The Alchemists: Cinta Abadi

Misteri Masa Lalu L



Misteri Masa Lalu L

0London tidak tahu apa yang terjadi antara L dan Danny, yang jelas saat makan malam L memberinya kabar buruk. Ia tidak dapat menikah dengan London dengan segera, dan ia menolak memberi tahu alasannya.     

"Aku tidak mengerti. Kenapa berubah lagi? Tadinya kau bilang perlu waktu sebulan untuk membereskan urusanmu... Kenapa sekarang berubah menjadi enam bulan? Apakah si Angssa itu mengancammu? Aku bisa mendatanginya dan memberi dia pelajaran," tukas London dengan kesal. "Benarkah itu karena dia?"     

L tampak sama kesalnya dengan London tetapi ia menolak menjawab.     

"Aku tidak mau membahasnya sekarang. Kumohon. Kepalaku sakit memikirkannya."      

"Kalau memang dia yang mengancammu, aku akan mendatanginya..."     

"Killian! Kau mau dengar kata-kataku atau tidak?" Tiba-tiba L berdiri dan memegang tangan London. "Kau. Tidak. Boleh. Menemuinya. Aku tidak ingin dia tahu kau siapa."     

"Eh.. kenapa begitu? Mengapa aku harus bersembunyi?" tanya London kebingungan. Ia bukan lelaki yang memalukan. Tidak ada alasan bagi dirinya untuk takut ataupun menyembunyikan diri dari orang lain.     

"Karena aku tidak mau kau menjadi terlibat, oke? Apa kau mengerti beban pikiranku?" tukas L. "Bagiku, Lily dan dirimu adalah bagian dari kehidupan pribadiku. Aku tidak mau membagi kalian dengan publik. Kalau kau mencarinya, dia akan tahu identitasmu..."     

London mengerutkan keningnya. Ia mulai mengerti apa yang terjadi.     

"Sebentar... " Ia menyentuh tangan L yang tadi menarik tangannya. "Apakah dia mengancam akan menyebarkan kepada publik bahwa kau hamil dan melahirkan anak di luar nikah? Itukah yang menjadi kekuatiranmu? Kau kuatir dia akan tahu siapa aku, dan kita tinggal di mana?"     

Akhirnya L mengangguk pelan. "Dia menolak memutuskan pertunangan. Katanya kalau aku terus memaksa, dia akan menyebarkan berita bahwa aku sudah hamil dan melahirkan. Kau tahu betapa buruknya itu untuk karierku.."     

"Aku tidak mengerti di mana masalahnya? Kita tinggal mengumumkan kalau kita sudah menikah," kata London kemudian.     

"Tidak bisa..." keluh L. "Kau tahu aku tidak bisa berbohong. Aku membenci kebohongan. Kau mau aku melanggar prinsipku sendiri?"     

London menghela napas. Ia sangat menyukai L yang memiliki integritas, tetapi untuk situasi seperti ini ia berharap L tidak keberatan berbohong. Sekali ini saja...     

"Oke.. baiklah.. Memangnya kenapa kalau orang-orang tahu? Di zaman modern seperti sekarang hal seperti itu sudah biasa." Ia mencoba berargumen lagi.     

"Tidak denganku. Karierku baru dimulai dan saat ini aku sangat terkenal. Kau bayangkan bagaimana rusaknya citraku nanti. Umurku masih 19 tahun..." L menekap wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai menangis. "Mereka tidak akan peduli kalau aku hanya korban. Karierku bisa hancur...."     

"Sayang... kariermu tidak akan hancur.. Kau sangat berbakat.." London menjadi kebingungan melihat L mulai menangis.     

"Karierku akan hancur... dan aku tidak akan bisa membiayai rumah ini dan perawatan Lily..." L menangis semakin sedih. "Kau tahu betapa mahalnya semua biaya perawatan Lily... Aku tidak mungkin merepotkan agensiku terus. Kau tahu sudah berapa banyak aku berutang budi kepada Tuan Schneider. Dia begitu baik kepadaku dan aku malah membalasnya dengan skandal!"     

L kini menangis tersedu-sedu.     

London mengerti kekhawatiran L. Gadis itu sangat takut kariernya jatuh karena skandal akibat berita tentang ia hamil dan melahirkan di luar nikah menyebar keluar. Skandal itu dapat dipelintir seolah-olah ia adalah seorang gadis remaja nakal yang tidak pantas menjadi panutan bagi generasi muda.     

Bagi L, kariernya sangat penting karena ia mengandalkan penghasilannya sebagai artis untuk membiayai keluarganya, sebab ia masih mengira London adalah orang miskin. Pria itu mengaku baru wawancara pekerjaan dan hasilnya akan diumumkan seminggu lagi.     

Jadi sekarang, bisa dibilang London masih seorang pengangguran di mata L. Sehingga tentu saja ia menjadi kuatir akan kehidupannya dan Lily bila kariernya hancur...     

Ugh... memikirkan itu rasanya London ingin memeluk L dengan erat dan membisikkan kepadanya bahwa gadis itu tidak perlu kuatir lagi akan apa pun di dunia ini. Ia, London Schneider, akan menyediakan semuanya...     

