The Alchemists: Cinta Abadi

Semua Orang Di Sini Adalah Keluarga



Semua Orang Di Sini Adalah Keluarga

3Alaric dan Aleksis sedang bicara berdua di teras lantai tiga ketika stafnya mengabarkan bahwa ketiga anak angkatnya telah tiba dan menunggunya di ruang tamu utama di lantai satu. Keduanya saling pandang dan mengangguk. Ini akan menjadi momen pertama bagi Alaric untuk memperkenalkan keempat anak angkatnya secara resmi kepada istrinya.     

Mischa dan Takeshi pernah bertemu dengan Aleksis dan mereka saling menyukai, sementara Rosalien dan Kai belum pernah mendapatkan kesempatan itu. Mereka hanya tahu bahwa tahun lalu Alaric bertemu kembali dengan istri dan dua anak kandungnya dan memutuskan untuk mundur dari sebagian besar bisnisnya.     

Kai dan Rosalien juga menyadari ada banyak perubahan arah dalam proyek-proyek otomasi dan tujuan RMI setelah peristiwa itu. Hal ini membuat mereka menjadi penasaran ingin bertemu langsung dengan wanita yang membuat Alaric berubah. Mereka juga diam-diam ingin mengenal lebih jauh tentang kaum Alchemist, karena mereka diberi tahu bahwa keluarga besar Alaric dan Aleksis akan hadir di acara ulang tahun Aleksis tersebut.     

"Selamat siang, Tuan. Aku senang melihat Tuan sehat," Kai menyapa Alaric terlebih dulu begitu melihat ayah angkatnya itu masuk ke ruangan bersama Aleksis. Alaric tersenyum dan memeluk Kai dengan hangat, membuat pria itu merasa keheranan.     

Seingatnya, sampai tahun lalu Alaric tidak suka disentuh, tetapi kini ayah angkatnya itu justru memeluknya terlebih dulu. Dengan ragu-ragu Kai pun membalas pelukan Alaric dan tersenyum lebar.     

"Kuharap kau pun sehat," kata Alaric sambil menepuk bahu Kai. Ia lalu menghampiri Rosalien yang menatapnya dengan sepasang mata berkaca-kaca. Gadis berwajah dingin dan tidak suka bicara itu tampak terharu melihat Alaric kembali menjadi pribadi yang lembut seperti yang diingatnya dulu. Ia memeluk Alaric duluan, erat sekali.     

"Sudah lama kita tidak bertemu langsung, Tuan." Rosalien lalu mencium kedua pipi Alaric dan menatapnya dengan pandangan haru. Alaric mengangguk dan mengacak rambut Rosalien dengan ringan, seolah gadis itu masih seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun yang dulu diselamatkannya di New York.     

Di antara keempat anak angkatnya, Rosalien adalah yang paling dekat dengannya saat gadis itu masih kecil. Sebagai anak perempuan angkat satu-satunya, ia dilindungi dan diberikan perlakuan istimewa oleh ketiga saudara angkatnya dan oleh Alaric.     

Dalam banyak hal, Rosalien paling mengidolakan Alaric dan mengikuti semua sifatnya. Ia termasuk orang yang paling terpukul ketika Alaric 'mati' sebelas tahun lalu dan peristiwa itu itu cukup membuatnya berubah menjadi orang yang sangat dingin dan kejam, lebih dari sebelumnya. Barulah beberapa tahun terakhir, setelah Alaric kembali, Rosalien pun menjadi lebih baik.     

Saat ia mengetahui Alaric kembali bertemu dengan Aleksis dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari sebagian besar aktivitasnya, Rosalien merasa tidak rela. Ia dan saudara-saudaranya telah bekerja keras membantu Alaric untuk mewujudkan cita-citanya menguasai dunia, dan di saat terakhir, Alaric akan menghentikannya begitu saja?     

Tetapi hari ini... saat ia melihat langsung bagaimana ayah angkatnya tampak diliputi kebahagiaan, semua pemikiran itu menghilang dari benak Rosalien. Saat ini, ia hanya dapat turut berbahagia melihat betapa sepertinya Alaric telah menemukan apa yang dicarinya.     

Rosalien melepaskan diri dari Alaric dan tersenyum sedikit. Ia lalu menoleh kepada Aleksis yang menatap perjumpaan Alaric dan anak-anak angkatnya sambil tersenyum. Rosalien mengangguk ke arahnya, dan dibalas dengan anggukan oleh Aleksis juga.     

"Sayang, ini adalah Rosalien, dan itu Kai. Aku sudah menceritakan kepadamu tentang mereka. Kau sudah bertemu Takeshi." Alaric melambai kepada Kai dan Rosalien untuk memperkenalkan mereka kepada Aleksis. Istrinya itu mengangguk dan tersenyum kepada keduanya. Alaric lalu memperkenalkan Aleksis kepada mereka. "Kai, Rosalien, ini istriku, Aleksis."     

"Senang bertemu kalian," Aleksis tersenyum ramah. Dalam hati ia merasa hidup Alaric cukup menarik. Sebelum ia punya empat anak kandung, tiga lelaki dan satu perempuan, ternyata Alaric telah membesarkan empat anak yatim piatu sebagai anak angkatnya. Keempat anak angkatnya juga terdiri atas tiga lelaki dan satu perempuan.     

"Senang bertemu, Nyonya." Kai dan Rosalien menyapa Aleksis bersamaan. Aleksis tidak mau membuat mereka merasa canggung kepadanya, maka ia maju dan memeluk mereka satu persatu.     

"Tidak usah terlalu formal kepadaku," katanya dengan suara ramah. "Terima kasih kalian sudah bersedia datang ke mari. Kita semua adalah keluarga."     

