The Alchemists: Cinta Abadi

Tuan dan Nyonya Linden



Tuan dan Nyonya Linden

0Pagi itu sangat indah, bukan hanya karena daun-daun musim gugur yang berjatuhan melayang terlihat dari jendela, tetapi karena setelah sepuluh tahun, akhirnya Aleksis bisa bangun dan merasakan kehadiran Alaric di sisinya, tanpa ia harus takut itu hanya mimpi.     

Setelah pesta pernikahan dan pertemuan singkat di antara keluarga, keduanya menghabiskan malam dengan bercinta lalu berbincang-bincang melepas rindu, saling bertukar kabar dan saling mencurahkan isi hati mereka selama ini.     

Kemudian mereka terlelap dalam tidur yang sangat nyaman. Alaric sudah sangat lama tidak dapat tidur dengan baik dan ini adalah hari kedua berturut-turut ia dapat tidur sangat pulas, dengan Aleksis dalam dekapannya.     

Ketika Aleksis bangun di pagi hari, ia tidak tega untuk beranjak, karena kuatir suaminya yang sedang terlelap dengan begitu damai menjadi terbangun. Akhirnya ia hanya diam dan menikmati desah napas Alaric pada rambutnya, dan detak jantung pria itu di telinganya. Aleksis tak puas-puasnya memandangi wajah dan tubuh Alaric yang menurutnya sangat indah.     

Ia tak habis pikir, dulu Alaric menyembunyikan penampilannya dan membuat Aleksis mengira dirinya adalah seorang pria berwajah tua dan buruk rupa, padahal sesungguhnya ia sangat tampan.     

Dalam hatinya Aleksis berpikir, bahwa sekalipun Alaric memang buruk rupa, ia tetap tidak akan keberatan, karena sesungguhnya, bukan penampilan fisiknya yang membuat Aleksis jatuh cinta kepadanya sebab seumur hidupnya Aleksis dikelilingi orang-orang berfisik sempurna dan rupawan. Tidak juga kekuasaan dan kekayaan Alaric yang membuatnya jatuh cinta, karena Aleksis berasal dari keluarga yang sangat kaya dan berkuasa.     

Hmm... kalau dipikir-pikir, walaupun Alaric membenci manusia dan dapat berlaku kejam, tetapi kebaikan hatinyalah yang pertama kali membuat Aleksis jatuh cinta. Alaric memiliki hati yang lembut dan ia tidak pernah berpikir dua kali untuk menolong orang yang kesulitan... Sehingga walaupun Aleksis kemudian mendengar latar belakang Alaric yang mengerikan, gadis itu tetap berpikiran positif bahwa suatu saat nanti Alaric akan dapat berubah...     

Setelah mereka berkumpul kembali, Aleksis sungguh berharap melihat perubahan tersebut, karena ia tidak ingin anak-anak mereka menyaksikan ayah mereka menghancurkan umat manusia seperti yang dulu sempat diniatkannya.     

Hmm... orang selembut ini, masakan ia masih ingin membasmi manusia? pikir Aleksis sambil mengamat-amati wajah Alaric yang tampak sangat damai.     

Sepasang mata Alaric tiba-tiba terbuka dan menatap tepat ke wajah Aleksis, membuat gadis itu tersipu malu.     

"Hei.. selamat pagi, Sayang. Kita tidak kesiangan lagi, kan?" tanya Alaric sambil mengusap kepala Aleksis yang bersandar di dadanya.     

Pertanyaan Alaric dijawab Aleksis dengan gelengan kepala. "Haha... tidak. Aku akan malu sekali kalau kita terlambat lagi."     

"Hmm..." Alaric mencium kening Aleksis lalu mengeratkan pelukannya. "Apakah kita ada acara hari ini?"     

"Tidak ada yang penting, Paman Rory hanya mau mengajakmu dan Nicolae memancing kalau kau tidak keberatan. Aku dan anak-anak akan piknik di Bukit Kupu-Kupu. Selain itu kita hanya bersantai saja, menikmati liburan."     

"Hmm..." Alaric mengangguk. Ia juga ingin menghabiskan waktu dengan ayah dan saudaranya.     

