The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan keluarga



Keputusan keluarga

0Lauriel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan peristiwa yang terjadi begitu cepat dan tahu-tahu membuat suasana menjadi mencekam. Ia tidak tahu apakah dirinya juga sekejam itu kalau sedang marah...     

Caspar yang bisa membaca pikirannya segera mengangguk ke arah Lauriel dan mengiyakan pertanyaannya. 'Persis sepertimu' katanya tanpa suara.     

Ah... mungkin dulu, pikir Lauriel. Sedari dulu Lauriel adalah orang yang pendiam dan tidak banyak bicara. Ia juga jarang marah, tetapi sekali kemarahannya timbul, semua orang akan gemetar di tempatnya.     

Sekarang ia merasa lebih tenang dan tidak pernah lagi meluapkan kemarahan dengan kejam. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya ia bahkan hampir tidak pernah marah selama sepuluh tahun terakhir ini, kecuali kemarin ketika melihat Marion yang telah berbohong kepadanya tentang Alaric.     

Ia kini berharap seiring dengan waktu Alaric pun bisa menjadi semakin lunak dan menjadi lebih bahagia dalam hidupnya bersama Aleksis dan anak-anak mereka. Setelah ini, masih ada banyak hal yang harus dibicarakan. Tentang kandidat ketua klan, tentang berbagai proyek automatisasi RMI yang membuat Caspar kuatir, dan masih banyak lagi.     

Setelah insiden dengan keluarga Blue, Alaric sama sekali tidak berminat lagi untuk berlama-lama di pesta pernikahannya sendiri. Ia mengajak Aleksis masuk ke dalam kastil meninggalkan para tamu yang segera tampak lega begitu melihatnya menghilang.     

Lex dan Moira dengan marah segera membawa anaknya pulang. Mereka sama sekali tidak menggubris Ned yang mencoba menenangkan situasi.     

"Sudahlah... kau tadi lihat sendiri anak itu yang mencari gara-gara," komentar Portia. Ia tidak mempedulikan keluarga Blue dan segera menghampiri Vega dan Altair yang tampak keheranan melihat peristiwa yang baru terjadi. Ia berlutut di depan kedua anak itu dan menenangkan mereka. "Anak-anak... kalian tidak usah takut. Ayah kalian tadi marah karena kalian dan ibu kalian dihina orang. Ia tidak akan pernah marah kepada kalian."     

Altair mengangguk diikuti oleh Vega.     

"Tapi Papa Nic tidak pernah marah," cetus Vega tiba-tiba.     

"Hmm... Papa Nic dan ayah kalian punya sifat yang berbeda. Tapi aku yakin suatu hari nanti Papa Nic juga bisa marah kalau ada yang mengganggu kalian."     

Vega tertunduk sedih. Ia ingat bahwa ibunya tidak jadi menikah dengan Nicolae. Portia yang melihat kesedihannya hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu situasi di antara ayah dan anak ini memang cukup rumit. Ia hanya berharap tidak akan ada pihak yang mengalami kesedihan berkepanjangan.     

Nicolae datang mendekat dan menggendong Vega di tangannya dengan penuh kasih sayang. "Kau kenapa, Putri kecil? Ada yang mengganggumu?"     

Vega membenamkan kepalanya di bahu Nicolae dan menangis. "Aku mau tinggal di sini... Seharusnya kami pindah ke sini, kan? Kenapa Papa Nic dan Mama tidak jadi menikah?"     

Nicolae yang sudah berusaha melupakan kesedihannya akibat batalnya pernikahannya dengan Aleksis, kini kembali merasa hatinya seolah diiris sembilu. Ia pun sangat menyayangi kedua anak ini dan sudah membayangkan hidupnya bersama mereka.     

"Hmm... kalian boleh kok tinggal di sini. Ini rumah ayah kalian juga. Vega bicarakan saja dengan Papa Alaric ya... Papa Nic yakin dia akan mau tinggal di sini bersama kalian," katanya kemudian. "Papa Nic juga akan sering berkunjung."     

Vega tidak menjawab dan terus menangis. Bahkan Altair yang sudah bisa menerima Alaric sebagai ayahnya, kini juga menjadi sedih. Bagaimanapun selama empat tahun terakhir ini Nicolae yang menghabiskan sangat banyak waktu bersama mereka, bertualang bersama mereka, dan menjaga mereka.     

Sungguh situasi yang rumit dan menyedihkan bagi banyak orang...     