Ia lalu memeluk Takeshi yang datang membawakan seikat bunga untuknya.     

"Seperti biasa, seikat bunga Lavender untuk Nyonya. Ini sisa-sisa terakhir dari musim panas," komentar Takeshi sambil menyerahkan bunga yang dibawanya untuk Aleksis.     

"Terima kasih," Aleksis menerimanya dengan senang hati. Lavender memang bunga kesayangannya dan sulit menemukannya di musim gugur seperti ini, sehingga ia merasa tersentuh Takeshi menyempatkan diri mencarikannya untuk dirinya.     

Setelah acara perkenalan dengan Aleksis, Alaric mengundang ketiga anak angkatnya yang baru datang untuk bertemu keluarga mertuanya. Mischa dan Takeshi sudah tidak lagi terheran-heran melihat betapa semua anggota keluarga Schneider terlihat masih sangat muda dan rupawan. Mischa telah bertemu mereka kemarin, dan Takeshi bertemu mereka tiga bulan lalu saat pesta ulang tahun Caspar di Singapura sekaligus merayakan kelahiran Ireland dan Scotland.     

Hanya Kai dan Rosalien yang merasa sangat keheranan. Mereka sudah sering mendengar tentang keluarga Schneider yang demikian misterius dan tertutup, dan kini mereka mengerti kenapa keluarga ini sangat menjaga privasi mereka.     

Sungguh mengesankan, pikir mereka dalam hati.     

"Akhirnya, hampir semua keluargaku berkumpul. Tinggal menunggu ayah dan Nicolae beserta si kembar," kata Alaric dengan wajah senang. "Ayah akan tiba sebentar lagi, dan Nic tiba nanti malam."     

Para pelayan telah menata taman luas di tengah kastilnya dengan meja-meja indah dan berbagai hiasan yang elegan. Pesta ulang tahun Aleksis akan dimulai saat makan siang dan begitu Lauriel tiba, mereka akan segera memulainya.     

"Sudah kubilang, aku tidak akan pernah melupakan ulang tahunmu, sekarang dan selama-lamanya," bisik Alaric sambil menggandeng Aleksis memeriksa semua meja dan memastikan bunga-bunga, peralatan makan, dan berbagai dekorasi serba ungu yang ada di taman cantik mereka  tampak sempurna.     

Mendengar itu, Aleksis tersenyum bahagia dan menghadiahkan ciuman mesra ke bibir suaminya.     

Tepat pukul 1 siang, Lauriel yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Ia langsung menuju ke taman menemui Aleksis dan memeluk anak kesayangannya itu begitu menemukannya berdiri di samping Alaric sambil menata bunga-bunga di meja pesta.     

"Ayah, kau sudah tiba!" seru Aleksis sambil membalas pelukan Lauriel dengan hangat.     

"Aku tidak terlambat, kan?" tanya Lauriel sambil tersenyum dan mengacak rambut Aleksis.     

"Ahaha.. acara tidak akan dimulai tanpa kehadiranmu, Ayah," balas Aleksis sambil mencium kedua pipi ayah angkatnya. "Ayah membawakan hadiah apa untukku?"     

Sejak ia kecil, Lauriel tidak pernah melupakan ulang tahun Aleksis dan selalu memberinya hadiah-hadiah yang berkesan.     

"Kau mulai serakah, ya? Aku sudah memberikan milikku yang paling berharga kepadamu, yaitu anak laki-lakiku. Apakah dia tidak cukup?" jawab Lauriel sambil berkelakar. Ia mengerling kepada Alaric yang menyembunyikan senyumnya. Pemuda itu senang ayahnya menyebutnya sebagai miliknya yang paling berharga. Lauriel lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. "Ayah hanya bercanda. Tentu saja Ayah membawakanmu hadiah. Ini untukmu."     

"Hahaha.. aku juga tadi hanya bercanda, kok, tetapi Ayah tetap memberiku hadiah. Terima kasih. Aku mencintaimu, Ayah." Aleksis memeluk Lauriel erat sekali dan dengan wajah sumringah menyimpan hadiah dari pria itu ke dalam tas kecil yang dibawanya. "Aku akan membukanya nanti."     

"Alaric sudah memberimu hadiah?" tanya Lauriel.     

"Uhm... sepertinya justru aku yang tadi malam memberinya hadiah," jawab Aleksis sambil tersenyum jahil. Ia pura-pura batuk sambil mengerling ke arah suaminya. Alaric hanya tersenyum tipis dan mengangguk membenarkan. Ia tahu maksud Aleksis adalah kegiatan bercinta mereka tadi malam yang baru berakhir saat hari sudah menjelang subuh.     

Lauriel pura-pura tidak mendengar dan segera berjalan menghampiri Caspar yang sedang duduk di salah satu meja sambil memangku istrinya dan bercakap-cakap dengan suara rendah.     

"Kalian orang-orang yang memiliki pasangan memang sungguh tidak punya hati terhadap kami yang lajang ini," omel Lauriel kepada sahabatnya itu.     

Caspar mengangkat wajahnya melihat kedatangan Lauriel dan, saat mendengar kata-kata pria itu, ia segera menyadari bahwa dirinya dan Alaric memang terlalu mesra kepada istri mereka masing-masing di depan banyak orang. Bila ia ada di posisi mereka, tentu memang rasanya tidak enak.     

"Ahaha.. maafkan aku. Ini sudah menjadi kebiasaan." Caspar tersenyum ringan, tetapi ia mencegah ketika Finland hendak turun dari pangkuannya. "Setelah seratus tahun lebih... apakah kau masih belum bisa membuka hatimu untuk wanita lain? