The Alchemists: Cinta Abadi

Si Kembar



Si Kembar

0Ketiga saudara lelaki Aleksis hanya bisa menahan napas mendengar kata-kata Nicolae. Mereka ingat peristiwa sepuluh tahun lalu ketika Aleksis melahirkan Altair dan Vega. Kelahirannya sangat berat dan menyulitkan.     

Bukan hanya karena bayinya kembar dan kanal lahir belum pernah terbuka sehingga prosesnya sangat lama dan menyakitkan, tetapi juga Aleksis sedang diliputi duka mendalam karena ia mengira suaminya, Alaric, sudah meninggal.     

Seisi keluarga bersatu untuk memberikan dukungan, kecuali Nicolae yang saat itu masih patah hati dan sedang mengembara ke ujung dunia untuk berusaha melupakan cintanya pada Aleksis. Memikirkan bahwa kali ini Aleksis akan kembali melahirkan anak kembar, Terry dan kedua adik lelakinya menjadi pucat dan resah.     

Memang kali ini Aleksis sedang dilimpahi kebahagiaan dan suaminya turut mendampingi, tetapi mereka tidak dengan serta merta berkurang rasa stressnya.      

"Aku berharap Aleksis baik-baik saja," gumam Terry, hampir seperti memanjatkan doa. London dan Rune ikut mengangguk. London seketika terkenang L yang ditinggalkannya di Berlin. Sudah dua hari berlalu dan gadis itu sama sekali tidak menghubunginya. Ugh... apakah L sama sekali tidak memikirkannya?     

Akhirnya ia menahan rasa egonya dan mengetik SMS kepada L untuk menanyakan kabarnya.     

[Bagaimana kabarmu hari ini? Kau baik-baik saja? Ada keluhan? Kakakku sedang melahirkan dan aku jadi memikirkan dirimu.]     

Ia menatap layar ponselnya sebelum memencet tombol KIRIM. Ah... ia tidak yakin L akan membalas pesannya.     

BEEP... BEEP.     

London sama sekali tidak mengira dua menit kemudian ponselnya berbunyi dan di layarnya terlihat ada pesan masuk dari L.     

Astaga!! L membalas SMS-nya! London merasa terkejut, senang, dan sekaligus berdebar-debar. Seulas senyum langsung menghiasi wajahnya saat ia membuka pesan itu.     

Sayangnya beberapa detik kemudian senyumnya hilang dan berganti rengutan.     

[Kau ini gila ya kirim SMS tengah malam begini?!? Aku sudah tidur tadi, sekarang jadi terbangun dan tidak bisa tidur lagi.]     

Ia bahkan bisa membayangkan wajah judes L dan bibirnya yang mengerucut saat menuliskan pesan barusan.     

Ah, ya, memang London bersalah. Ia sama sekali tidak ingat perbedaan waktu 7 jam antara Singapura dan Jerman. Sekarang pasti masih jam 1 pagi di Berlin, dan SMS-nya tadi memang mengganggu tidur L.     

[Maaf.]     

Ia buru-buru mengirim balasan dan mematikan ponselnya.     

Mobil sudah berhenti di depan rumah sakit dan keempat pria dewasa dan dua anak itu langsung melompat keluar dan berlari melintasi lorong-lorong rumah sakit, menuju ke sayap timur tempat Aleksis dirawat. Di sepanjang jalan keenam orang itu menarik sangat banyak perhatian karyawan rumah sakit, pasien dan pengunjung yang keheranan melihat penampilan para alchemist muda yang demikian rupawan.     

Bisik-bisik kekaguman terdengar di sana-sini tetapi keenam orang itu tidak punya waktu untuk memperhatikan. Fokus mereka sepenuhnya tertuju pada tempat Aleksis dirawat dan sedang melahirkan anak-anaknya.     

Di sayap timur mereka segera diarahkan ke bangsal VVIP yang ditutup setengahnya untuk memberi privasi bagi Aleksis dan keluarga besar Schneider dan Medici. Di lounge yang nyaman tampak Caspar yang cemas berjalan mondar-mandir sementarara Lauriel masih tampak tenang.     

Walaupun Caspar sendiri adalah seorang dokter, ia tetap hanya seorang ayah yang sangat menguatirkan satu-satunya anak perempuannya yang sedang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan. Lauriel juga gelisah dan takut, tetapi karena pembawaannya memang tenang dan kalem, ia berhasil menampakkan ekspresi datar di wajahnya.     

"Kembar lagi??" tanya Nicolae buru-buru ketika tiba di lounge. Pertanyaannya ditujukan kepada ayahnya yang hanya bisa mengangguk.     

