The Alchemists: Cinta Abadi

Terlambat ke pesta **



Terlambat ke pesta **

0Matahari sudah tinggi tetapi pasangan yang baru bertemu kembali itu masih terlelap di peraduan. Alaric sudah lama tidak dapat tidur dengan baik, sehingga bahkan kedua asistennya menguatirkannya, tetapi hari ini ia tertidur pulas sekali, bukan hanya karena semalam ia bekerja keras tetapi juga karena dirinya merasa sangat nyaman tidur dengan memeluk Aleksis.     

"Sudah siang, sebentar lagi tamu-tamu mulai berdatangan," kata Finland sambil berkali-kali menoleh ke arah sayap Barat kastil, berharap melihat bayangan anak perempuannya berjalan keluar menuju ruang tamu. "Masakan kita mengadakan pesta tanpa pengantinnya?"     

Caspar hanya mengangkat bahu dan tertawa pelan, "Sudahlah... biarkan saja mereka beristirahat. Yang penting nanti sore mereka sudah keluar untuk menemui tamu-tamu."     

Lauriel yang baru datang dan mendengar percakapan kedua sahabatnya itu hanya tersenyum simpul.     

"Biarkan saja. Anggap saja acara ini sebagai acara pertemuan klan, karena toh mereka juga sebenarnya sudah menikah. Jangan karena kita ingin menjaga muka kita dari orang-orang karena pesta yang kita adakan, kita jadi memaksa Alaric dan Aleksis untuk menghadiri pesta yang sebenarnya tidak mereka inginkan."     

Lauriel tahu Alaric juga tidak menyukai keramaian seperti dirinya, dan sebagai ayah ia pun tak peduli jika nantinya tamu-tamu akan akan kecewa karena mereka datang dan tidak ada pernikahan sekalipun. Ia memang tidak pernah peduli pada pandangan orang lain.     

"Hmm... begitu ya?" tanya Caspar. Ia menoleh ke arah istrinya, "Kita juga tidak pernah merayakan pesta pernikahan kan? Dulu kita menikah mendadak dan mengumumkannya di pesta ulang tahun Aldebar. Kenapa tidak kita saja yang memanfaatkan pesta ini?"     

"Astaga, Caspar, kau ini!" seru Finland sambil memukul bahu suaminya, "Kita ini sudah tua. Kita sudah menikah lebih dari 30 tahun!"     

Caspar hanya tertawa karena barusan berhasil menggoda istrinya. Ia memeluk Finland dan mendaratkan ciuman ke bibirnya dengan mesra. Lauriel hanya memutar bola matanya melihat mereka lalu pergi mencari Altair dan Vega yang sedang bermain dengan anjing baru mereka.     

"Hmm... kalian sudah memberinya nama?" tanya Lauriel sambil mengusap-usap punggung anjing mini-bulldog mereka yang baru, yang sekilas sangat mirip dengan Pangeran Siegfried Kecil.     

Vega mengangkat wajahnya dan mengangguk, "Namanya Aurora, ini anjing betina."     

"Ohh... bagus sekali." Lauriel memuji.     

Ia lalu duduk dan memangku Vega di pangkuannya sambil mengajaknya mengobrol tentang apa saja. Altair duduk di sampingnya dan gantian memangku Aurora. Lauriel tak putus-putusnya tersenyum saat memandangi mereka, dua bocah yang sangat disayanginya seperti cucunya sendiri, dan ternyata sekarang diketahuinya sebagai cucu kandungnya, dari anak angkat yang sangat disayanginya dan anak kandungnya yang selama ini hilang.     

***     

Alaric akhirnya bangun ketika merasakan Aleksis bergerak halus dalam pelukannya. Ia membuka mata dan memejamkannya beberapa kali sambil berusaha mengingat-ingat apa saja yang telah terjadi.     

