The Alchemists: Cinta Abadi

Marie



Marie

Sanna meneguk prosecco-nya dengan gugup dan sikapnya yang tidak nyaman jelas terbaca oleh Nicolae. Sedari tadi ia berusaha mengajak gadis itu berbincang-bincang tetapi  jawabannya selalu singkat dan tidak jelas.     

"Uhm... apakah aku membuatmu tidak nyaman?" Akhirnya Nicolae bertanya dengan penuh perhatian. Sanna hanya tersenyum sedikit dan menggeleng.     

"Tidak apa-apa... Hanya saja kau terlihat berbeda dari fotomu. Aku agak kaget, itu saja," jawab Sanna jujur.     

"Oh... maaf, anak-anakku yang iseng," jawab Nicolae sambil batuk-batuk kecil. "Mereka memilihkan fotoku dari sudut yang paling jelek."     

Seketika wajah Sanna terlihat tertarik dan rona pucatnya menghilang.     

"Anak-anak? Kau sudah punya anak?" tanyanya.     

Nicolae mengangguk. Bagaimanapun ia akan selalu jujur dari awal bahwa ia sudah memiliki dua orang anak kepada siapa pun wanita yang akan ditemuinya. Memang mereka bukan anak kandungnya, tetapi wanita-wanita itu kan tidak perlu tahu detailnya.     

"Iya, aku punya dua orang anak berumur 10 tahun," jawab Nicolae.     

Wajah Sanna seketika menjadi cerah. "Oh... begitu ya..."     

Ia lalu tersenyum dan untuk pertama kalinya Nicolae menyadari gadis itu memiliki sepasang lesung pipi yang sangat menarik.     

"Kau kelihatannya senang mendengar aku punya anak..." komentar Nicolae. Sikap Sanna membuatnya tertarik. Gadis itu mengangguk malu-malu.     

"Ah... ya, sebaiknya aku jujur dari awal. Aku ini mengidap electra complex..."     

Nicolae tertegun mendengar kejujuran Sanna. Pantas saja gadis muda dan cantik begini setuju untuk bertemu profilnya yang digambarkan sudah cukup berumur. Rupanya Sanna mengidap electra complex, kelainan psikologis yang membuatnya tertarik pada sosok laki-laki lebih tua sebagai pengganti ayahnya.     

Kebalikan electra complex adalah oedipus complex pada laki-laki yang menyukai perempuan lebih tua karena mengingatkan mereka akan ibu mereka.     

Nicolae menelan ludah dan buru-buru meneguk prosecco-nya hingga habis.     

Sekarang ia mengerti mengapa Sanna senang mendengar bahwa ia sudah mempunyai anak, karena berarti citranya yang kebapakan masih sesuai dengan kriteria gadis itu.     

Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan seorang gadis yang terang-terangan mengaku menyukai pria lebih tua.     

Secara psikologis dan emosi Nicolae memang sudah sangat tua. Umurnya tahun ini akan menjadi 105, tetapi penampilannya tidak akan pernah berubah, selalu terlihat muda seperti ini.     

"Uhm.. begitu ya," kata Nicolae sambil tersenyum. "Jadi kau menyukai lelaki lebih tua. Katanya perempuan mengidap electra complex karena mereka tidak memperoleh kasih sayang ayahnya sewaktu kecil. Apakah kau juga begitu?"     

Sanna hanya mengangkat bahu. "Mungkin. Aku tidak pernah mengenal ayahku. Ia meninggalkanku dan ibu saat aku masih berumur 5 tahun."     

"Hmm... aku turut simpati mendengarnya," balas Nicolae.     

Nicolae tidak punya waktu dan minat untuk menyembuhkan luka hati seorang perempuan yang kehilangan kasih sayang ayahnya, jadi walaupun Sanna kelihatan cantik dan baik, Nicolae tidak bermaksud untuk menjalin hubungan serius dengannya.     

Ia hanya akan bersikap baik hingga kencan makan siang kali ini selesai, dan mempersiapkan diri untuk dua kencan terakhir. Setelah itu ia akan mengawasi Altair dan Vega agar tidak lagi menjebaknya dalam kencan-kencan konyol seperti ini.     

Ia, Nicolae Medici, mampu mencari sendiri wanita untuk dikencani. Huh.     

"Hmm... ya, tidak apa-apa, kok." Sanna menggeleng sambil tersenyum. "Kau sendiri, kenapa mesti ikut dating website? Aku rasa orang sepertimu tidak akan kesulitan mendapatkan pasangan."     

