The Alchemists: Cinta Abadi

Pilih Ibu atau Paman Nic?



Pilih Ibu atau Paman Nic?

0Aleksis tadinya hendak berganti pakaian karena tubuhnya terasa lengket akibat wine yang ditumpahkan gadis konyol tamu pesta yang menyebalkan itu, tetapi kemudian berubah pikiran ketika mendengar kata-kata Lauriel bahwa 'Nicolae masih belum memiliki kekasih'.     

Seketika pikirannya menjadi jahil dan ia ingin memberi pelajaran kepada gadis-gadis menyebalkan yang tadi mengira ia adalah pelayan. Aleksis tahu jelas gadis-gadis itu semuanya mengincar Nicolae dan ia ingin menunjukkan kepada mereka bahwa mereka semua harus melewati Aleksis dan mendapatkan persetujuannya dulu jika mereka ingin mendekati sang pewaris keluarga Medici.     

Dengan lincah ia berjalan melintasi taman dan naik ke panggung menghampiri Nicolae yang sedang menggendong anak-anaknya. Sambil tersenyum lebar ia melambai kepada tamu yang hadir.     

"Sebagai anak angkat Paman Lauriel, aku siap menerima pendaftaran calon menantunya," Aleksis berkata dengan ceria sambil mengedip kepada Lauriel, tidak mempedulikan wajah Nicolae yang tambah sewot mendengarnya.     

Lauriel tak bisa menyembunyikan rasa senangnya melihat sikap Aleksis yang selalu ringan dan tidak canggung di depan Nicolae. Ahh.. seandainya Aleksis juga mencintai Nicolae, tentu ia akan bahagia sekali. Ia akan menjadi ayah paling bahagia di dunia karena anak kandung dan anak angkatnya menikah.     

[Author sampai ikutan gemes: Anak kandungmu dan anak angkatmu memang sudah menikah, Paman Rory yang ganteenggg.... ]     

Kit dan tamu-tamu perempuan yang tadi mengira Aleksis adalah seorang pelayan tidak dapat menyembunyikan wajah terkejut mereka. Mereka tidak mengetahui bahwa tuan rumah memiliki seorang anak angkat.     

Kit mulai merasa agak canggung karena tadi bersikap sangat arogan di depan Aleksis. Apalagi ketika Lauriel merangkul Aleksis dengan hangat dan memuji gadis itu di hadapan semua tamu.     

"Aku mau mengucapkan terima kasih kepada Aleksis yang sudah bersusah payah membantuku menyiapkan pesta yang meriah ini." Lauriel mencium pipi anak angkatnya dengan penuh terima kasih, "Aku hanyalah orang tua yang kolot dan tidak pandai mengadakan acara. Tanpa Aleksis di sini kalian hanya akan makan pizza dan minum wine dari gudang saja."     

"Ah, Paman... aku kan di sini hanya membantu melayani saja," sambil berkata begitu Aleksis mengerling ke arah Kit dan gadis-gadis tadi. Ia senang melihat wajah Kit berubah menjadi pucat.     

Nicolae hanya memandang keduanya dengan wajah tidak percaya. Ia pikir ayahnya benar-benar merindukannya, hingga rela mengadakan pesta seperti ini. Tetapi dari apa yang dilihatnya, Lauriel masih sama seperti dulu, lebih menyayangi Aleksis daripada dirinya. Kedua orang itu selalu terlihat seolah mereka memiliki dunia mereka sendiri.     

Nicolae tidak tahu mengapa ia tidak bisa merasa iri kepada Aleksis. Itu kan ayahnya, seharusnya ia yang lebih diperhatikan ayahnya daripada Aleksis.     

Tapi entah kenapa ia tidak bisa merasa iri kepada gadis itu. Tiba-tiba terlintas pikiran nakal di kepala Nicolae saat mendengar kata-kata Aleksis barusan, bahwa siapa pun yang mau mendekati Nicolae untuk menjadi kekasihnya harus melewati Aleksis dulu.     

Ia berjalan tenang ke samping Aleksis dan mengambil microfon dari tangannya, lalu sambil tersenyum lebar ia berbicara, "Aleksis benar, aku percaya kepada seleranya. Aku tidak pandai mencari kekasih. Aku menurut saja, siapa pun yang ia rekomendasikan. Jadi silakan datangi Aleksis untuk mendaftar."     