Ketika ia menoleh ke samping dan menemukan tubuh Aleksis yang meringkuk dan menyandarkan kepala di dadanya, ia segera teringat semua yang terjadi sejak kemarin siang, hingga kemudian mereka berdua berakhir di kamar Aleksis dan bercinta sangat dahsyat hingga hari hampir pagi.     

Oh.. ini bukan mimpi!     

Ia tersenyum tipis dan memejamkan mata, menikmati aroma citrus segar dari tubuh Aleksis yang selalu dirindukannya.     

Ia sudah pulang.     

Aleksis adalah rumahnya dan Alaric kini telah pulang.     

Ia berusaha diam tidak bergerak agar tidak membangunkan Aleksis yang terlihat sangat lelap. Ia akan berbaring saja dan menikmati tubuh gadis itu dalam pelukannya.     

Matanya kemudian menangkap jam elektronik di dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang. Hmm... seharusnya pesta pernikahan sudah dimulai, kan? Kenapa tidak ada satu pun orang yang datang menganggu untuk membangunkan kami? pikirnya.     

Ia kemudian tersenyum dan menyadari bahwa seisi keluarganya membiarkan ia dan Aleksis beristirahat.     

Keluarganya...     

Ah, itu suatu kata yang sangat asing baginya, tetapi sangat menyejukkan hati.     

Alaric ingat selama hampir seratus tahun hidupnya ia selalu merasa sebatang kara, hingga ketika ia bertemu Aleksis, kemudian mereka berpisah karena sama-sama menduga kekasihnya meninggal dunia, dan bagaikan layangan putus Alaric kembali merasa seorang diri.     

Ia memang menikmati perhatian dan kasih sayang Portia yang mengangkatnya sebagai anak, tetapi rasanya tidak sama. Ia masih perlu waktu untuk bisa menerima Ned dan Portia sebagai keluarganya.     

Tetapi kemarin, tidak saja ia kembali bertemu dengan istrinya, ia pun bertemu ayah kandungnya yang ternyata sangat menyayanginya, ia juga bertemu saudara kandungnya, Nicolae yang begitu baik dan berbesar hati merelakannya untuk bahagia kembali bersama Aleksis, Ned dan Portia juga sudah meluruskan kesalahpahaman mereka dengan Lauriel dan semuanya sudah berdamai...     

Ahh... dan Alaric juga mempunyai dua orang anak yang sangat menggemaskan! Ia kini merasa sebagai laki-laki paling beruntung di dunia.     

Dan... nanti, ia dan Aleksis akan memiliki anak-anak lagi untuk mengisi rumah mereka. Ia akan meminta anak yang banyak untuk mengkompensasi semua kesepian yang dialaminya selama ini. Rumah mereka akan selalu diisi tawa anak-anaknya yang berbahagia.     

Ah, Altair dan Vega jelas-jelas mewarisi penampilannya. Kalau begitu, Alaric berharap anak-anak mereka berikutnya akan mirip Aleksis. Ia sangat ingin melihat Aleksis-Aleksis kecil di sekitar mereka...     

Semua pikiran ini membuatnya tersenyum bahagia.     

"Uhmm... selamat pagi," Aleksis membuka mata dan menyapanya saat melihat Alaric tersenyum. "Bagaimana tidurmu?"     

Alaric tidak menjawab, ia mencium kening Aleksis dan memejamkan mata.     

"Hmm... jam berapa ini?" tanya Aleksis lagi. Alaric malah mengeratkan pelukannya, tetap tidak menjawab. Aleksis kemudian melihat ke arah jam di dinding dan seketika terhenyak kaget. "Astaga!! Ini sudah jam 2 siang!!!"     

Alaric tertawa melihat reaksinya. Aleksis tertegun, ia sangat jarang melihat Alaric tertawa, sehingga pemandangan ini menjadi sesuatu yang istimewa. Ia terpukau melihat pemuda tampan itu tampak senang sekali.     

"Ekspresimu lucu sekali," kata Alaric akhirnya. "Tidurku baik. Aku sudah bangun dari tadi dan menyadari kita sudah terlambat. Sepertinya semua orang sengaja membiarkan kita beristirahat."     

