The Alchemists: Cinta Abadi

Berdamai dengan L



Berdamai dengan L

1L tampak terhibur melihat London tidak pernah bosan menyatakan cinta kepadanya. Ia mendorong London kembali agar berbaring di tempat tidur dan mengusap kepalanya. Wajah cantiknya kembali menjadi serius.     

"Ayo cepat tidur, biar besok kau sudah baikan. Aku perlu kau menjaga Lily seharian. Aku ada urusan penting," kata L tegas.     

"Urusan apa? Aku boleh ikut?" tanya London keheranan.     

Ia menduga ini ada hubungannya dengan L memutuskan pertunangan dengan Danny Swann.     

"Aku belum bisa bilang sekarang," jawab L. "Aku tidak mau kau terlibat."     

"Tidak mau aku terlibat? Kita akan menikah, aku suamimu, tentu aku harus terlibat," cetus London keras kepala. Ia seketika menjadi kuatir membiarkan L menyelesaikan urusannya sendirian.     

L menatapnya tajam.     

"Kita. Belum. Menikah." Kata-katanya terdengar datar. "Aku berutang budi kepada keluarga Danny. Tidak mungkin kan aku membawamu kepada mereka dan memutuskan pertunangan begitu saja? Aku bukan orang yang tidak tahu terima kasih."     

"Oh..." London akhirnya mengangguk.     

Berarti dugaannya benar.     

Ia mengerti alasan L tidak mau membawanya serta, karena itu ia mengalah. Besok ia akan memerintahkan Marc untuk mengawasi dan melindungi L. Biarlah Marc yang akan menjadi mata dan telinganya di sekitar L.     

London merasa lega karena L benar-benar akan memutuskan hubungan dengan Danny. Ia akan mempercayai L untuk melakukan sesuai dengan caranya dan tidak akan ikut campur.     

"Baiklah... aku sudah baikan. Sebaiknya kau beristirahat," kata London kemudian. Ia tidak mau bermanja-manja kepada L lebih lama dengan sakit kepala imajinernya. Ia tahu L juga perlu tidur.     

Ia bergidik membayangkan bahwa berpura-pura sakit juga sebenarnya termasuk kebohongan.     

Sungguh kebiasaan buruk! Ia harus berhenti berbohong kepada L.     

"Kau benar-benar sudah baikan?" tanya L untuk memastikan.     

London mengangguk. Ia membuka kemejanya dan menaruhnya di meja samping tempat tidur, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut. "Aku tidur sekarang."     

"Hmm.. baiklah." L memungut kemeja London dari meja dan membawanya untuk ditaruh di mesin cuci. "Kalau begitu kau tidur yang nyenyak. Aku akan memerah ASI dan menaruhnya di kulkas, baru aku akan tidur."     

Seketika telinga London menjadi tegak. Ia membuka sebelah matanya. "Kau perlu bantuan?"     

L hanya melempar bantal sofa ke wajah pemuda itu dan pergi keluar kamarnya sambil bersungut-sungut. "Dasar mesum...!"     

"Lho...? Aku salah apa? Aku kan hanya menawarkan bantuan?" Tanpa rasa bersalah London menangkap bantal yang hampir menghantam wajah tampannya dan dipeluknya untuk tidur.     

Hmm...     

Ia merasa beruntung. Waktunya tepat sekali. L meminta waktu sebulan untuk membereskan urusannya. Ia akan memutuskan pertunangan dengan Danny Swann dan menemui keluarganya.     

Sementara itu London akan memerintahkan Jan untuk menyelidiki keluarga Swann dan mencari tahu semua informasi tentang masa lalu L dari mereka.     

London harus tahu siapa yang membunuh seisi keluarga gadis yang dicintainya dan mengakibatkan L hidup menderita.     

Walaupun L sudah merelakan dendamnya, London tidak dapat membiarkan pelakunya bebas begitu saja.     

Tidak seorang pun... tidak seorang pun yang menyentuh keluarganya dapat hidup tenang tanpa mendapatkan balasan setimpal.     

Sebulan lagi.. setelah semua urusan L beres (dengan bantuan London diam-diam dari belakang), ia akan melamar gadis itu dengan benar. Tepat seperti yang L inginkan, dengan ribuan bunga dan cincin berlian termahal di dunia... dan orkestra, disaksikan semua anggota keluarganya.     

Dan... ah, bukankah pada saat itu masa nifas L juga sudah akan berakhir? Memikirkan hal itu membuat London terkikik senang. Sungguh waktu yang tepat untuk mengadakan pernikahan.      

Malam itu London tidur sambil tersenyum bahagia sekali.     

