The Alchemists: Cinta Abadi

Menyesuaikan diri dengan gaya hidup Alaric



Menyesuaikan diri dengan gaya hidup Alaric

0Setibanya di London mereka segera melaju ke mansion tempat Alaric menghabiskan sebagian besar waktunya. Ketika masuk ke dalam mobil tanpa pengemudi yang mengantar mereka dari bandara, untuk pertama kalinya Aleksis merasakan gaya hidup Alaric yang berbeda dari apa yang biasa ia jalani.     

Biasanya Aleksis menggunakan supir manusia atau ada Nicolae yang mengantarnya dan anak-anak kemana pun mereka ingin pergi.     

Keluarga Aleksis sangat kaya dan mampu mempekerjakan banyak staf manusia, di saat kebanyakan keluarga sudah menggunakan sistem komputer dan mesin untuk membantu pekerjaan sehari-hari mereka.     

Tetapi Alaric tidak menggunakan staf manusia karena ia memang tidak menyukai hidup dikelilingi banyak orang, bukan karena ia kurang kaya. Ketika Aleksis masuk ke pintu yang terbuka otomatis, ia tampak kaget karena tidak ada satu manusia pun di rumah Alaric. Hanya ada berbagai staf robot dan android (manusia buatan) yang menyambut mereka dengan penuh homat.     

"Selamat datang, Nyonya Aleksis..." Terdengar suara Luna yang gembira menyambut kehadiran nyonya rumah yang baru.     

Aleksis memutar kepalanya berusaha mencari asal suara dan Alaric hanya tersenyum melihatnya agak kebingungan.     

"Itu asisten digitalku, Luna. Ia yang bertanggung jawab atas seisi rumah ini dan jadwalku. Kau sudah bertemu asisten digitalku yang satu lagi tadi di mobil. Aleksis mengatur hal-hal remeh lainnya." Ia menjelaskan.     

"Oh... lucu sekali, kau menamai kedua asistenmu dari namaku dan ibumu," kata Aleksis ikut tersenyum.     

"Karena kalian adalah dua perempuan yang aku sayangi dan hormati," jawab Alaric singkat. Ia mengembangkan tangannya mengajak Aleksis mengikutinya untuk mengelilingi tempat tinggalnya yang baru. "Mari kutunjukkan isi rumah ini."     

"Hmm... baiklah," kata Aleksis sambil menyambut genggaman tangan Alaric. Berdua mereka berjalan mengelilingi mansion yang demikian besar dan sepi. Di tengah-tengah mansion ada taman outdoor yang indah sekali dengan air terjun kecil dan membuat suasana terlihat demikian damai.     

"Kau tidak memelihara bonsai di sini?" tanya Aleksis.     

"Hmm... tidak ada waktu," Alaric mengaku. "Mungkin nanti aku akan kembali menanam bonsai kalau beban pekerjaanku sudah berkurang."     

Mereka duduk di taman sambil menikmati gemericik air dan ikan-ikan cantik yang berenang di kolam. Seorang pelayan robot datang menyajikan teh panas dan kue-kue tanpa diminta.     

"Wahh... sistem yang kau miliki di sini efisien sekali," puji Aleksis. "Tanpa diminta, semuanya sudah tersedia."     

"Itu perlu pemrograman cukup detail, dan sistemnya menggunakan neural learning untuk mempelajari kebiasaan dan preferensi penghuni rumah ini. Setelah beberapa hari mereka juga akan mengikuti kebiasaan dan kesukaanmu."     

"Ah..." Aleksis mengangguk-angguk. Ia mengerti mengapa sistem automasi dari RMI sekarang sangat banyak dipakai dalam kehidupan manusia. Sistemnya sangat efisien dan menghemat banyak waktu dan biaya.     

"Kau tidak suka?" tanya Alaric. Ia tahu Aleksis terbiasa dilayani oleh staf manusia karena keluarganya memang kurang menyukai segala sesuatu yang robotik karena tidak ada sentuhan manusia dalam interaksinya.     

"Hmm... bukannya tidak suka. Aku hanya perlu membiasakan diri." Aleksis memandang ke sekelilingnya. Rasanya rumah ini sepi sekali. Mengapa Alaric mengurung diri di tempat sesepi ini? Bukankah justru itu akan membuatnya sedih? pikirnya.     

"Aku bisa mempekerjakan staf manusia kalau kau mau. Kau tinggal bilang saja. Aku akan melakukan apa pun untukmu," kata Alaric lagi.     

"Hmm... baiklah." Aleksis mengangguk-angguk. "Rasanya rumah ini terlalu besar dan sepi. Itu saja."     

