The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae Melanggar Prinsipnya



Nicolae Melanggar Prinsipnya

0"Aku pindah ke sana karena lokasinya sangat strategis, Ma. Kami sangat suka tinggal di sana," Marie kembali menambahkan.      

"Hmm... sepertinya semua bagus sekali. Mama melihat kalian sangat cocok. Mama sangat bahagia mendengarnya," kata Nyonya Lu pelan. Wajah wanita itu kembali mengernyit menahan sakit dan untuk sesaat ia tidak dapat berkata apa-apa.     

Saat melihat tangan Nyonya Lu terkepal dan buku-buku jarinya menjadi putih, Nicolae menoleh ke arah Marie dan melihat wajah gadis itu memucat dan air mata menggenang di kedua pelupuk matanya.     

Jelas sekali gadis itu mengetahui penderitaan yang sedang dialami ibunya tetapi ia menahan diri dan tidak berkata apa-apa. Sama seperti Nyonya Lu yang sudah terbiasa menyembunyikan sakitnya, maka Marie sudah terbiasa untuk pura-pura tidak melihat ibunya yang menyembunyikan rasa nyeri yang sedang dialaminya.     

Pemandangan itu membuat Nicolae tertegun. Ia melihat betapa sang Ibu sangat menyayangi anaknya sehingga tidak ingin anaknya kuatir akan rasa sakit yang sedang dialaminya, sementara sang anak terlihat sangat menyayangi ibunya dan pura-pura tidak melihat sakit yang dialami ibunya agar ibunya tidak merasa khawatir.     

Ini merupakan adegan yang membuat hati Nicolae merasa sangat sedih. Selama beberapa menit, ketiganya tidak berkata apa-apa. Nyonya Lu kemudian menarik nafas panjang dan terlihat rasa sakit yang tadi dialaminya kini sudah berkurang. Ia kembali tersenyum dan kemudian menoleh kepada Nicolae. Tangannya menyentuh pipi pemuda itu dan suaranya terdengar sangat lembut ketika ia berkata-kata dengan sangat serius.     

"Nicolae, kau anak muda yang sangat baik. Terima kasih, ya, kau sudah bersedia datang kemari membantu anakku. Sebenarnya aku sungguh berharap kau benar-benar menjadi lelaki yang bisa kutitipi anakku, tetapi sayang sekali aku tahu bahwa kalian berdua hanya berpura-pura..."     

"Apa maksud perkataan Mama? Kami tidak berpura-pura. Dia memang benar suamiku, Ma..." kata Marie dengan ekspresi terkejut.     

"Marie, Mama sangat mengenalmu, Nak. Mama tahu kenapa kau melakukan ini. Tidak usah berpura-pura di depanku. Mama tahu kau selalu berusaha untuk membuat Mama tenang. Kau ingin membuat Mama mengira bahwa kau baik-baik saja, sehingga kau mencari seorang laki-laki untuk berpura-pura menjadi suamimu..."     

Astaga.. Nyonya Lu, walaupun sedang sakit, ternyata masih sangat tajam pikirannya, pikir Nicolae kagum. Selama berbincang-bincang dengan wanita itu selama satu jam belakangan ini, ia telah merasakan betapa wanita itu sangat cerdas dan mengesankan.     

"Mama Lu.. Anda salah, aku dan Marie tidak berpura-pura..." kata Nicolae akhirnya, mencoba menjaga agar sandiwaranya dengan Marie tidak berakhir dengan kegagalan.     

"Anakku sayang, aku memang terkungkung di rumah sakit untuk waktu yang sangat lama, tetapi aku tidak bodoh." Nyonya Lu mengusap kepala Nicolae seolah kepada anak kecil dan menggeleng-geleng. "Kalau kalian memang sudah menikah, kau pasti akan tahu profesi Marie yang sebenarnya. Kalau kalian sudah menikah, pasti kalian akan memakai cincin di Jari kalian... tetapi aku tidak melihat cincin itu. Aku tidak bodoh.. Aku juga tidak melihat ada cinta di antara kalian."     

Keduanya terpaku mendengarkan suara tegas Nyonya Lu yang tidak mempan dibohongi.     

"Aku tidak tahu apa tujuan untuk melakukan ini Marie, tetapi Mama merasa sangat sedih karena kau merasa perlu berbohong kepadaku..."     

Wajah Nyonya Lu yang sedari tadi tersenyum kini diliputi kesedihan. Ia berusaha bangkit tertatih-tatih untuk duduk kembali ke kursi rodanya.     