Mereka sudah sepakat menghabiskan waktu seminggu di Grosseto untuk lebih saling mengenal dan tentunya merajut kembali hubungan sebagai ayah dan anak. Mereka juga akan menjadikan waktu ini sebagai masa transisi untuk melepas Altair dan Vega selama setahun bersama Nicolae.     

Sesungguhnya ini adalah keputusan yang sangat berat bagi Aleksis dan Alaric karena selama ini Aleksis belum pernah berpisah dengan anak-anaknya, sementara Alaric sendiri sangat ingin hadir dalam kehidupan Altair dan Vega, tetapi demi kedua anak itu dan juga demi Nicolae, mereka berdua akhirnya mengalah.     

Altair dan Vega harus belajar menerima bahwa ibu mereka kembali bersama ayah kandung mereka dan kini mereka diberikan waktu untuk bersama Nicolae setahun untuk mengucap selamat tinggal kepadanya pelan-pelan.     

"Mama berharap kalian tidak menyusahkan Papa Nic... Mama dan Papa Alaric akan datang menjenguk kalian sebulan sekali, dan kapan pun kalian mau bertemu kami, kalian tinggal menghubungi Mama, kami akan datang," kata Aleksis saat mereka sedang piknik di Bukit Kupu-Kupu dan ia menjelaskan tentang rencana mereka ke depannya.     

Altair dan Vega mengangguk saja. Mereka sudah cukup besar untuk mengerti dilema yang dihadapi orang tuanya dan berusaha mengerti sebisanya.     

"Tapi Mama tidak akan meninggalkan kami, kan?" tanya Vega dengan suara pelan. Aleksis buru-buru memeluk anak perempuannya dan menggeleng.     

"Tidak, Sayang... Mama ingin sekali bersama kalian... tetapi mama tidak enak kepada Papa Nic kalau mama ikut kalian, karena mama tahu Papa Nic masih belum bisa melupakan Mama. Jadi mama yang mengalah... Papa Alaric juga mengalah, karena ia tidak mau memaksa kalian ikut dengannya..."     

Akhirnya Vega mengangguk puas, "Baiklah, Ma."     

***     

Waktu seminggu berlalu tanpa terasa. Karena menghabiskan waktu setiap hari dengan keluarganya, pelan-pelan Alaric terlihat berubah menjadi orang yang lebih hangat. Ia selalu tersenyum di sekitar Aleksis ataupun anak-anak mereka. Ia benar-benar terlihat seperti orang yang sama sekali berbeda dan bahkan Lauriel dapat menilai betapa banyak Alaric berubah selama di Grosseto.     

Dalam hati ia teringat kepada dirinya sendiri yang juga berubah menjadi lebih bahagia setelah bertemu Aleksis. Sesungguhnya gadis itu adalah sumber kebahagiaan begitu banyak orang. Lauriel sungguh senang Aleksis menikah dengan anaknya sehingga Lauriel tidak perlu membaginya dengan orang luar.     

Selama seminggu menghabiskan waktu bersama, ikatan batin antara Nicolae dan Alaric sebagai saudara kembar terjalin dengan kuat dan hubungan mereka menjadi sangat dekat. Hanya kepada Aleksis saja Nicolae masih belum dapat bersikap seperti biasa. Ia cenderung menghindari gadis itu dan semua dapat mengerti alasannya. Ia masih belum dapat memulihkan diri dari patah hatinya karena Aleksis batal menikah dengannya.     

Nicoale menjadi sangat lega ketika akhirnya Aleksis dan Alaric pamit untuk pergi ke Stuttgart mengunjungi keluarga Caspar. Akhirnya ia tidak perlu melihat gadis itu bersama Alaric terus-menerus.     

***     

Di Stuttgart, kehadiran Aleksis dan Alaric disambut baik keluarganya. Caspar menemukan ternyata ia dan Alaric mempunyai banyak persamaan. Kesukaan mereka akan privasi, kecintaan mereka kepada Aleksis dan bagaimana mereka melakukan apa pun demi gadis itu, menyatukan kedua pria yang berbeda latar belakang dan pandangan itu.     