"Memang tidak kok," jawab Nicolae sambil memijit keningnya. "Anak-anakku mengerjaiku. Maaf, kalau kau jadi kena akibatnya. Sebaiknya kita selesaikan saja makan siangnya dan menyudahi acara ini. Aku tidak ingin merepotkanmu lebih jauh...."     

"Oh... begitu ya?" Wajah Sanna tampak kecewa. Ia lalu mengangguk sungkan dan memberi tanda kepada pelayan untuk membawakan menu. "Kalau begitu kita pesan makanan saja."     

"Baik."     

Mereka lalu memesan makanan dan tidak berkata apa-apa lagi. Nicolae menghargai niat baik anak-anaknya untuk mencarikannya jodoh, dan ia akan mengikuti ketiga kencan yang telah mereka atur, tetapi ia tidak akan menyeriusi satu pun wanita yang akan ditemuinya, karena ia memang tidak ingin mencari pasangan.     

Nanti, begitu ia siap, ia akan mencari sendiri wanita yang tepat baginya.     

Hidangan demi hidangan disajikan dan keduanya menikmati makan siang dengan baik. Keduanya saling bersikap sopan, tetapi tidak lebih dari itu, karena Nicolae sudah memberi pernyataan bahwa ia memang tidak ingin 'merepotkan' Sanna lebih jauh, yang berarti ia tidak akan melanjutkan kencan mereka ke langkah berikutnya.     

Sanna adalah gadis yang cerdas dan ia mengerti isyarat yang diberikan. Sebagai wanita yang punya harga diri ia tentu tidak akan memaksa mendekati Nicolae, walaupun ia memang sudah tertarik kepada pemuda itu.     

Ketika mereka sedang menikmati hidangan penutup, tiba-tiba saja terdengar suara dari pintu memanggil-manggil nama Sanna.     

"Sannaaaaa... kau di mana? Apakah kau baik-baik saja?"     

Sanna seketika menekap bibirnya dan menoleh ke arah datangnya suara.     

"Astaga... Marie!" Ia buru-buru bangkit dari kursinya dan permisi kepada Nicolae. Dengan tergesa-gesa ia menghampiri gadis yang baru datang dan menariknya keluar. "Kenapa kau ke sini???"     

"Eh... tidak tahu terima kasih, ya? Tadi kau kan memintaku menyelamatkanmu dari pembunuh berantai itu. Aku langsung menelepon ponselmu seperti  rencana kita kalau kau bertemu laki-laki mesum atau kau tidak suka dengan kencanmu, untuk pura-pura bilang bahwa ayahmu kecelakaan mobil dan sedang dirawat di rumah sakit supaya kau bisa pergi. Tapi berkali-kali aku telepon, kau tidak mengangkatnya. Aku takut setengah mati, tahu! Aku pikir pembunuh itu sudah menangkapmu!! Untunglah dia  belum sempat melakukan apa-apa!"     

Sanna baru sadar bahwa tadi ponselnya dibuat tidak bersuara agar tidak mengganggu makan siangnya. Ia sama sekali tidak ingat bahwa ia dan Marie membuat kesepakatan untuk menyelamatkannya dari kencan yang buruk, dengan memberi isyarat minta tolong dan nantinya Marie akan pura-pura meneleponnya dengan alasan orangtuanya sakit agar Sanna bisa kabur dari kencannya. Pesona Nicolae telah membuat Sanna melupakan Marie sama sekali.     

Akibatnya kini sahabatnya itu harus datang ke Sky Bar untuk memastikan ia tidak apa-apa. Ya ampuuunnn!!     

"Pembunuh berantai? Maksud kalian aku?"     

Suara Nicolae yang keheranan di belakang mereka membuat kedua gadis itu terkejut setengah mati dan segera menoleh ke arahnya.     

"Ah... itu.. maksudku..." Sanna tampak sangat bersalah, sementara Marie hanya menyipitkan mata dan mengamati Nicolae baik-baik.     

"Memangnya kau bukan pembunuh berantai?" tanya gadis itu kepada Nicolae. "Kalau bukan, kau tidak usah tersinggung."     

Nicolae tercengang mendengar kata-kata Marie. Ia mengamati gadis itu yang kini malah seenaknya berkacak pinggang di depannya.     

Marie adalah seorang gadis yang sangat cuek. Ia mengenakan tank top putih dengan celana jeans sobek-sobek dan sepatu boot merah. Rambutnya pirang panjang dikepang dua dan wajahnya yang cantik tampak berbintik-bintik dengan bibir mengerucut dan mata yang disipitkan. Ekspresinya itu membuat Nicolae ingin mencubit hidungnya karena gemas.     

"Kalau iya kenapa? Kalau bukan kenapa?" Nicolae bertanya balik. Ia menyilangkan tangannya di dada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.