Tetapi untuk sementara ia terpaksa menahan diri.     

Ia hanya dapat memeluk L dan mengatakan, "Baiklah... kau tenangkan diri dulu. Kita bicarakan lagi besok. Aku akan membantu memikirkannya."     

L masih menangis selama setengah jam sebelum akhirnya ia mengangguk dan melepaskan diri dari pelukan London.     

"Aku akan memerah ASI dulu dan menyapa Lily, baru tidur. Selamat malam," kata gadis itu dengan suara lemah.     

"Selamat tidur, Sayang." London mengangguk dan melepas L ke kamarnya.     

Ia lalu membereskan perlengkapan makan mereka dan kemudian masuk ke kamarnya. Di sana ia menelepon Jan dan memintanya segera mencari tahu semua informasi tentang Danny Swann.     

"Aku mau tahu semuanya tentang dia. Aku mau tahu dia punya berapa sepatu, apa yang dimakannya tadi pagi, siapa saja orang yang sudah dibuatnya marah.. SEMUANYA." London sungguh marah kepada Danny yang telah membuat L kesal hingga menangis. Ia ingin tahu apa alasannya pria itu tidak mau melepaskan L.     

Setelah ia mengetahui semua tentang Danny, ia akan menggunakan informasi itu untuk mencari cara untuk menekan Danny agar melepaskan L, tanpa ia harus turun tangan sebagai London Schneider.     

"Baik, Tuan. Oh, ya... aku sudah mendapatkan titik terang tentang keluarga Nona L..." kata Jan kemudian. "Laporannya baru saja masuk dari Allen."     

"Baiklah, aku mau dengar." London duduk menyilangkan kaki di kursi kerjanya dan mendengarkan penjelasan Jan.     

"Allen menyelidiki semua kenalan dan orang-orang yang berhubungan dengan keluarga Swann hingga 20 tahun ke belakang. Ternyata tuan besar keluarga Swann, kakek Danny, memiliki seorang sahabat, mereka dulu sama-sama mengabdi di militer. Mereka mengadakan perjanjian untuk menjodohkan keturunan masing-masing. Sayangnya anak mereka berdua sama-sama lelaki, sehingga perjodohan itu lalu diteruskan kepada cucunya..."     

London sangat tertarik mendengar keterangan dari Jan. Mungkinkah ini yang dimaksud L sebagai pertunangannya?      

"Lalu?" Ia bertanya dengan tidak sabar.     

"Cucu mereka kebetulan terlahir laki-laki dan perempuan. Sebenarnya cucu pertama yang seharusnya dijodohkan, tetapi ia meninggal sewaktu kecil karena tenggelam. Maka perjodohan ini diturunkan kepada adiknya, yaitu Danny."     

"Biar kutebak... cucu perempuan dari keluarga satu lagi adalah... L?" tanya London dengan suara ingin tahu.     

"Anda benar, Tuan. Nona L adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya meninggal dalam peristiwa pembunuhan 10 tahun lalu, bersama kedua orang tua mereka." Jan menjelaskan. "Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, tetapi aku menemukan data ini ketika menyelidiki keluarga De Maestri di Prancis."     

"Jan... aku sangat lelah. Tidak bisa mengikuti informasi setengah-setengah... Bisakah kau menjelaskan semuanya dengan lengkap?" pinta London dengan suara mulai kesal.     

Jan mendeham. "Aku baru akan menyampaikan semuanya, Tuan. Sabar sedikit ya..."     

"Hmm..."     

"Jadi, Allen menyelidiki semua keluarga yang ada hubungannya dengan keluarga Swann dan menemukan bahwa 20 tahun yang lalu keluarga ini mengadakan perjanjian perjodohan dengan keluarga De Maestri. Keluarga De Maestri tinggal di Paris. Tetapi tiba-tiba saja terjadi peristiwa pembunuhan keji menimpa keluarga itu. Seisi keluarga dibantai oleh orang tidak dikenal: suami istri De Maestri dan anak bungsu mereka yang masih kecil, sementara anak perempuan mereka menghilang. Polisi menduga ini adalah tindakan balas dendam penjahat yang dimasukkan ke penjara oleh Tuan De Maestri karena profesinya sebagai hakim. Beliau adalah seorang hakim yang sangat terhormat dan banyak sekali penjahat yang membencinya..."     

London seketika merasakan sakit di dadanya memikirkan L menyaksikan peristiwa pembunuhan itu di saat umurnya masih sangat muda... dan harus hidup terlunta-lunta sejak saat itu, hingga berakhir di panti asuhan dan kemudian sudah harus mengurus dirinya sendiri sejak ia berumur 16 tahun...     

Apakah L tahu siapa yang membunuh keluarganya? Mengapa ia menyimpan dendam sedemikian besar dan ingin menikahi laki-laki sangat kaya dan berkuasa untuk membantunya membalas dendam?     

Kenapa ia tidak diselamatkan oleh keluarga Swann saat peristiwa pembunuhan itu terjadi?     

Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi kepala London saat memikirkan semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.