The Alchemists: Cinta Abadi

Tidur Bersama



Tidur Bersama

1Mereka berciuman dan saling meraba kepala dan punggung masing-masing dengan mesra. Nicolae tidak pernah mengira ia akan tertarik kepada seorang wanita selain Aleksis. Dalam pengembaraannya dulu, saat ia berusaha menyembuhkan patah hatinya yang pertama, ia bertemu tidak terhitung banyaknya wanita.     

Sebagian besar dari mereka menyukainya atau bahkan jatuh cinta kepadanya. Namun, Nicolae sama sekali tidak merasakan ketertarikan emosional maupun seksual kepada satu pun dari mereka. Mungkin memang Marie adalah gadis yang istimewa, sehingga kali ini pertahanan pemuda itu akhirnya runtuh.     

Ketika ciuman mereka menjadi semakin intens, Nicolae berusaha mundur dan melepaskan diri dari Marie, tetapi gadis itu kembali meneteskan air mata dan menangis di bahunya.     

"Kau juga akan pergi meninggalkanku?" bisik gadis itu dengan suara terisak-isak. "Ini hari terburuk dalam hidupku..."     

Nicolae tertegun mendengar kata-kata Marie yang entah kenapa kini ikut menusuk hatinya. Ia akhirnya diam di tempatnya dan tidak lagi mencoba menjauhkan diri dari Marie.     

"Marie... aku tidak ingin melihatmu bersedih, tetapi aku harus pergi. Aku tidak ingin mengambil kesempatan atas diri seorang gadis yang sedang rapuh. Saat ini kau terlalu sedih dan habis minum koktail cukup banyak sehingga kau tidak sadar sepenuhnya. Kalau kau melakukan ini, kau akan menyesalinya besok pagi." Akhirnya Nicolae bicara, berusaha membuat Marie melepaskannya.     

"Aku tidak akan menyesal..." Marie menggeleng dan mengangkat wajahnya menatap Nicolae dengan pandangan penuh cinta. "Aku ingin bersamamu..."     

Nicolae berusaha menebak-nebak apakah Marie sedang berkata jujur karena sedang mabuk, atau justru asal bicara. Mereka baru bersama selama empat hari, kalau ia menghitung hari di saat Marie tiba-tiba ikut makan dengan mereka di restoran waktu itu, jadi tidak mungkin Marie sudah menyimpan perasaan kepadanya, kan? Ataukah...?     

Pemuda itu menghela napas panjang. Marie adalah gadis yang tepat di waktu yang salah, hatinya kembali bicara.     

Ia akan dapat membuka hatinya kepada gadis menarik ini, seandainya hatinya telah pulih sepenuhnya. Menerima cinta Marie dan tidur dengannya malam ini hanya akan membuat gadis ini sakit hati untuk jangka panjang karena ia akan menjadi pelarian cinta bagi Nicolae.     

"Marie... aku tidak bisa bersamamu." Nicolae menatap lurus ke sepasang mata cokelat yang sedih itu. "Aku sudah bilang, saat ini aku tidak bisa bersama wanita mana pun. Aku baru patah hati dan perlu memulihkan diri. Aku menolongmu dengan pura-pura menikahimu, demi ibumu. Tidak lebih dari itu..."     

Marie membalas tatapan Nicolae dengan bibir mengerucut. "Kau sungguh laki-laki baik. Kau bahkan tidak mau mengambil kesempatan ketika aku memberikan diriku kepadamu. Mengapa kau tidak bisa menyukaiku? Apakah aku buruk sekali?"     

Pemuda itu menggeleng. "Tidak. Kau cantik sekali. Kau juga sangat menarik dan menyenangkan. Aku hanya tidak mau menyakiti hatimu..."     

"Kumohon jangan tinggalkan aku sendirian malam ini. Ibuku sudah meninggal... kenapa sekarang suamiku juga tidak mau bersamaku? Mengapa kau tega sekali kepadaku...?"     

Nicolae hendak menjelaskan bahwa pernikahan mereka adalah sandiwara saja, tetapi ia tak yakin Marie akan mengerti dalam kondisi seperti ini.     

Akhirnya ia hanya menggeleng pelan. "Bukan itu maksudku... Aku harus pergi, kalau tidak... kita dapat melakukan hal yang akan kita sesali besok pagi. aku tidak mau menyakiti hatimu."     

"Kau akan menyakiti hatiku kalau kau pergi meninggalkanku malam ini..."     

Marie memeluk Nicolae dengan erat dan kembali membenamkan kepalanya di dada pemuda itu untuk menyembunyikan air matanya. Nicolae, yang tidak tahan melihat gadis itu menangis, hanya bisa mengusap-usap kepala Marie dan menunggu gadis itu menghabiskan air matanya.     

