The Alchemists: Cinta Abadi

Kau Harus Mengkompensasi Kerugianku!



Kau Harus Mengkompensasi Kerugianku!

0Pagi itu Nicolae bangun dengan perasaan segar. Ia hampir melupakan apa yang terjadi pada malam sebelumnya seandainya ia tidak menerima sms pagi-pagi sekali dari anaknya yang mengkuatirkan keadaannya.     

[Papa kapan pulang?] Demikian isi SMS dari Altair yang diterimanya saat ia baru bangun tidur.     

Senyum kemenangan tersungging di wajah Nicole's saat membayangkan kecemasan kedua anaknya yang mengira ia tidur dengan seorang perempuan bertampang menakutkan yang segera akan menjadi ibu tiri mereka.     

Ia sengaja menunda untuk membalas SMS tersebut selama satu jam, agar Altair mengira Nicolae masih pulas tertidur dalam dekapan Tante Louisa. Setelah dirasa cukup lama, barulah ia mengirimkan SMS balasannya.     

[Selamat pagi. Maaf Papa tidur terlalu pulas sehingga bangun kesiangan. Terima kasih ya sudah merencanakan kencan ketiga ini untuk Papa dan Tante Louisa. Papa akan pulang sebelum jam makan siang. Kalian sudah bisa mengambil sarapan sendiri, kan?]     

Altair tidak membalas.     

Nicolae tak henti-hentinya tertawa saat ia mandi, sarapan, lalu bersiap pulang kembali ke apartemennya. Ketika ia tiba di rumah, Nicolae menolak menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dengan Louisa dan dengan jahil ia membiarkan saja Altair dan Vega menebak-nebak sendiri, bagaimana kencan buta ketiga ayah mereka berlangsung.     

"Kenapa wajah kalian murung begitu?" tanya Nicolae saat jam makan siang tiba. Sedari tadi ia memperhatikan wajah kedua anaknya yang cemberut dan frustrasi tetapi ia pura-pura tidak menyadarinya.     

Baik Vega maupun Altair tidak dapat menjawab. Keduanya merasa sedih karena ayah yang mereka cintai ternyata memilih menjalin hubungan dengan wanita yang terlihat menakutkan. Sorot mata Louisa di ketiga foto yang mereka terima tadi malam membuat mereka merasa sangat tidak nyaman, dan membayangkan Papa Nic tertarik kepada wanita seperti itu, rasanya Altair dan Vega ingin menangis. Di satu sisi keduanya juga merasa bersalah karena merekalah yang menyebabkan Nicolae bertemu dengan Louisa     

"Hari ini kita makan siang di luar, ya..." kata Nicolae kepada kedua anaknya sambil mengancingkan kemeja lengan pendeknya. Ia telah mengganti pakaian resmi dari kencan tadi malam dengan pakaian kasualnya yang biasa. Kemeja tipis dan jeans sobek kesayangannya.     

Altair dan Vega menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya.     

"Kenapa makan siang di luar?" tanya Vega pelan.     

Sambil tersenyum jahil Nicolae menjawab. "Entahlah, Papa rasanya lelah sekali karena tadi malam.... ahem... jadi sekarang tidak punya tenaga untuk memasak."     

Setelah mengucapkan kalimat ambigu seperti itu, ia pun berlalu begitu saja meninggalkan mereka. Altair dan Vega saling pandang keheranan. Mereka hanya bisa menduga-duga apa kira-kira yang dilakukan Papa Nic tadi malam yang menyebabkan ia menjadi demikian lelah sehingga kini tidak sanggup memasak makan siang seperti biasanya.     

Astaga...     

Walaupun masih berumur sepuluh tahun, keduanya sudah diajari tentang kesehatan reproduksi dan mereka segera membayangkan kemungkinan mengapa Nicolae merasa sangat lelah setelah aktivitas di  malam sebelumnya. Keduanya hanya bisa menelan ludah.     

"Ayo kita makan siang ke restoran di sebelah gedung. Makanan mereka cukup enak." Nicolae mengajak mereka untuk makan siang di luar sekali lagi.     

Mau tidak mau Altair dan Vega akhirnya mengikuti langkah Nicolae yang sudah merencanakan sandiwaranya ini untuk membalas perbuatan kedua anaknya. Ia akan berpura-pura menjalin hubungan dengan Louisa hingga Altair dan Vega kapok mencarikannya kekasih.     

Rombongan kecil ayah dan dua anak itu keluar dari apartemen mereka menuju ke restoran yang cukup terkenal di lantai 1 sebuah mall kecil yang terletak di samping gedung apartemen Nicolae.     

"Silakan kalian pesan apa saja. Papa mau menelpon Tante Louisa dulu, ya." Nicolae lalu berpura-pura mencari tempat sepi di sudut restoran dan bersikap seolah menelepon seseorang.     

Dari sudut matanya ia mengerling memperhatikan wajah Altair dan Vega yang tampak semakin keruh. Dalam hati ia tertawa tanpa henti. Oh, ternyata begini rasanya bisa mengerjai anak sendiri. Ini sangat menyenangkan, pikirnya.     

Ia akan terus membiarkan mereka mengira ia menjalin hubungan dengan Luisa, hingga suatu hari nanti mereka mengetahui sendiri kebenarannya. Hingga saat itu tiba, ia akan terus bersenang-senang dan mengganggu kedua anaknya.     

Setelah berpura-pura menelpon dengan ekspresi penuh kemesraan, Nicolae kembali ke meja mereka. Altair dan Vega sudah menentukan menu apa yang ingin mereka pesan untuk makan siang.     