Alaric juga menghabiskan banyak waktu bersama Rune yang sangat menyukainya dan mereka banyak membahas berbagai penemuan dan teknologi terbaru yang sama-sama merupakan minat keduanya.     

"Aku suka keluargamu," bisik Alaric pada malam terakhir mereka berada di Stuttgart.     

"Oh ya?" tanya Aleksis, "Sebenarnya kau dan ayah punya banyak kesamaan. Aku senang kalian bisa saling menghargai dan berkomunikasi."     

"Hmm..." Alaric mengangguk. "Aku akan memikirkan lagi banyak petunjuk dari ayahmu. Aku tidak akan serta merta membatalkan semua proyek automatisasiku, tetapi aku akan mencoba mencari cara agar semua fitur yang kami sediakan bisa membantu manusia agar menjadi makhluk yang lebih baik, supaya mereka menjadi layak untuk menghuni bumi ini."     

Aleksis hanya bisa menghela napas panjang mendengar kata-kata Alaric, "Semoga saja bisa ya... Aku pun tak ingin melihat ada perang dan orang-orang berbuat jahat lagi, tetapi menurutku kau tidak bisa memaksakan caramu kepada manusia. Mereka tidak akan belajar dan malah akan menganggapmu sebagai diktator yang ingin memerintah mereka. Tidak seorang pun menyukai diktator. Yang bisa kau lakukan adalah membuat mereka menyadari sendiri kesalahan-kesalahan mereka dan berubah karena mereka tahu bahwa perubahan itu baik bagi mereka."     

Alaric tidak menjawab. Ia tahu Aleksis benar.     

***     

"Kau mau tinggal di mana?" tanya Alaric saat ia dan Aleksis bersiap turun dari mobil yang membawa mereka ke bandara. "Maaf, aku lupa menanyakannya. Aku terlalu bersemangat akan hidup bersama denganmu selamanya, aku sampai tidak ingat bahwa aku punya rumah di seluruh dunia."     

Aleksis hanya tertawa mendengarnya. "Aku suka rumah kita di Singapura, tetapi aku tahu kau orang sibuk dan punya banyak urusan pekerjaan, maka aku akan ikut kemana pun kau pergi."     

"Hmm... baiklah." Alaric mengangguk, "Aku akan pelan-pelan mengurangi pekerjaanku dan menyerahkannya semua kepada orang lain. Tetapi sementara ini aku perlu mengurus sesuatu di Inggris."     

"Baiklah. Aku bisa ikut denganmu ke Inggris, dan kita juga bisa mampir ke Glasgow dan menjenguk Bibi Portia," jawab Aleksis.     

"Ide bagus." Alaric membantu Aleksis naik ke pesawatnya dan bersama mereka duduk berdampingan sambil menunggu pesawat lepas landas. "Aku harus menghadiri perayaan besar-besaran ulang tahun peluncuran Virconnect yang keempat. Acaranya akan sangat meriah. Aku ingin kau ikut bersamaku."     

"Tentu saja," jawab Aleksis. "Hmm... apakah kau akan memperkenalkanku sebagai istrimu?"     

"Benar," kata Alaric. Ia teringat berbagai gosip yang selama ini mengait-kaitkan dirinya dengan Elien Mikhailova dan beberapa gadis terkenal lainnya. Ia perlu mematikan semua gosip itu sekaligus. Dulu ia memang tidak pernah mempedulikannya, tetapi kini karena Aleksis sudah kembali dalam kehidupannya, ia tak ingin istrinya itu menjadi salah paham. "Tetapi namaku di luaran sekarang adalah Elios Linden, maka kau akan menjadi Nyonya Linden di muka umum."     

"Ah... aku akan senang sekali menjadi Nyonya Linden," kata Aleksis sambil mencium bibir Alaric dengan penuh cinta. "Aku mencintaimu, Tuan Linden."     

"Aku lebih mencintaimu, Nyonya Linden." Alaric membalas ciuman istrinya dengan hangat. Ia tidak mempedulikan wajah-wajah kaget para stafnya di pesawat yang baru pertama kali melihat tuan besar mereka mencium seorang wanita secara terbuka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.