The Alchemists: Cinta Abadi

Prosesi Pernikahan



Prosesi Pernikahan

0Kejutan demi kejutan yang dialami para tamu sepertinya belum juga berakhir. Caspar mengambil posisi di depan kedua mempelai sementara Lauriel bergerak ke samping dan menggenggam tangan Altair dan Vega di masing-masing tangannya dan membawa mereka duduk di samping Finland.     

Musik terdengar semakin pelan dan akhirnya berhenti sama sekali. Suasana pun berubah menjadi hening. Caspar mendeham lalu mulai angkat bicara. Suaranya tegas dan berwibawa, membuat semua orang diam dan memperhatikannya baik-baik.     

"Selamat datang kepada semua tamu, kerabat dan teman-teman kami yang telah menyempatkan diri untuk berbagi kebahagiaan bersama kedua keluarga kami di Grosseto sore ini. Kami sangat senang karena sudah tiba saatnya bagi kami untuk mengumumkan anak perempuan kami, Aleksis Lillywyn Makela Schneider yang dilahirkan tiga puluh tahun lalu bagiku dan istriku, Finland Makela Schneider.     

Aleksis adalah sumber kebahagiaan kami sejak hari pertama ia dilahirkan, dan aku terlalu menyayanginya, sehingga dengan egois tidak mau membaginya dengan dunia.     

Semua orang yang telah menjadi ayah tentu mengerti perasaanku ketika anak kesayanganmu tumbuh dewasa dengan begitu cepat dan kemudian tibalah hari yang sangat kau benci, ketika ia harus pergi dari rumah dan membangun kehidupannya sendiri..."     

Hingga di sini Caspar mulai terlihat emosional. Lauriel sangat mengerti apa yang dirasakan sahabatnya itu, karena baginya Aleksis juga sudah seperti anaknya sendiri. Ia menyaksikan Aleksis lahir dan tumbuh hingga dewasa, dan rasa sayangnya kepada gadis itu sebenarnya melebihi rasa sayangnya kepada anak-anak kandungnya sendiri.     

Bahkan Alaric yang baru mengetahui dirinya menjadi ayah dari seorang anak lelaki dan perempuan sehari yang lalu, kini tanpa sadar menoleh ke arah Vega yang sedang duduk manis di pangkuan Lauriel. Ia tak dapat membayangkan harus melepas Vega beberapa tahun lagi untuk menikah dengan laki-laki pilihan hatinya.     

Seketika ia mengerti keengganan Caspar melihat Alekis menikah dengan dirinya. Sebagai seorang ayah, tentu Caspar menginginkan yang terbaik bagi anak kesayangannya, sementara sejak awal hubungan Alaric dan Aleksis diwarnai begitu banyak masalah, ditambah dengan konflik yang terjadi di antara dirinya dan keluarga Schneider...     

Alaric menjadi teringat peristiwa 10 tahun lalu ketika Kurt Van Der Ven tewas di depannya karena Alaric memaksanya memindahkan Aleksis dari Singapura. Ia dapat membayangkan kemarahan Caspar dan dilema yang dihadapi Aleksis setelah ia bangun dari koma dan menemukan Kurt meninggal dan Alaric juga diduga dibunuh oleh suruhan ayahnya...     

Oh, Vega... tolong berbaik-hatilah kepada ayahmu ini. Jangan sampai kau jatuh cinta kepada laki-laki yang nantinya akan membuatmu susah, pinta Alaric dalam hati sambil memperhatikan anak perempuannya itu.     

Ugh... ia pun akan menyembunyikan anak-anaknya dari publik sebisa mungkin, seperti yang selama ini dilakukan Caspar. Ya, biar saja Altair dan Vega hidup di rumah dan tidak pernah diumumkan ke publik. Demikian juga dengan anak-anaknya yang akan lahir kemudian. Ia akan menjadi ayah yang lebih egois daripada Caspar.     

Lebih baik mencegah daripada mengobati, pikirnya.     

Semua tamu tampak terharu melihat sang ketua klan yang selama ini tampak selalu hangat dan santai, kini dikuasai oleh emosi dan diliputi keharuan. Aleksis menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu sangat berat bagi Caspar untuk menerima pernikahannya dengan Alaric, dengan segala masa lalu suaminya yang penuh dengan catatan hitam, dan sudut pandangnya akan masa depan yang cukup membuat Caspar kuatir.     

Caspar tentu terpaksa menerima Alaric sebagai menantunya karena Aleksis sangat mencintai pemuda itu, apalagi mereka juga telah memiliki dua anak bersama. Alasan berikutnya adalah Lauriel sahabatnya. Kalau bukan karena mereka semua, tentu sampai mati pun Caspar tidak akan memberikan restunya.     

Caspar kembali melanjutkan kata-katanya dengan suara bergetar. "Ketika Aleksis berumur 2 tahun, ia bertemu suaminya yang saat itu sedang melanglang buana di Thailand. Alaric menyelamatkannya dan menjaganya hingga Aleksis bertemu kembali dengan ayah angkatnya, Lauriel.     

