The Alchemists: Cinta Abadi

Berita Mengejutkan!



Berita Mengejutkan!

0L terlihat berperang dengan dirinya sendiri. Wajahnya menampakkan beragam ekpresi yang campur aduk, antara marah, sedih, dan putus asa. London mulai tidak tega melihatnya. Ia selalu lemah terhadap air mata L. Bagaimanapun menyebalkannya gadis itu, ia mencintainya.     

"Kau kenapa?" tanya London lagi.     

L menatapnya agak lama sebelum kemudian menggeleng pelan, mengusap air matanya, dan tahu-tahu mematikan sambungan Virconnect.     

Seketika hanya ada London dan Finland di perpustakaan megah itu. Keduanya saling pandang kebingungan.     

"Dia marah..." gumam London kepada dirinya sendiri. Seharusnya dia tahu L pasti akan bereaksi ekstrem. Gadis itu bukan orang yang bisa dipermainkan begitu saja.     

"Menurutmu dia cemburu?" tanya Finland kepada anaknya. London tidak menjawab. Ia tidak tahu pasti.     

Sementara itu, satu persatu anggota keluarga mereka masuk ke dalam perpustakaan dan mengerumuni London.     

"Wah... apa yang terjadi?" tanya Caspar keheranan.     

"Kalian bertengkar?" Rune menatap kakaknya keheranan.     

"Astaga... orangnya cantik sekali, kok dia mau sih denganmu?" omel Terry.     

Ia sudah beberapa kali melihat foto L di media, tetapi baru tadi ia mengintip dan melihat penampilan L dari jarak dekat. Gadis itu tampak seperti bidadari dengan kecantikannya yang khas. Walaupun ia sedang hamil, penampilannya justru terlihat semakin berkilau dan mempesona.     

London hanya bisa memukul bahu kakaknya dengan sebal. Kata-kata Terry seolah menabur garam pada luka hatinya. Bagaimana bisa kakaknya menggodanya begitu? Jelas-jelas L tidak mau dengannya dan selalu menolak bila London mengajaknya menikah...     

Ughhh..     

"Mungkin itu bisa menjadi alasan bagimu untuk memberinya veritaserum dan memaksanya untuk berkata jujur tentang apa yang sebenarnya ia inginkan," kata Rune kepada London.     

Aldebar yang mendengarkan percakapan mereka tampak baru memahami apa yang terjadi. Sebagai tamu yang baru datang, ia ketinggalan banyak cerita, dan baru mendengar tentang kisah London dan L dari Rune.     

"Rune benar. Kalau kalian sudah bicara jujur dan ternyata L memang tidak mencintaimu, Paman bisa membuatkan ramuan cinta untuknya... hihihi, supaya ia jatuh cinta kepadamu dan mau menikah denganmu," seru Aldebar dengan nada bercanda.     

Semua serentak melihat ke arahnya dengan pandangan mencela.     

Mengingat Aldebar sudah berumur 230 tahun dan masih setia melajang, tanpa pernah dekat dengan satu wanita pun, tidak ada orang waras yang mempercayai ramuan cintanya.     

"Sebentar ya..." London mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi L. Ia tidak suka cara L tadi tiba-tiba memutuskan hubungan. Hal itu membuatnya bingung. Sampai 20 kali deringan, L tidak juga mengangkat teleponnya.     

"Dia tidak menjawab? Dia pasti benar-benar cemburu," komentar Finland sambil mengacak rambut anaknya. "Mama akan datang ke Jerman dua minggu lagi untuk menemuimu. Semoga saat itu tiba, L sudah memberimu kejelasan."     

London tidak menjawab. Entah kenapa perasaannya menjadi tidak enak. Ia lalu menghubungi Jan.     

"Jan, ini aku. Barusan terjadi sesuatu dan sepertinya L marah. Kau bisa tolong cek keadaannya?" tanya London buru-buru. Jan yang sudah terbiasa dengan tingkah bosnya hanya mengiyakan dan menutup telepon tanpa bertanya macam-macam.     

"Ayo, kita kembali ke taman," kata Caspar sambil memberi tanda kepada semua orang agar berhenti mencampuri urusan anak laki-lakinya. "Ini hari ulang tahunku dan London, kami belum meniup lilin, huh!"     

Finland hanya mencubit pinggang suaminya mendengar kata-kata Caspar. Suaminya itu hari ini berulang tahun ke-470, sama sekali bukan hal yang istimewa dan tidak perlu dirayakan dengan kue dan tiup lilin segala.     

Pelan-pelan suasana kembali menjadi ceria dan mereka melanjutkan bercengkrama sambil makan dan minum hingga malam hari. Hanya London yang kurang bisa menikmati pesta karena ia masih memikirkan L. Rasanya ia belum pernah melihat sepasang mata L sesedih tadi.     