Alaric tersenyum miring mendengar kata-kata istrinya. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Aleksis dan berbisik, "Karena itu kita harus membuat anak yang banyak. Kalau hanya dua, rumah ini akan tetap terasa sepi. Aku mau kita punya anak lagi setelah Altair dan Vega...."     

Seketika wajah Aleksis memerah mendengar usulan Alaric yang menurutnya terlalu blak-blakan. Ia menolehkan kepalanya hendak protes, tetapi tanpa sengaja bibirnya malah menyentuh bibir Alaric yang berada tempat di sampingnya. Dengan sigap Alaric mengambil kesempatan itu dan mendaratkan ciuman panas ke bibir Aleksis.     

"Hmm... kau tahu betapa sepinya hidupku selama ini..." bisik Alaric di sela-sela ciumannya pada bibir Aleksis yang basah, "Aku tidak mau kesepian lagi..."     

Ia lalu merengkuh kepala Aleksis dan menghunjamkan ciuman demi ciuman dengan lebih bergairah sambil menahan tubuh gadis itu dalam pelukannya.     

Aleksis hanya dapat memejamkan matanya dan menikmati curahan cinta Alaric. Ia membalas ciuman Alaric dan segera lidah mereka berbelit dalam duel yang panas dan kemudian tanpa dapat ditahan lagi, keduanya terburu-buru melepaskan pakaian masing-masing.     

Saat itu, Aleksis menjadi lega karena tidak ada staf manusia di rumah ini, karena ia dan Alaric dapat melakukan permainan cinta mereka kapan saja dan di mana saja tanpa harus mengkhawatirkan pandangan orang lain. Keduanya saling berpagutan di kursi dan segera pindah ke sofa nyaman di ruang tamu, kemudian dilanjutkan ke tempat tidur Alaric di kamar utama.     

Seorang pelayan robot yang efisien telah mengambil pakaian mereka dari taman dan menaruhnya di mesin cuci.     

***     

Ketika mereka selesai bercinta, minuman panas telah tersedia di meja di samping tempat tidur lengkap dengan seperangkat pakaian baru. Aleksis sungguh terkesan dengan efisiensi sistem di rumah Alaric.     

"Aku suka dengan rumahmu," bisiknya sambil mencium bibir Alaric lalu duduk bersandar ke dipan tempat tidur. "Sistemnya efisien, dan dekorasinya elegan seperti biasa. Aku tahu seleramu lebih bagus dari seleraku."     

"Ini rumahmu juga," kata Alaric sambil ikut bersandar ke tempat tidur. Tangannya menggenggam tangan Aleksis, seolah tidak ingin gadis itu menghilang dari hadapannya setelah mereka bercinta barusan. "Kau tahu, setelah kita menikah waktu itu aku telah mengganti surat-surat mansion di Singapura menjadi atas namamu. Demikian juga nanti semua asetku. Milikku adalah milikmu."     

Aleksis terkesima mendengar ucapan Alaric dan tanpa dapat ditahan lagi ia memeluk pria itu erat-erat. "Ahh.. itu tidak perlu, tapi terima kasih."     

Alaric tersenyum dan mengacak rambut Aleksis seperti yang dulu sering ia lakukan. "Tentu saja perlu. Kalau aku mati, aku ingin memastikan istri dan anak-anakku terjamin kehidupannya. Aku tahu ayahmu kaya, tetapi akulah yang harus bertanggung jawab atas kehidupan kalian."     

Aleksis meraba rambutnya yang kembali berantakan dan merengut. "Kau ini masih seperti dulu, senang sekali mengacak-acak rambutku... Aku ini sekarang sudah 30 tahun ya... bukan anak kecil lagi!"     

"Eh...?" Alaric tertegun mendengar protes Aleksis. Ia sadar ia memang sangat suka mengacak rambut gadis itu karena gemas, baik dulu maupun sekarang, tidak berubah. "Kau mau aku bertanggung jawab? Baiklah.. aku akan mencucikan rambutmu dan merapikannya seperti biasa. Apakah aku akan dimaafkan?"     

Kata-kata Alaric berhasil membangkitkan senyum di wajah Aleksis. Ia mengangguk dan segera menyeret Alaric bangun dari tempat tidur untuk masuk ke kamar mandi agar mereka membersihkan diri.     

Alaric menepati janjinya mencucikan rambut Aleksis dan memijat kepalanya saat mereka mandi berdua di bathtub. Dengan senang hati ia kemudian mengeringkan tubuh dan rambut istrinya dan menatanya hingga telihat cantik kembali.     

Mereka kembali bermesraan sepanjang hari dan menikmati saat-saat hanya berdua saja tanpa gangguan manusia lain. Aleksis merasa pelan-pelan ia dapat terbiasa dengan gaya hidup Alaric yang seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.