Ketika Aleksis berumur 12 tahun, ia bertemu kembali dengan suaminya di Singapura. Alaric kembali menyelamatkannya dari tangan penculik, pelaku perdagangan manusia dan menjaganya hingga ia dapat mengembalikan Aleksis kepada kami. Setelah peristiwa itu, Aleksis selalu memikirkan Alaric dan ingin bertemu kembali dengannya.     

Ketika Aleksis berumur 20 tahun, ia mencari Alaric ke Singapura, karena anak perempuanku ini menganggap Alaric adalah cinta pertamanya. Mereka bertemu dan Alaric kembali menyelamatkannya, Alaric kembali menjaganya... dan mereka pun saling jatuh cinta. Mereka tidak saling mengetahui latar belakang keluarga masing-masing, tidak juga fakta bahwa Alaric adalah anak kandung Lauriel Medici, ayah angkat Aleksis, yang diduga telah meninggal sebelum dilahirkan ibunya, Putri Luna. Dan itu menjadi penyebab terjadinya banyak masalah berat yang akhirnya memisahkan mereka selama sepuluh tahun..."     

Sampai di sini terdengar desahan terkejut di mana-mana. Para tamu tampak terkejut dan terharu mendengar kisah pertemuan Aleksis dan Alaric, dan kenyataan bahwa sebenarnya Alaric adalah benar-benar putra Lauriel dan Luna kekasihnya.     

Nicolae menepuk bahu saudaranya dengan haru, sementara Lauriel tampak berusaha menegarkan diri. Ia selalu merasa sedih saat membayangkan bahwa sepuluh tahun yang lalu terjadi kesalahpahaman yang begitu besar, sehingga Aleksis dan Alaric menjadi terpisah, dan ia sendiri, ayah Alaric justru berkontribusi pada perpisahan keduanya hingga sepuluh tahun, karena ia menyerang Alaric dan mengakibatkan 'kematiannya'.     

Seandainya ia tahu... sepuluh tahun lalu ia sudah dapat memeluk kedua anaknya, Nicolae dan Alaric.. bukan malah menyerang Alaric.     

"Sejujurnya, aku adalah seorang ayah yang egois. Kalau aku bisa menahannya, takkan pernah kuserahkan anak perempuanku kepada siapa pun, sampai aku mati... Tetapi hari ini aku menyadari, bahwa selama hampir tiga puluh tahun ini, Aleksis dan Alaric telah saling terhubung oleh takdir yang selalu mempertemukan mereka dan dengan keras kepala berusaha mempersatukan keduanya. Walaupun mereka terpisahkan selama sepuluh tahun, cinta mereka yang besar terhadap satu sama lain membuat takdir kembali mempersatukan mereka...."     

Caspar menatap Alaric dengan pandangan kebapakan, "Sebagai ayah aku akhirnya bisa merelakan Aleksis untuk pergi, karena selama ini Alaric selalu dapat membuktikan dirinya sebagai pelindung dan penjaga Aleksis yang sempurna. Karena itu... aku hendak mengambil kesempatan ini, sebagai ayah kandung Aleksis untuk menyerahkan putriku kepadamu, dan sebagai ketua klan Alchemist untuk mengakui pernikahan kalian, yang sudah berlangsung sepuluh tahun yang lalu."     

Alaric sedari tadi terkesima mendengar semua kata-kata Caspar. Ia tidak menyangka hatinya dapat menjadi begitu tersentuh oleh ucapan tulus ayah mertuanya.     

Di satu sisi Caspar membagikan perasaannya sebagai ayah yang sangat mencemaskan anak perempuannya, tetapi di sisi lain ia juga mengungkapkan kelegaannya karena melihat anaknya menemukan pasangan yang dapat dipercaya untuk mendampingi dan melindunginya.     

Gadis -gadis yang hadir banyak yang merasa terharu mendengar kisah cinta pasangan pengantin yang disampaikan secara singkat oleh Caspar, dan sebagian menjadi semakin penasaran ingin tahu selengkapnya apa yang sebenarnya terjadi, sehingga pasangan ini baru meresmikan pernikahan mereka di hadapan klan Alchemist setelah sepuluh tahun.     

"Sebagai ketua dari keluarga besar klan Alchemist saat ini, aku Caspar Alexander Sebastian Heinrich von Schneider mengambil kuasa untuk menyatukan kalian, Alaric Lionel Elios Linden Medici dan Aleksis Lillywyn Makela Schneider sebagai suami istri yang diakui manusia, langit dan bumi serta segala unsur yang ada di alam semesta." Caspar menoleh kepada Alaric, "Bersediakah kau, Alaric menerima dan mencintai Aleksis sebagai satu-satunya pendampingmu menjalani kehidupan ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, serta berjanji untuk melindungi, menjaga, dan membahagiakannya seperti dirimu sendiri?"     

"Aku bersedia," jawab Alaric dengan tenang. Ia menatap Aleksis dengan penuh cinta saat mengucapkan sumpahnya.     

Caspar melanjutkan, kali ini menoleh kepada Aleksis.     

"Bersediakah kau, Aleksis, anakku tersayang, menerima dan mencintai Alaric sebagai satu-satunya pendampingmu menjalani kehidupan ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, serta berjanji untuk melindungi, menjaga, dan membahagiakannya seperti dirimu sendiri?"     