Apakah L memang benar-benar sudah menyimpan perasaan kepadanya dan tadi cemburu atas kehadiran Finland? Benarkah L ingin memilih untuk mengasuh anaknya? London sungguh tidak sabar ingin bicara langsung dengan L. Kalau mereka bertemu langsung dan saling bicara, L tidak akan bisa menghindarinya seperti tadi.     

Pikiran-pikiran itu membuatnya menjadi tidak fokus lagi pada pesta. Hanya raganya yang tersisa di bumi Singapura, tetapi pikirannya sudah melayang ke Jerman.     

***     

Panggilan telepon dari Jan saat London, Rune, dan Terry sedang dalam perjalanan kembali ke penthouse membuat London sangat terkejut.     

"Nona L tadi diam-diam meninggalkan suite. Kami sedang mencari keberadaannya. Maafkan aku, Tuan. Aku lalai mengawasinya," lapor Jan dengan suara menyesal.     

Astaga! Mau apa seorang gadis yang sedang hamil enam bulan bepergian sendiri?? pikir London cemas.     

"Kau sudah menghubungi Pammy? Apa katanya?" tanya London cepat.     

"Sudah, Tuan. Tadi aku langsung menginterogasi Pammy. Bahkan Pammy juga sama terkejutnya dengan kita. Ia tidak tahu Nona L pergi ke mana. Pammy sama sekali tidak bisa menghubunginya."     

Seketika kepala London menjadi pusing. Apakah tindakannya tadi membuat L sedemikian marah hingga ia memutuskan untuk minggat? Kalau benar, ia merasa sangat menyesal.     

"Rune, kau pulang sendiri saja ya, aku ada urusan darurat di Jerman dan harus kembali secepatnya." London menoleh kepada Rune yang duduk di sebelahnya. "Aku langsung ke bandara."     

Rune yang bisa menduga masalah yang sedang dihadapi kakaknya hanya bisa mengangkat bahu. "Oke. Aku mengantarmu ke bandara baru pulang ke penthouse. Semoga berhasil."     

Terry hanya menepuk bahu adiknya memberikan dukungan.     

London tidak menjawab. Ia hanya bisa memijit kepalanya.     

Oh, L... kemana gerangan kau pergi? tanyanya dalam hati.     

Ia bahkan tidak merasa perlu mampir ke penthouse dulu, London langsung memutuskan untuk terbang pulang ke Jerman. Jan sudah mengurus penerbangannya sehingga London dapat langsung pulang saat itu juga.     

Sebagian awak pesawat sudah menunggunya di bandara ketika London tiba. Pilot dan co-pilot yang terakhir datang, dengan tergopoh-gopoh memberinya salam dan mempersiapkan untuk terbang.     

Keduanya sedang menikmati liburan di kolam renang hotel ketika tiba-tiba diperintahkan untuk bersiap terbang saat itu juga. Mereka menduga pastilah terjadi peristiwa darurat sehingga tanpa banyak cingcong mereka langsung berganti pakaian dan meluncur ke bandara secepatnya.     

Setelah pesawat mengangkasa, London mendapatkan laporan lebih terperinci dari Jan dan dadanya seketika menjadi sesak.     

"Pammy tadi akhirnya mengatakan bahwa selama beberapa minggu terakhir ini sebenarnya Nona L kerap menerima bunga dari orang misterius." Suara Jan terdengar agak ragu-ragu. "Nona L mengatakan sesuatu bahwa orang itu adalah teman lama dan ia sangat senang bisa bertemu kembali dengannya. Pammy menduga orang itu sangat kaya, karena ia mengirimkan sangat banyak hadiah mahal ke kantor agensi untuk Nona L."     

"L memiliki penggemar misterius yang merupakan teman lamanya?" London menelan ludah. "Kau tahu siapa orangnya?"     

"Belum tahu. Aku masih menyelidikinya. Pammy tadi mulai menduga, jangan-jangan Nona L melarikan diri bersama orang itu. Pammy bilang L beberapa kali bicara dengan orang itu lewat telepon dan kemarin bertemu orang itu diam-diam di sebuah kafe."     

"Kafe mana? Aku mau semua rekaman CCTV-nya. Aku mau tahu siapa orang itu!" London membanting ponselnya setelah menutup panggilan telepon tersebut.     

Ia sama sekali tidak mengira, ternyata selama beberapa minggu terakhir ini L berbicara dengan lelaki lain di belakangnya. Siapa laki-laki itu sebenarnya?     

Kalau L memang kabur bersamanya, tentu L demikian percaya kepada orang itu hingga membuka rahasia kehamilannya, dan bisa dipastikan hubungan mereka tidak sederhana. Dada London mulai terasa sesak. Ia tidak rela bila L kabur dan membawa anaknya bersama lelaki lain.     

Ia tidak akan membiarkannya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.