"Oh..." Aleksis menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aku malu sekali... entah bagaimana aku nanti bisa menunjukkan wajahku di depan orang-orang."     

Alaric duduk di pembaringan dan mengusap kepala Aleksis. "Tidak apa-apa, ada aku. Aku akan menemanimu."     

"Ugh... pestanya dimulai jam 2 untuk ramah tamah dan lain-lain, seharusnya kalau kita mandi dan bersiap-siap sekarang, kita masih bisa muncul sebelum acara utama." Aleksis bangkit dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mereka. Ketika ia hendak turun dari tempat tidur, Alaric segera menangkap tangannya dan menahan tubuhnya dengan cekatan.     

"Uhmm... aku tidak peduli dengan tamu-tamu itu," bisiknya dengan suara parau saat ia bergerak dan menindih tubuh Aleksis, lalu bibirnya bergerak menciumi bibir dan leher Aleksis dengan penuh semangat.     

Saat melihat tubuh indah Aleksis di balik selimut, hasratnya kembali muncul dan Alaric merasa tak perlu menahan diri. Toh mereka sudah terlambat. Terlambat satu atau dua jam tidak ada bedanya.     

"Ya ampun... kita... ahh.. harus.. ahhh... harus mandi," Aleksis berusaha protes, tetapi bibirnya yang kurang ajar malah berkali-kali mengeluarkan desahan sukacita saat Alaric menekan tubuhnya ke tempat tidur lalu membuka kakinya dengan wajah dihiasi senyum tipis.     

Suaminya membelai punggungnya dengan penuh kasih sayang dan memanjakan payudaranya dengan remasan dan hisapan secara bergantian, sambil mengambil posisi untuk memasukinya kembali. Aleksis tak henti-hentinya merintih dan mendesah saat tubuh dan bibir keduanya berpagutan dalam satu harmoni yang dibalut kerinduan mendalam.     

Ketika kejantanan Alaric mendorong masuk ke dalam liang kewanitaan Aleksis yang basah dan hangat, istrinya sudah melupakan kekuatirannya karena terlambat datang ke pesta pernikahan mereka sendiri. Ia tidak peduli lagi. Saat Alaric memanjakan Aleksis dengan ciuman dan memompa dengan cepat, Aleksis kembali dibawa ke langit ketujuh berkali-kali.     

***     

Tamu-tamu sudah berdatangan dan suasana taman Kastil Medici tampak sangat meriah dan indah. Semua orang yang hadir tampak sangat tampan dan cantik jelita. Mereka mengenakan berbagai pakaian yang indah dari berbagai zaman sesuai dengan selera pribadi masing-masing.     

Sudah sangat lama tidak ada pesta pernikahan di antara klan Alchemist dan mereka semua sangat bersemangat untuk menyaksikan acara yang mungkin hanya terjadi sekali dalam seribu tahun, pernikahan antara dua keluarga paling terhormat di klan Alchemist: keluarga Schneider dan keluarga Medici.     

Sebagian orang yang pernah diundang ke acara pengumuman Nicolae dulu telah dapat menduga bahwa ialah, sang pewaris keluarga Medici yang akan menikah, dan itu menimbulkan banyak patah hati di antara gadis-gadis klan yang tadinya berharap mereka bisa memikat hatinya.     

Tetapi putri keluarga Schneider rasanya menjadi misteri yang sangat membuat banyak orang penasaran. Mereka tahu bahwa Caspar dan istrinya menikah 31 tahun yang lalu tetapi mereka tidak pernah mengumumkan anak-anaknya, hingga empat tahun yang lalu dan mereka juga tidak pernah diketahui memiliki seorang anak perempuan.     

Seperti apakah orangnya gadis yang berhasil menaklukkan hati Nicolae Medici, sang pewaris keluarga Medici itu?     

Bahkan sebelum Aleksis muncul, sudah ada begitu banyak orang yang sangat penasaran ingin melihatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.