"Aku..." Aleksis berusaha menjawab tetapi suaranya bergetar hebat dan air mata hampir menetes ke pipinya.     

Ia masih tak dapat percaya bahwa setelah masa-masa penuh kesedihan yang demikian panjang, akhirnya ia dapat berkumpul kembali bersama pria yang ia cintai dan kini mereka berdua dapat berdiri di depan ayahnya yang meresmikan hubungan mereka.     

Alaric menyeka mata istrinya pelan-pelan dan membisikkan kata-kata cinta ke telinganya, berusaha meredakan ketegangan Aleksis. Beberapa saat kemudian akhirnya Aleksis mengangguk dan berhasil mengeluarkan suaranya, "Aku bersedia..."     

Caspar tersenyum dan membelai kepala anaknya. "Dengan disaksikan langit dan bumi serta semua unsur di alam semesta, biarlah cinta kedua mempelai abadi dalam arus waktu yang tiada akhir dan mereka dapat hidup selamanya dalam kebahagiaan yang tiada henti hingga maut memisahkan. Sekarang dan selamanya."     

"Sekarang dan selamanya!" Secara serentak terdengar salam khimad semua tamu yang turut memberikan restu kepada Aleksis dan Alaric untuk menjalani kehidupan mereka sebagai suami istri yang diakui oleh seisi klan.     

Musik yang sangat indah telah dibunyikan dan Caspar menyentuhkan tongkatnya ke puncak kepala Alaric dan Aleksis secara bergantian lalu memeluk keduanya.     

"Aku menitipkan anakku kepadamu," kata Caspar tegas. Alaric mengangguk. Caspar melanjutkan ucapanny, "Kalau sampai kau membuat Aleksis menangis..."     

"Aku tahu Paman, kalau sampai aku membuat Aleksis menangis, kau, ayahku, saudaraku dan saudara-saudara Aleksis akan membunuhku," jawab Alaric hampir diikuti tawa.     

"Jangan lupakan aku," cetus Aldebar dari belakang Caspar, "Aku pun akan membunuhmu pelan-pelan dengan mesin potongku yang baru."     

"Ayah dan Paman, kalian bisa tidak sih berhenti mengancam suamiku?" tanya Aleksis yang mulai jengkel.     

Keharuannya sudah berganti dengan rasa sebal karena sedari tadi ia mendengar Alaric diancam akan dibunuh bila sampai membuatnya menangis... Ia tahu keluarganya sangat sulit untuk melepasnya, tetapi itu bukan berarti mereka bisa terus-menerus mengancam Alaric ini itu kan? Ugh...     

"Baiklah, aku tadi hanya bercanda," kata Aldebar sambil mengangkat bahu.     

"Kalau aku tidak," Caspar menggeleng. "Aku tidak pernah bercanda kalau itu demi kebahagiaan Aleksis."     

"Baiklah, Paman, aku mengerti," jawab Alaric dengan sabar.     

Ia tahu ada begitu banyak laki-laki di kehidupan Aleksis yang sangat menyayanginya dan siap membelanya. Karena itu, ia harus dapat membuktikan diri kepada mereka semua bahwa ia akan menjadi suami yang baik bagi putri satu-satunya di keluarga Schneider itu.     

Alaric tersenyum kepada Aleksis dan mengeratkan genggaman tangannya untuk menenangkan istrinya yang sewot, kemudian ia menoleh kembali kepada Caspar. "Sekarang aku sudah boleh mencium mempelai perempuan?"     

Caspar tampak tidak rela tetapi akhirnya ia mengangguk. Alaric tersenyum lebar dan segera mengayunkan tubuh Aleksis ke dalam pelukannya. Dengan penuh cinta ia lalu mendaratkan ciuman panas ke bibir istrinya.     

Keduanya saling berpagutan dan memejamkan mata, menikmati sentuhan tubuh dan bibir keduanya, serta bersatunya bunyi detak jantung mereka yang terdengar seperti musik sukacita karena pernikahan mereka telah diakui di hadapan keluarga dan klan Alchemist.     

"Aku mencintaimu," bisik Alaric setelah menghentikan ciumannya. "Aku tidak sabar ingin pulang bersamamu."     

Aleksis mengangguk haru. "Aku juga mencintaimu."     

Alaric mendekap Aleksis ke dadanya dan menciumi puncak kepala gadis itu beberapa kali sebelum kemudian menuntunnya untuk berdansa ketika orkestra memainkan musik yang sangat indah dan Billie Yves tampil membawakan lagu legendarisnya, "You Are Enough".     

Mereka berdansa berdua sementara para tamu undangan menatap mereka dengan pandangan kagum. Pasangan ini tampak sangat rupawan dan menarik perhatian bahkan untuk standar kaum Alchemist sekalipun.     

Sungguh keduanya sangat serasi, demikian pikir orang-orang yang menyaksikan Aleksis dan Alaric saling menatap penuh cinta dan berbisik mengucapkan kata-kata sayang kepada satu sama lain seolah tidak ada orang lain di sekeliling mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.