***     

Ketika pesta akhirnya selesai dan tamu-tamu pulang, keluarga besar Schneider dan Medici berkumpul di ruang keluarga yang besar dan membicarakan kelanjutan nasib Aleksis dan anak-anaknya.     

Seharusnya, berdasarkan rencana semula, Aleksis dan kedua anaknya akan pindah tinggal di Kastil Medici, semua barang-barang mereka pun telah disiapkan untuk memulai hidup baru di sana. Tetapi kini, dengan kehadiran Alaric yang tiba-tiba, mereka tentu harus membicarakan kemana ia hendak membawa istri dan anak-anaknya.     

"Akhirnya selesai juga," komentar Finland sambil duduk di sofa empuk ruang keluarga dan melepaskan sepatunya. "Sekarang kita tinggal membahas masalah teknis setelah pernikahan."     

Alaric yang duduk di samping Aleksis mengangguk. "Sebenarnya aku ingin membawa Aleksis dan anak-anak pulang bersamaku."     

Ia melihat Vega yang tampak memeluk Nicolae tambah erat dan hatinya merasa sedih. Ia berharap suatu hari nanti anak perempuannya akan dapat menyayanginya seperti kepada Nicolae. Tetapi sementara ini, ia harus dapat bersabar.     

"Tetapi aku dan Aleksis membicarakannya dan kami sudah mengambil keputusan..." Alaric menoleh kepada Aleksis yang mengangguk pelan, "Aku tahu akan sangat sulit bagi anak-anak untuk langsung berpisah dengan Nicolae... karena itu aku berharap Nicolae mau menemani Altair dan Vega selama satu tahun ke depan. Aku dan Aleksis akan berkunjung setiap bulan, sambil berusaha membuat mereka terbiasa akan kehadiranku... Tahun depan kita akan bicarakan lagi."     

Semua orang tampak sangat terkejut mendengar kata-kata Alaric. Nicolae mengangkat wajahnya dengan pandangan sangat kaget tetapi senang. Ia tentu saja sangat senang bila tidak dipisahkan dengan Altair dan Vega secara tiba-tiba.     

Dari kemarin hatinya terasa sangat sakit karena membayangkan harus berpisah begitu saja dengan wanita yang ia cintai dan anak-anak yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Transisi selama setahun ini akan dapat memberinya waktu untuk pelan-pelan merelakan mereka.     

Keputusan untuk membiarkannya menghabiskan waktu bersama Altair dan Vega cukup bijak, karena secara perlahan masing-masing dapat mengucap selamat tinggal. Sementara itu, hal yang sama tidak mungkin berlaku pada Aleksis. Jika Nicolae harus pelan-pelan mengucap selamat tinggal, tentu rasanya akan semakin berat, karena ia yakin kalau ia sering bertemu gadis itu, rasa cintanya tidak akan pernah padam.     

"Aku setuju," kata Nicolae cepat. Ia mencium rambut Vega dan berbisik kepadanya," Ssh... kalian bisa tinggal bersama Papa Nic. Vega tidak usah sedih lagi, ya..."     

"Hmm... baiklah kalau begitu..." Lauriel mengangguk puas, "Tetapi kalian tidak buru-buru pergi kan? Ayah baru bertemu denganmu kemarin. Setidaknya tinggallah di sini selama seminggu. Ada banyak yang ingin ayah bicarakan."     

Alaric tampak enggan, tetapi akhirnya ia mengangguk. Ia enggan karena akan berada di bawah satu atap dengan laki-laki yang hampir menikahi istrinya, dan menjadi ayah bagi anak-anaknya, tetapi di sisi lain ia sebenarnya ingin lebih mengenal ayahnya dan saudaranya.     

"Aku juga ingin mengundangmu ke Stuttgart," kata Caspar menyambung ucapan Lauriel, "Kami masih ingin mengenalmu lebih dekat."     

Alaric juga mengangguk. Ia tahu menikahi Aleksis berarti ia harus menerima keluarganya juga, dan ia harus dapat meluruskan hubungannya yang buruk dengan Caspar.     

Akhirnya diputuskan selama seminggu itu Alaric dan Aleksis tetap tinggal di Kastil Medici dan menghabiskan waktu mengenal keluarga ayahnya, setelah itu mereka berdua pergi mengunjungi keluarga Caspar di Stuttgart, sementara Altair dan Vega tetap tinggal di Grosseto bersama Nicolae dan Lauriel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.