iparku ke acara penting itu," kata Alaric dengan kasual. Pavel hanya dapat membulatkan matanya keheranan. Ia tak mengerti maksud dari kata-kata bosnya.     

"Aleksis adalah putri keluarga Schneider," akhirnya Alaric yang kasihan melihat Pavel berkali-kali mengerutkan kening dengan wajah tampak sangat kebingungan memberi tahu orang kepercayaannya ini apa yang terjadi sebenarnya. "Waktu itu kalian salah mendapatkan informasi. Aleksis bukan anak Kurt Van Der Ven, melainkan anak perempuan keluarga Schneider."     

"Oh...." Walaupun ia mulai memahami arah pembicaraan Alaric, tetap saja Pavel masih merasa bingung, karena sepengetahuannya gadis itu, Aleksis yang sepuluh tahun lalu membuat bosnya tergila-gila, telah meninggal. "Aku... masih tidak mengerti."     

Alaric tidak mau melanjutkan kata-katanya. Menurutnya, nanti jika Pavel melihat sendiri kehadiran Aleksis di acara mereka, ia akan mengerti bahwa Aleksis masih hidup dan ia telah kembali kepada Alaric. Maka kehadiran London dan Rune di acara peringatan ulang tahun Virconnect menjadi hal yang dapat diterima.     

Ini juga merupakan rencana Alaric untuk mematikan sekaligus semua gosip di luaran sana tentang dirinya dengan wanita mana pun. Selain memperkenalkan Aleksis sebagai istrinya, ia juga akan memperkenalkan gadis itu sebagai putri tunggal keluarga Schneider, supaya tidak ada satu pun orang yang akan memandangnya remeh dan menganggap Aleksis hanya menikahinya karena kekayaan dan pengaruh Alaric saja.     

Mereka harus tahu bahwa Aleksis tidak membutuhkan apa pun itu yang diincar oleh wanita lainnya karena ia sendiri berasal dari keluarga yang sangat kaya dan terpandang.     

"Selamat sore, Tuan," Elien cepat mengambil kesempatan untuk membawakan segelas minuman kepada Alaric setelah ia selesai berbicara dengan Pavel. Hari ini gadis itu terlihat jauh lebih cantik dari biasa. Ia mengenakan gaun pendek yang memamerkan betisnya yang melengkung indah khas penari balet. "Saya sangat senang Anda menyempatkan diri untuk hadir ke acara nanti malam."     

Alaric sedang mengirim SMS hendak menanyakan kabar Aleksis di St. Laurent, ketika Elien mendatanginya dengan dua gelas minuman.     

"Hmm..." Alaric menerima gelas minuman dari tangan Elien dan mengangguk.     

"Cheers untuk acara nanti malam?" kata Elien dengan suara merdu.     

"Cheers!" Alaric lalu meneguk wine-nya. Ia senang membaca kabar dari Aleksis bahwa ia telah bertemu London dan Rune dan sedang bercengkrama dengan kedua adiknya di penthouse.     

Elien yang merasa sama sekali tidak dipedulikan hanya dapat mengurut dada dan tersenyum canggung, lalu menjauh dari Alaric. Ia melihat jam tangannya dan tampak memikirkan sesuatu.     

"Hmm... seharusnya obatnya akan bekerja satu jam lagi, tepat saat Eli meninggalkan kantor ini menuju Hotel St. Laurent," gumam Elien kepada dirinya sendiri.     

Ia telah menunggu selama empat tahun tanpa hasil dan kini ia tahu waktunya semakin sempit. Kalau ia tidak melakukan tindakan drastis, kesempatannya untuk mendapatkan orang paling berpengaruh di dunia ini akan hilang.     

Sambil berbincang-bincang dengan para tamu dan petinggi RMI lainnya, Elien terus mengerling dan memperhatikan kondisi Alaric, berharap segera melihat hasil dari obat perangsang yang tadi dicampurkannya ke minuman pria itu.     

Elien telah menyuap seorang sekretaris di lantai 50 untuk mencari tahu jadwal Alaric hari ini dan ia mengetahui pria itu akan ke Hotel St. Laurent pada pukul 5 sore. Seharusnya satu jam dari sekarang, saat Alaric dijadwalkan untuk berangkat ke sana, maka obatnya akan mulai bekerja.     