"Baiklah.. kalau kau bersikeras." Nicolae akhirnya mengalah. "Aku tidak akan pergi malam ini, tetapi aku tidak akan mengambil kesempatan dari gadis yang sedang tidak sadar. Aku hanya akan menemanimu malam ini dan memastikan kau baik-baik saja. Besok aku akan pulang ke rumahku."     

Bagian depan kemejanya telah basah kuyup oleh air mata. Ternyata gadis ini kalau menangis air matanya keluar banyak sekali. Saat itu Marie telah melepaskan diri dari dadanya dan menatap Nicolae dengan wajah bahagia.     

"Terima kasih, Suamiku sayang..." bisik gadis itu sambil tersenyum lega. Ia kemudian melihat kemeja Nicolae yang basah dan segera wajahnya terlihat kuatir. "Astaga... bajumu basah sekali. Kau tidak boleh tidur dengan pakaian basah, nanti kau sakit..."     

Dengan cekatan, tangan gadis itu telah bergerak membuka kancing kemeja Nicolae satu persatu. Nicolae yang merasa jengah hendak mencegah Marie melucuti kemejanya, tetapi tangannya ditepuk oleh gadis itu, seolah ia adalah seorang bocah nakal yang tertangkap mencuri permen.     

"Hush... jangan membantah. Kau tidak boleh tidur dengan pakaian basah..." omel Marie. Ia berhasil membuka dua kancing teratas tetapi kemudian mengalami kesulitan pada kancing-kancing berikutnya karena memang ia masih belum sepenuhnya sadar akibat minum koktail terlalu banyak. "Astaga.. kenapa susah sekali membuka kancing ini..."     

Melihat Marie mengomel-ngomel dan memarahi kancingnya. Nicolae hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan akhirnya turun tangan membantu gadis itu.     

"Sini aku buka.. biar kau tidak kuatir," kata pemuda itu sambil membuka kancing bajunya diiringi pandangan kagum Marie, seolah Nicolae baru saja memecahkan rumus Fisika yang sangat rumit.     

"Hebat sekali!" seru Marie yang kembali menyerbu Nicolae dan memeluknya dengan hangat. "Kau sungguh hebat! Kau laki-laki baik dan mengagumkan."     

Ia kemudian membantu Nicolae melepaskan kemejanya dan dengan nakal meraba bahu dan dada bidang pemuda itu. Suaranya terdengar dipenuhi kekaguman ketika Marie memuji tubuh kukuh dan rupawan di depannya. "Badanmu bagus sekali ya..."     

Nicolae merasakan telinganya memerah dan dadanya mulai memanas. Laki-laki normal mana yang tidak senang dipuji oleh seorang wanita cantik?     

"Sudah ya.. aku akan memberikan kemejaku pada Lilith agar dicuci dan dikeringkan untuk besok pagi. Sekarang kita tidur. Kau perlu istirahat.." kata pemuda itu kemudian.     

"Kau tidak  pergi kan? Kau akan menemaniku di sini?" tanya Marie dengan nada kuatir.     

"Aku akan menemanimu di sini..." jawab Nicolae. "Kau pergilah ke kamar untuk tidur. Aku akan mencuci kemejaku dulu."     

Dengan ragu-ragu Marie akhirnya menurut kepada Nicolae dan berjalan ke kamar tidurnya. Ia berkali-kali menoleh untuk memastikan Nicolae tidak pergi. Pemuda itu mengangguk dan menunjuk kamar tidurnya.     

"Tidurlah... aku akan menyusulmu," katanya menenangkan Marie. Akhirnya Marie balas mengangguk dan masuk ke dalam kamar tidurnya.     

Nicolae hanya bisa menghela napas panjang. Ia menaruh kemejanya yang basah oleh air mata Marie di mesin cuci, lalu mengeluarkan ponselnya dan mengirim SMS, memberi tahu Altair dan Vega serta salah seorang pengawal mereka yang menginap di apartemen bahwa malam ini ia tidak akan pulang.     

[Papa ada urusan darurat. Pulang besok pagi. Selamat tidur.]     

Setelah ia menyimpan kembali ponselnya, Nicolae akhirnya masuk ke kamar Marie untuk memastikan gadis itu benar-benar tidur dan beristirahat. ia tersenyum puas melihat Marie sudah berbaring di tempat tidur dan mencoba memejamkan mata. Ia masih memakai sepatunya dan tampak bolak-balik di tempat tidur dengan gelisah.     

"Kau sudah di sini?" tanya gadis itu dengan suara lega ketika melihat Nicolae datang. "Aku tidak bisa tidur...."     

NIcolae duduk di tepi tempat tidur dan mengusap kepala Marie dengan lembut, seperti yang biasa dilakukannya untuk menghibur Vega atau Altair yang sedang bersedih agar mereka bisa tidur dengan tenang.     

