The Alchemists: Cinta Abadi

Keributan Kit (1)



Keributan Kit (1)

0Setelah kedua mempelai selesai dengan dansa pertama, tamu-tamu juga ikut melangkah ke depan dan ikut berdansa. Kursi-kursi disingkirkan ke pinggir sehingga ruang untuk berdansa menjadi lebih luas. Caspar mengajak Finland berdansa karena ia tahu Billie Yves adalah penyanyi kesayangan istrinya.     

Jean menarik tangan Marion untuk mengikuti langkah mereka, karena ia pun sangat menyukai musik Billie, yang pernah menjadi kekasihnya selama belasan tahun. Setelah mereka menikah, Marion tidak lagi cemburu kepada Billie dan sudah dapat menikmati musiknya bersama Jean.     

"Sebentar, aku mau minta tolong dulu," kata Marion kepada Jean. Ia menghampiri Altair dan membisikkan sesuatu kepadanya. Altair tampak mengangguk lalu berjalan mendekati Jean-Marie yang tampak cemberut.     

"Jean-Marie, kau mau berdansa denganku?" Ia mengulurkan tangannya kepada anak perempuan itu. Seketika wajah Jean-Marie tampak menjadi cerah dan ia pun mengangguk. Keduanya mengikuti langkah Jean dan Marion ke lantai dansa dan tertawa-tawa.     

Melihat orang-orang mulai turun, Lauriel kemudian menghampiri Alaric dan Aleksis lalu meminta tangan Aleksis dari anaknya. Alaric sebenarnya enggan, karena ia tak mau berbagi istrinya dengan siapa pun, tetapi karena Aleksis memberi tanda agar ia mengalah, akhirnya Alaric mundur lalu duduk ke kursi di samping Vega yang sedang memperhatikan ibunya sambil menggendong anjingnya.     

"Uhm... Vega, kamu mau berdansa dengan ayah?" tanyanya kemudian. Ia sudah mendengar anak-anaknya memanggil Nic dengan sebutan Papa dan ia tak mau memaksa mereka memberinya panggilan yang sama.     

Vega menatap Alaric untuk beberapa lama dan akhirnya menggeleng. Alaric mengangguk. Ia sudah menduganya.     

"Tidak apa-apa." Ia menghela napas panjang, tetapi berusaha tidak menunjukkan kekecewaannya.     

Alexandra, Shekina, dan Lyana datang menghampiri para pendamping pengantin pria dan mengajak mereka berdansa.     

"Ayolah... jangan membiarkan nona-nona ini kecewa," kata Terry dengan gembira. "Nicolae, kau ajak Alexandra dan London ajak Lyana."     

Ia menyikut Nicolae dan London lalu tanpa menunggu jawaban ia telah menarik tangan Shekina ke lantai dansa.     

Demi sopan santun Nicolae terpaksa membungkuk sedikit ke arah Alexandra dan mengulurkan tangannya. Alexandra menerimanya dan berdua mereka menyusul Terry dan Shekina.     

London tersenyum ke arah Lyana dan mengulurkan tangannya juga. Untuk sesaat Lyana tampak terpesona karena senyum London membuat lesung pipinya terlihat sangat melelehkan hati, dan wajahnya terlihat persis seperti ayahnya.     

"Aku baru tahu bahwa Lauriel punya dua anak laki-laki," komentar Shekina sambil mengikuti langkah-langkah Terry yang memandunya berdansa. "Ada sangat banyak kejutan di pesta kali ini."     

Terry mengangguk, "Kami juga baru tahu kemarin. Kau bisa bayangkan betapa kagetnya semua orang..."     

"Oh ya? Bagaimana bisa kalian baru tahu kemarin? Bukankah di undangan yang dikirim sejak bulan lalu sudah jelas bahwa Aleksis akan menikah dengan..." Seketika kata-kata Shekina terhenti. Ia tampak tertegun, lalu menoleh ke arah Nicolae yang sedang berdansa dengan Alexandra dan kemudian menekap bibirnya. "Astaga..."     

Terry mengerutkan keningnya, "Kau kenapa?"     

"Kalau kalian baru tahu Lauriel punya anak kedua... berarti..." Shekina menggeleng-geleng dan menoleh sekali lagi ke arah Nicolae, "berarti seharusnya hari ini Aleksis menikah dengan Nicolae... tetapi pernikahannya terpaksa batal sehari sebelumnya karena ternyata Aleksis bertemu kembali dengan suaminya... yang ternyata adalah saudara Nicolae..."     

Terry terkesima, "Astaga... kenapa kau pintar sekali? Aku cuma bilang bahwa kami baru tahu kemarin kalau Lauriel punya dua anak, kenapa kau bisa langsung menyimpulkan sejauh itu?"     

Shekina megerucutkan bibirnya, "Aku ini memang cantik, tapi aku tidak bodoh ya.."     

Terry menghela napas, "Itu benar, tapi tolong jangan menjadikannya bahan gosip ya. Nicolae dan kedua pengantin sudah cukup menderita."     

Shekina mengangguk. Tetapi ia mengerling ke arah Nicolae sekali lagi dan tampak kasihan kepadanya. Kasihan sekali, mempelai pria yang ditinggalkan sehari sebelum pesta pernikahan dan kini justru harus menjadi pendamping adiknya sendiri...     

Sementara itu Alexandra yang sedang berdansa dengan Nicolae tampak tidak banyak bicara. Alexandra masih kesal mengingat dirinya ternyata memiliki kemiripan dengan pengantin perempuan dan ia menduga Nicolae memperlakukannya dengan baik karena kemiripan itu.     

Kekesalannya bertambah karena Nicolae juga sepertinya tidak peduli bahwa ia sedang cemberut. Setelah berdansa setengah lagu, akhirnya ia tidak tahan lagi.     

"Aleksis itu... matanya unik ya..." katanya tiba-tiba. "Aku selalu dipuji orang-orang karena memiliki mata yang unik, tetapi ternyata ada juga orang lain yang memiliki mata sepertiku. Ayahmu, Lauriel contohnya, dan Aleksis, sang pengantin."     

Nicolae menatap mata Alexandra dan mengangguk, "Benar."     

"Aku jadi ingat empat tahun lalu, Eli memperhatikanku sangat lama, aku kira ia menyukaiku, tetapi ternyata ia tetap berlaku acuh tak acuh. Itu membuatku sangat bingung. Ternyata kini aku menemukan jawabannya. Rupanya saat itu aku membuatnya teringat kepada Aleksis," kata Alexandra lagi.     

"Benarkah?" tanya Nicolae. Ia tidak tahu hal ini. Ia pun mengakui bahwa Alexandra secara sepintas terlihat mirip dengan Aleksis dan bila dilihat dari dekat maka matanya yang unik juga akan membuat orang-orang teringat kepada Aleksis.     

"Benar. Hal itu ternyata cukup membuatku sebal..." keluh Alexandra.     

"Kenapa sebal?" tanya Nicolae tidak mengerti.     

"Ya, tentu saja sebal. Orang-orang akan selalu membandingkan kami, dan mungkin orang yang tidak bisa mendapatkan Aleksis akan mendekatiku sebagai pelampiasan atau pengganti dirinya. Tidak seorang pun senang menjadi pelampiasan orang lain," kata Alexandra mulai ketus.     

Ia menatap Nicolae dengan pandangan menyelidik seolah hendak memaksa pemuda itu untuk berterus terang bahwa ia memang mendekati dirinya karena kemiripannya dengan Aleksis.     

Nicolae bukanlah anak kemarin sore dan ia mengerti maksud kata-kata Alexandra. Ia memang tersenyum, tetapi kata-katanya terdengar jauh dari manis.     

"Aleksis memiliki kecantikan batin dan kelebihan-kelebihan lain yang jauh melampaui sekadar penampilan fisik dan sepasang matanya yang unik. Aku yakin kalaupun ada perempuan yang bisa menyerupai Aleksis secara fisik, mereka tak akan pernah dapat meniru kepribadiannya. Kecantikan manusia hanyalah sebatas kulit. Cinta membutuhkan lebih dari sekadar kecantikan fisik."     

Tepat saat itu lagu pun berakhir dan Nicolae membungkuk sedikit lalu meninggalkan Alexandra. Gadis itu hanya terpaku di tempatnya mendengar kata-kata Nicolae yang diucapkan dengan halus tetapi baginya terasa sangat menusuk.     

Jadi maksudnya aku ini hanya mirip secara fisik tetapi tidak memiliki kecantikan batin seperti Aleksis?!! pikirannya dipenuhi kemarahan. Akhirnya ia menghentakkan kakinya dan berbalik ke mejanya dengan wajah marah.     

Bukan hanya Alexandra yang dipenuhi kekesalan pada sore hari itu. Sejak tadi melihat Alaric berjalan melintasi lorong pernikahan dan mengejutkan semua orang sebagai pengantin yang akan menikah, Kit Blue telah dihantui perasaan geram dan murka.     

Ia tidak mengira, penantiannya selama empat tahun ini akan berakhir dalam kesia-siaan belaka. Ia merasa telah cukup bersabar. Ia berkali-kali datang ke berbagai acara yang diadakan untuk Elios Linden dan keluarganya mendukung pria itu untuk mendapatkan keinginannya yaitu dukungan dari keluarga-keluarga Alchemist lainnya untuk menjadi ketua klan, menggantikan Caspar Schneider, tetapi kini... ia justru membelot dan menikahi anak keluarga Schneider...     

Tidak, ia malah telah menikahi gadis sialan itu sepuluh tahun yang lalu...! Kurang ajar sekali!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.