Elien berdebar-debar karena tidak sabar ingin segera melaksanakan rencananya, tetapi ia berusaha menenangkan diri dan tersenyum kepada semua orang di sekitarnya yang tampak mengagumi kecantikannya.     

Pukul 5 sore, Alaric melihat jam tangannya dan memberi tanda ia akan segera pergi. Para staf dan tamu segera membungkukkan kepala sedikit sebagai tanda hormat ketika ia melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan ruang meeting.     

Lima belas menit sebelumnya, Elien telah mendahului Alaric, bergegas menuju ke Hotel St. Laurent. Ia harus tiba di sana sebelum Alaric agar rencananya berhasil. Ini adalah kesempatan sekali seumur hidup, untuk mendapatkan Elios Linden, kalau tidak bisa dengan cara baik-baik, ia harus melakukannya secara paksa.     

Di mobil, Alaric mulai merasakan tubuhnya menjadi panas. Ia tidak pernah sakit sebelum ini, dan ia tahu tidak mungkin ia jatuh sakit, karena setelah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Alchemist, ia tahu kaumnya tidak pernah menderita sakit penyakit.     

Ini pasti racun... atau obat-obatan yang tidak diinginkan, pikirnya kesal.     

Ia berusaha mengingat-ingat siapa yang kira-kira hendak meracuninya sepanjang hari ini. Ia tahu sebagai pimpinan RMI yang kontroversial, ada banyak orang yang membencinya dan menginginkan kematiannya. Maka ia sangat berhati-hati dengan kehidupannya dan apa yang ia makan dan minum.     

Hm... tadi ia tidak menerima minuman dari orang asing, hanya dari Pavel dan...     

Ugh, Elien...     

Ia mengerutkan keningnya berusaha mengingat apakah tadi Elien bersikap aneh kepadanya atau tidak.     

Kurang ajar sekali gadis itu! Alaric tidak mengira gadis yang terlihat lemah-lembut seperti itu bisa melakukan hal menjijikkan seperti ini...     

Keringat mulai mengaliri dahinya dan tubuhnya terasa semakin panas, walaupun suhu di mobil hanya 15 derajat celsius. Alaric sampai harus membuka mantelnya dan beberapa kancing atas pakaiannya. Ugh...     

Perlahan tapi pasti ia mulai merasakan gairah merayapi dadanya yang mulai terasa sesak dan bagian di bawah perutnya.     

Ia buru-buru menelepon istrinya. "Sayang, kau ada di mana sekarang?"     

"Hei... aku masih di penthouse. Kau sedang apa?" tanya Aleksis dengan gembira.     

"Uhm... aku akan segera ke sana."     

"Oh, oke. Hati-hati di jalan."     

Sementara Alaric masih di dalam perjalanan, Elien telah tiba di Hotel St. Laurent dan buru-buru menemui petugas resepsionis.     

"Hallo, namaku Elien Mikhailova, asistenku sudah memesankan presidential suite untuk malam ini," katanya sambil menyerahkan paspornya sebagai bukti identitasnya.     

Petugas check in tersenyum sambil mengembalikan paspornya, "Ini tidak perlu, nona, kami tahu siapa Anda. Tadi asisten Anda sudah menyiapkan semuanya dan menitipkan kunci untuk Anda."     

ia menyerahkan sebuah kartu akses kepada Eilen yang disambut gadis itu sambil tersenyum manis sekali.     

"Terima kasih. Oh, ya... Tuan Elios Linden sedang dalam perjalanan kemari. Ia sedang tidak enak badan. Nanti tolong langsung antar beliau ke presidential suite biar saya bisa merawatnya," kata Elien dengan suara merdunya.     

Petugas check in tampak tercengang mendengar kata-kata Elien yang sudah melenggang anggun masuk ke dalam lift menuju ke suite-nya. Kedua petugas resepsionis hanya dapat berkasak-kusuk dan membenarkan gosip yang beredar selama ini bahwa Elios Linden yang terkenal itu memang menjalin hubungan dengan Elien Mikhailova.     

Buktinya, hari ini mereka mendengar sendiri bahwa ia akan menginap bersama Eilen di presidential suite hotel mereka. Dengan tidak sabar keduanya menanti-nantikan kedatangan Elios Linden yang demikian terkenal sebagai orang yang private, dan sangat jarang muncul di muka umum.     

Ini akan menjadi gosip yang sangat menghebohkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.