"Papa, coba lihat perempuan yang sedang berjalan ke sini..." kata Vega tiba-tiba sambil menunjuk ke arah pintu masuk saat ia sedang memperhatikan sekelilingnya, menunggu pelayan mencatat pesanan saudaranya.     

"Hush.. tidak boleh menunjuk seperti itu. Tidak sopan," kata Nicolae. Namun demikian, ia mengangkat wajahnya dan memperhatikan siapa gadis yang dimaksud oleh Vega.     

Sepasang matanya menyipit berusaha mengingat-ingat di mana ia pernah melihat gadis berambut coklat dikepang dua dan wajah berbintik-bintik yang melangkah masuk ke dalam restoran dengan langkah-langkah malas itu. Wajahnya sangat cantik, tetapi penampilannya sangat acuh dengan tank top biru dan jeans sobek-sobek serta sandal tali yang kasual.     

Ah, benar juga. Rasanya ia memang pernah melihat gadis itu di suatu tempat, tetapi ia lupa di mana. Nicolae lalu memfokuskan kembali perhatiannya pada menu yang ada di tangannya dan menyebutkan hidangan yang ia inginkan kepada pelayan untuk dicatat.     

Tanpa diduga-duga, gadis yang baru masuk itu ternyata juga melihat ke arah mereka. Dari ekspresinya yang tampak terkejut, sepertinya ia juga mengenali Nicolae serta kedua anaknya itu. Mata sang gadis tampak menyipit sementara wajahnya memerah dan ekspresinya seketika berubah menjadi keruh.     

"Heiii.. kau! Ternyata kau di sini!" seru gadis itu dengan suara keras tanpa tahu malu.     

Nicolae mengangkat wajahnya dan mengerutkan kening keheranan. Ia lalu menunjuk hidungnya sendiri seolah bertanya apakah gadis itu memang memanggilnya.     

"Eh...? Kau memanggilku?" tanyanya keheranan.     

"Iya, kau. Aku bicara kepadamu. Kau ini punya telinga tidak, sih?" cetus gadis itu sambil berjalan mendekati meja mereka.     

Sebagai seorang pria baik-baik dan dididik dengan tata krama sempurna, Nicolae tentu tidak akan membalas perkataan gadis itu yang diucapkan dengan nada tinggi. Ia tetap menjawab dengan suara kalem dan lembut.     

"Apa kita saling kenal?" tanyanya dengan sopan.     

Dengan langkah-langkah panjang, gadis itu menghampiri mereka dan menggebrak meja. "Dasar laki-laki brengsek! Kau membuatku menunggumu di dermaga semalaman!"     

"Aku membuatmu menunggu di dermaga? Kapan? Kenapa???"     

Perlu waktu 10 detik bagi Nicolae untuk berhasil mengingat di mana ia pernah melihat gadis yang ada di depannya ini dan mengapa ia menunggu Nicolae di dermaga hingga semalaman.     

Seketika matanya membulat dan bibirnya terbuka karena kaget.     

"Astaga! Kau serius datang ke Marina Bay Harbour??? Waktu itu aku hanya bercanda!" Nicolae menekap mulutnya dengan ekspresi tidak percaya. Ia benar-benar tidak menduga Marie akan menuruti permintaannya untuk datang ke dermaga demi meminta maaf karena telah menuduh Nicolae sebagai pembunuh berantai.     

"Aku mana tahu kalau kau hanya bercanda! Pokoknya kau harus mengkompensasi kerugianku!" dengus gadis itu dengan kesal.     

"Kompensasi seperti apa yang kau inginkan?" tanya Nicolae dengan sabar.     

"Kau harus mentraktirku makan!" jawab Marie sambil berkacak pinggang.     

Tiba-tiba wajah Altair dan Vega dihiasi senyum yang sangat cerah. Tanpa sadar keduanya saling pandang dengan sorot mata penuh arti. Sebagai anak kembar, mereka memiliki hubungan batin yang sangat erat dan masing-masing bisa mengetahui bahwa saudaranya memiliki pemikiran yang serupa dengan dirinya.     

Tante galak ini jauh lebih menarik dan lebih pantas untuk Papa Nic dibandingkan Tante Louisa yang membuat bulu kuduk mereka berdiri.     

'Kami harus bisa membuat Papa jatuh cinta kepada Tante ini, dan meninggalkan Tante Louisa,' demikian tekad keduanya di dalam hati.     

Sebelum Nicolae dapat membalas perkataan Marie, Vega buru-buru menarik tangan tamu tak diundang tersebut dan memasang senyum cantiknya yang bagaikan malaikat. Ia mendorong Marie duduk di kursi di sampingnya.     

"Tante, tolong maafkan papa kami. Dia memang orangnya pelupa. Kami akan memastikan Papa meminta maaf dan mengkompensasi Tante dengan pantas."     

"Silakan tante duduk dan makan bersama dengan kami.  Papa akan membayar apa pun yang Tante pesan." Altair segera menambahkan. "Iya kan, Pa?"     

"Eh?  Apa ini? Aku belum bilang setuju, ya..." Nicolae berusaha protes, tetapi kedua anaknya pura-pura tidak mendengar. Vega telah memberi tanda kepada pelayan untuk mencatat pesanan Marie, sementara Altair menyerahkan menu sambil tersenyum ramah kepada Marie.     

Sebentar...      

Nicolae mengamati adegan di depannya dengan mata menyipit. Ia langsung dapat membaca situasi dan mengetahui bahwa Altair dan Vega masih belum kapok dan kini berusaha menjodohkannya dengan wanita baru lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.