"Biarkan saya bantu Anda," kata Nicolae buru-buru. Wanita itu menggeleng dan menolak bantuan pemuda itu. Ia berusaha sendiri untuk kembali ke kursi rodanya. Seluruh gesturnya menyiratkan kekecewaan dan hal ini membuat Marie tampak terpukul.     

Nicolae tertegun melihat tubuh rapuh itu beringsut-ingsut kembali ke kursi rodanya dan wajah Nyonya Lu kembali mengernyit menahan sakit, tetapi kedua tangannya mengepal berusaha menguatkan diri.     

Saat itulah, Nicolae yang dipenuhi rasa iba mengambil keputusan drastis.     

"Nyonya Lu..., Mama.. Anda salah. Aku dan Marie saling mencintai. Hubungan kami masih sangat baru, dan masih ada begitu banyak hal yang harus kami pelajari tentang diri masing-masing.. Tetapi percayalah bahwa kami berdua tulus dan saling mencintai." Nicolae bersimpuh di depan kursi roda Nyonya Lu dan memeluk kedua lutut wanita itu. Sepasang matanya tampak sangat serius. "Marie memang sangat menguatirkan Anda dan sempat memikirkan rencana untuk berpura-pura menikah agar Anda tidak terus-menerus memikirkan kebahagiaannya. Tetapi sebenarnya yang terjadi adalah... aku memang akan melamarnya dan ingin menikah dengannya... Kedatanganku kali ini sebenarnya untuk meminta restu dari Anda."     

Marie dan Nyonya Lu sangat terkejut mendengar perkataan Nicolae. Dari samping, Marie menatap pemuda itu dengan pandangan bertanya-tanya. Ia tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran Nicolae.     

Nyonya Lu menatap Nicolae dengan tatapan penuh selidik. Ia tidak percaya kata-kata pemuda di depannya ini.     

"Kalau Mama tidak percaya, kami bisa menikah sekarang juga untuk membuktikan kepadamu bahwa kami tidak bercanda." Nicolae menambahkan.     

Nyonya Lu menatap Nicolae kaget dengan mulut setengah terbuka, sementara Marie menekap bibirnya sambil memandang Nicolae dengan sepasang mata membulat. Ia sungguh tidak menduga pemuda ini akan memberikan usulan demikian tidak terduga.     

"Jadi kalian benar-benar akan menikah?" tanya Nyonya Lu, kali ini kepada Marie. Rupanya wanita itu cukup mengenal anaknya dan kini ia hendak meminta keterangan dari gadis itu untuk menilai kejujurannya.     

Nicolae sendiri tidak yakin apa yang baru saja ia katakan tetapi pada saat itu ia menduga bahwa tidak ada cara lain untuk membuat hati Nyonya Lu tenang. Ia sudah melihat sendiri betapa wanita itu mengalami rasa sakit yang luar biasa, dan sebagai seorang dokter yang terbiasa menyelamatkan jiwa dan melakukan yang terbaik untuk pasien, kali ini ia terpaksa mengambil langkah drastis.     

Ia adalah seorang laki-laki yang tidak bisa dan tidak biasa berbohong. Ia tidak jago berakting, tetapi pada hari ini, ia bertekad akan melakukan apa pun demi membuat wanita yang sedang sakit parah ini mendapatkan ketenangan.      

Nicolae sendiri keheranan melihat betapa kata-kata kebohongan itu dapat keluar dari bibirnya di depan Nyonya Lu.     

Dengan tegas ia bahkan mengulanginya kembali. "Nyonya Lu.. aku Nicolae Sorin sangat mencintai anak perempuan Anda. Aku ingin sekali menikahinya, mencintainya seumur hidupku, dan membahagiakannya... Kuharap Mama Lu mau merestu pernikahan kami. Aku tidak berpura-pura.. Kami akan senang sekali kalau Anda bisa hadir di pernikahan kami."     

Terdengar seruan tertahan dari bibir Marie dan air mata pelan-pelan mengaliri kedua pipinya yang berbintik-bintik. Gadis ini merasa sangat terharu karena pria asing ini ternyata sangat baik dan bahkan bersedia melanjutkan kebohongan mereka, demi ibunya.     

Ia merasa malu dan berutang budi sekaligus. Ia belum pernah bertemu laki-laki sebaik ini dalam hidupnya.     

Dengan suara terbata-bata ia ikut bersimpuh di depan kaki ibunya dan memohon. "Aku sangat mencintai Nicolae, Ma.. tolong berikan kami restu..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.