Aleksis dan Lauriel sama-sama menoleh ke arah Nicolae yang berdiri cuek di samping mereka. Aleksis tadi hanya bercanda, tetapi Nicolae malah membuatnya menjadi serius.     

"Eh, aku tadi hanya bercanda, Bodoh," bisik Aleksis sambil mencubit Nicolae.     

"Ibuuu... jangan cubit Paman!" tegur Vega tiba-tiba. "Itu kan sakit??"     

"Wahh.. kalian membela Paman Nic, ya?" balas Aleksis gemas. "Ayo, kalian pilih ibu atau Paman Nic?"     

Tanpa ragu kedua bocah di gendongan Nicolae menjawab serempak, "Paman Nic."     

"Eh? Apa maksud kalian?" tanya Aleksis yang langsung menyesal sudah menyuruh anak-anaknya memilih.     

"Paman Nic suaranya bagus seperti bintang," kata Altair dengan pandangan mata berbinar-binar.     

Ugh... Walaupun Nicolae masih tidak mengerti maksud perkataan Altair, tetapi Aleksis mengerti. Baru pertama kalinya Altair menemukan orang dengan suara seperti bintang, itu sebabnya sedari tadi ia sudah terpesona oleh Nicolae.     

Aleksis memiliki suara seperti strawberry, Vega memiliki suara seperti cherry dan Kakek Rory seperti berry. Sementara Kakek Caspar memiliki suara seperti kelinci dan Nenek Finland memiliki suara seperti bunga mawar. Suara Nic adalah hal baru yang menyenangkan bagi Altair.     

"Paman Nic juga kuat sekali, dia bisa menggendong kami dengan mudah." Vega menambahkan. Ia tampak nyaman sekali dalam gendongan Nicolae.     

"Ish..." Aleksis kehabisan kata-kata.     

Nicolae sendiri tampak terkesima. Ia tak mengira Altair dan Vega sangat menyukainya.     

"Wahh... kalian menggemaskan sekali. Kalau begitu, kalian jadi anak-anak paman saja, ya?" tanyanya kepada kedua anak itu dengan sungguh-sungguh. Ia menatap Altair dan Vega bergantian.     

Keduanya tampak tersenyum lebar sekali dan dengan penuh semangat mengangguk bersamaan.     

Astaga...     

Aleksis tidak menduga hal ini akan terjadi ketika tadi ia iseng naik ke atas panggung untuk mengerjai gadis-gadis tamu yang menyukai Nicolae.     

Entah kenapa ia merasa justru kerugian ada di pihaknya dengan naik ke panggung seperti ini. Nicolae tersenyum lebar dan menatap Aleksis dengan tatapan penuh arti.     

"Oke, kalau begitu. Kalian sudah memilih Paman Nic daripada ibu. Nanti malam kalian tinggal saja di sini bersamanya. Ibu akan pulang sendiri ke Stuttgart."     

Tamu-tamu perempuan yang tadi merasa keheranan saat mengetahui Aleksis adalah anak angkat Lauriel seketika berubah menatapnya dengan pandangan bermusuhan. Mereka bisa melihat dengan jelas pandangan penuh cinta dari pemuda yang sedari tadi berusaha mereka dapatkan hatinya, hanya tertuju kepada ibu dari kedua anak yang ada dalam gendongannya.     

Mereka tahu sama sekali tidak akan ada peperangan untuk dimenangkan karena Aleksis sudah memegang pialanya, walaupun mungkin ia tidak menyadari hal itu.     

Bahkan Lauriel sadar bahwa upayanya untuk mengundang gadis-gadis lain ke pesta ulang tahun Nicolae adalah perbuatan sia-sia. Anaknya masih tetap mencintai Aleksis sepenuh hati.     

Apa yang harus kulakukan? pikirnya sedih.     

Ia sangat menyayangi Aleksis dan tak mungkin meminta Aleksis untuk pergi jauh-jauh agar Nicolae tidak terluka. Nicolae sudah melakukannya. Ia sudah pergi selama hampir 6 tahun dan kini setelah kembali ia tetap masih belum dapat melupakan perasaannya kepada Aleksis. Malah sepertinya semakin kuat, karena ia justru jatuh sayang kepada Altair dan Vega.     

Seandainya saja Aleksis mau membalas perasaan Nicolae, tentu semuanya akan menjadi sangat menyenangkan....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.