"Sudah tahu gendernya?" tanya London sama penasarannya.     

"Dokter tidak mau memberi tahu, sesuai permintaan orang tuanya. Tetapi rasanya kita semua akan segera mengetahuinya," jawab Lauriel.     

Mereka semua hanya dapat berdiri gelisah sambil memandang pintu ke ruangan bersalin. Ruangan itu diberi peredam sehingga mereka tidak bisa mendengar suara yang sedang terjadi di sana. Hanya ada Alaric dan Finland yang menemani Aleksis di dalam ruang persalinan.     

Selama setengah jam semua orang yang menyayangi Aleksis hanya dapat menunggu dengan gelisah di lounge. Tidak ada satu pun yang berbicara karena mereka semua tegang, sehingga ketika pintu akhirnya dibuka, semua hampir melompat karena kaget.     

"Astaga... sudah lahir.." gumam London sambil menunjuk ke arah pintu yang pelan-pelan membuka dan mereka kemudian bisa melihat Alaric keluar sambil menggendong bungkusan berisi bayi di lengannya. Wajahnya bersinar-sinar dipenuhi kebahagiaan dan Terry berani bersumpah ia melihat sepasang mata mantan pembunuh paling ditakuti di dunia itu basah oleh air mata.     

Alaric tersenyum lebar dan dengan bangga memamerkan buah cintanya bersama Aleksis kepada seisi keluarganya.     

"Ini yang pertama..." katanya dengan suara serak.     

Semua orang spontan mengerumuninya dan mencoba melihat bayi baru lahir itu, tetapi berhati-hati agar tidak menyentuhnya dan membuat ruangan menjadi sesak. Bayi dalam gendongan Alaric tampak kecil sekali dan wajahnya masih dipenuhi kerutan, tetapi rambutnya sangat lebat berwarna cokelat. Ia sedang tertidur.     

"Laki-laki atau...?" Rune tidak meneruskan pertanyaannya dan berharap Alaric langsung menjawab.     

"Laki-laki. Barusan dia menangis keras sekali. Tapi secepat itu juga dia sudah tertidur...." jawab Alaric.     

Nicolae tahu saudaranya berniat memberikan nama Aleric untuk bayinya jika terlahir laki-laki. Berarti bayi ini... Aleric?     

Finland keluar sebelum semua bisa bertanya lebih lanjut kepada Alaric tentang bayinya. Wajahnya tampak lelah tetapi diliputi kebahagiaan tiada tara.     

"Heii.. ini bayi kedua!" seru Terry. "Uhmm... cuma dua kan? Atau masih ada lagi?"     

London segera memukul bahunya. "Hush...!"     

Terry hanya tertawa. Semua kembali mengerumuni Finland dan mereka melihat bahwa bayi yang ada dalam gendongannya memiliki penampilan identik dengan saudaranya yang ada dalam gendongan Alaric.     

Berarti kali ini bayinya persis sama karena mereka merupakan kembar identik!     

"Ini bayi kedua. Laki-laki juga..." jawab Finland sebelum mereka bisa bertanya. "Aleksis sedang dibersihkan dan sebentar lagi akan bersiap untuk menyusui pertama kali. Kalian hanya punya waktu lima menit untuk mengagumi keponakan baru."     

"Keduanya laki-laki? Wow..." Semua saling pandang dengan penuh semangat. Melihat Alaric yang dipenuhi kebahagiaan, semua anggota keluarganya hanya bisa ikut tersenyum dan berbahagia untuknya. Mereka tahu ia sangat menginginkan anak dari Aleksis dan ia sungguh berbakat menjadi ayah yang baik.     

Mereka senang melihat rumah Alaric dan Aleksis akan segera dipenuhi tangis dan tawa dua bayi yang akan membuat mereka repot tetapi bahagia pada saat yang sama. Altair dan Vega dengan gembira dan kagum mengamati kedua adik baru mereka.     

"Kalau keduanya lelaki, apakah kalian masih akan menggunakan nama yang kalian siapkan sebelumnya?" tanya Nicolae penasaran. Ia masih tidak menyukai nama-nama pilihan Alaric sebelumnya dan dia sungguh berharap adiknya akan memikirkan ulang.     

Alaric mengangguk dan bertukar pandang dengan Finland.     

"Karena keduanya lelaki dan mirip sekali dengan ibu mertuaku... kami memutuskan untuk menamai anak-anak ini Ireland dan Scotland Medici...."     

"Oh..." Semua orang yang hadir di lounge hanya bisa saling pandang, mereka kehilangan kata-kata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.