***     

Keesokan harinya, L pamit untuk pergi menyelesaikan urusannya. Setelah gadis itu pergi, London segera berkoordinasi dengan Marc dan Allen yang ditugasinya untuk mengawasi dan menjaga L dari jauh. Sementara ia sendiri memilih bekerja dari rumah agar bisa selalu dekat dengan Lily.     

Ia tidak akan melanggar kepercayaan L dengan meninggalkan Lily di rumah bersama perawat saja di saat L sedang pergi. Ia memakai pakaian steril lalu masuk ke dalam Ruang NICU pribadi tempat Lily dirawat dan membawa serta tabletnya.     

Setelah perawat selesai membersihkan Lily dan memberinya ASI. London duduk di sofa dan menyalakan Virconnect agar dapat berbicara dengan Jan dan membahas pekerjaan serta tugas-tugas pribadi yang diperintahkannya kepada asistennya itu.     

"Bagaimana kabar Nona Lily?" tanya Jan saat sambungan Virconnect-nya terhubung.     

"Baik. Dia sudah pulang ke rumah. Sejauh ini kondisinya baik-baik saja," jawab London. Ia merasa sangat senang kalau orang lain menyapanya dengan menanyakan kabar anaknya terlebih dulu.      

Ah.. mungkin itu juga yang dirasakan oleh semua orang tua, pikirnya. Ia membuat catatan mental untuk menanyakan kabar anak-anak para stafnya saat ia nanti kembali ke kantor. Mereka pasti akan senang sekali.     

"Ah, syukurlah. Semua dokter dan petugas rumah sakit yang terlibat sudah menandatangani perjanjian kerahasiaan, sehingga mereka tidak akan berani membocorkan tentang Nona L dan tentang keluarga Schneider." Jan melanjutkan laporannya.     

"Bagus." London tampak merenung sesaat. Ia ingat tentang masa lalu yang baru diceritakannya sedikit. Ia ingin Jan segera mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. "Jan.. kau selidiki keluarga Swann, dan cari tahu siapa saja yang ada di sekitar mereka. Cari keterangan hingga 10 tahun lalu. Aku menduga mereka punya hubungan erat dengan L."     

"Baik, Tuan." Jan mencatat permintaan London di tabletnya. Ia mengangkat wajahnya dan menatap London dengan penuh perhatian. "Ada lagi?"     

"Aku juga mau kau bantu aku menyiapkan acara lamaran paling romantis yang pernah ada. Kau bisa menjadikan ini sebagai sayembara internal di departemen kreatif kita. Nanti yang idenya paling menarik akan kuberi bonus besar. Ingat, uang tidak menjadi masalah."      

Jan tertegun mendengar kata-kata bosnya. Ia tidak perlu menanyakan untuk siapa acara lamaran itu diadakan karena ia bisa menebak jawabannya. Siapa lagi kalau bukan sang penyanyi.     

Seingatnya, sejak London bertemu L 7 bulan lalu, ia tidak pernah membicarakan wanita lain satu pun. Jadi... pasti L.     

Setelah membahas berbagai urusan pekerjaan dan pribadinya, London memutuskan hubungan agar Jan dapat kembali bekerja. London melihat jam dan menghitung ia masih punya waktu beberapa jam sebelum L kembali.     

Karenanya ia memutuskan untuk berkunjung ke rumah keluarganya di ujung jalan. Cuaca sangat cerah dan area perumahan mereka memang cantik, membuatnya ingin menikmati saat itu dengan berjalan kaki.     

Ia merindukan masakan ayahnya, ia juga merindukan pelukan ibunya. London ingin mendatangi mereka untuk mengadu bahwa ia lagi-lagi gagal berterus terang kepada L dan terpaksa menunda memberi kesempatan kepada keluarganya untuk dapat diperkenalkan secara resmi kepada L dan datang mengunjungi Lily.     

"Kalian jaga Lily, ya. Aku perlu keluar sebentar saja, hanya ke ujung jalan," kata London kepada Diana dan Jean, dua orang perawat yang tinggal di rumah mereka selama tiga bulan ke depan untuk bergantian merawat Lily.     

"Baik, Tuan," kata Diana dan Jean dengan hormat.     

London keluar dari gerbang rumahnya dan berjalan ke arah Mansion keluarga Schneider. Ia  tidak merasa kuatir meninggalkan Lily sebentar karena ia mempercayai kedua perawat itu.     

Lagipula ia juga sudah menyiapkan kamera-kamera tersembunyi yang diawasi Dave setiap saat. Bila terjadi apa-apa ia akan dapat langsung bertindak dan menyelamatkan Lily.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.