"Kau harus melepaskan sepatumu dan melonggarkan pakaianmu agar bisa tidur dengan nyaman," komentar Nicolae. Ia kemudian menghampiri kaki Marie dan melepaskan kedua sepatunya lalu menatanya dengan rapi di sudut kamar. "Kau suka lampunya menyala atau mati?"      

"Aku suka lampunya mati..." kata Marie dengan mata berbinar-binar. Ia sangat senang karena merasa dimanjakan oleh pria ini.     

"Baiklah.. aku akan mematikan lampunya."     

"Apakah kau tidak akan melepaskan sepatumu dulu?" tanya Marie. "Nanti kalau lampunya sudah mati, kau tidak akan bisa melihat sepatumu untuk melepaskannya."     

"Untuk apa aku melepaskan sepatu?"     

"Apakah kau mau tidur dengan memakai sepatu? Nanti tempat tidurku kotor..."     

"Aku tidak akan tidur di tempat tidurmu," Nicolae menjelaskan. Ia akan menemani Marie tidur malam ini, tetapi tentunya ia sudah berniat tidur di sofa kecil di sudut ruangan itu.     

"Aku tidak bisa tidur... Maukah kau memelukku sampai aku tidur? Aku sedang merasa sangat sedih..." kata Marie dengan suara sedih dan mata kembali berkaca-kaca.     

Nicolae merasa ragu-ragu untuk beberapa saat. Ia tahu kalau sampai ia berbagi ranjang dengan Marie, penguasaan dirinya mungkin tidak akan bertahan lama. Bagaimanapun ia masih lelaki normal.     

Namun, akhirnya ia lagi-lagi mengalah, karena tak ingin melihat Marie kembali menangis. Gadis itu sedang mengalami hari yang sangat buruk. Ia tentu saat ini sangat membutuhkan pelukan dan dukungan.     

Nicolae kemudian mengangguk. Ia melepaskan sepatunya lalu mematikan lampu dan naik ke tempat tidur Marie. Ia memeluk gadis itu sesuai permintaannya. "Selamat tidur."     

"Selamat tidur..." balas Marie dengan suara yang terdengar bahagia. Benar saja... tidak lama kemudian terdengar suara napas gadis itu menjadi teratur.     

Selama hampir dua menit Nicolae tanpa sadar menahan napasnya ketika ia merengkuh Marie ke dalam pelukannya. Seluruh tubuhnya terasa menegang dan memanas.     

Sungguh berat baginya untuk tidur dalam posisi seperti ini. Segenap kesadarannya berusaha keras menahan diri agar tidak menciumi Marie dan merabai tubuhnya. ia tidak ingin menjadi lelaki brengsek yang mengambil keuntungan dari seorang gadis yang sedang rapuh.     

***     

Marie tidur dengan sangat damai selama lima jam, sementara pria yang memeluk tubuhnya hampir tidak dapat bergerak, karena takut mengganggu tidur gadis yang sedang berduka itu. Nicolae juga masih harus berperang dengan dirinya sendiri agar tidak terbawa suasana dan menyerang Marie yang tubuhnya sangat menggoda iman.     

Ketika Marie membuka matanya, ia perlu waktu beberapa lama untuk mengingat apa yang terjadi. Saat merasakan tubuh seorang pria berada di sampingnya dan ada sepasang lengan yang melingkari tubuhnya dalam pelukan, Marie segera mendesah kaget. Ia memutar tubuhnya dan menghadap Nicolae yang kini menatapnya keheranan.      

"Apakah aku sedang bermimpi..?" Marie bergumam keheranan. Ia lalu merabai tubuh atas Nicolae yang telanjang seolah memastikan pria itu benar-benar ada di sampingnya. "Kau ada di sini bersamaku sejak semalam...?"     

Pria itu mengangguk, "Kau yang memintaku di sini..."     

Marie terpana melihat tatapan Nicolae yang tidak nyaman dan suaranya yang berat. Gadis itu dengan cepat berpikir sudah berapa lama pria itu tidur sambil memeluknya dan tidak melakukan apa-apa... Ia segera menyadari betapa kuatnya pengendalian diri Nicolae semalaman ini sehingga tidak menidurinya.     

Seulas senyum terukir di bibir Marie dan sepasang mata cokelatnya tampak berkilauan ketika ia beringsut maju dan mendekati wajah Nicolae.     

"Terima kasih..." bisiknya sebelum kemudian mencium bibir Nicolae yang kaget dan sama sekali tidak mengira Marie akan menciumnya. Namun demikian, pria itu tidak menolak ciuman dari gadis yang semalaman ini telah membuatnya hampir gila karena menahan diri.     

Mereka kemudian berpagutan dalam ciuman mesra yang dimulai oleh Marie, saat gadis itu sadar sepenuhnya.     

Saat itulah Nicolae memutuskan bahwa karena Marie menginginkannya dalam keadaan sadar dan ia pun menginginkan gadis itu, maka ia tak perlu lagi menahan diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.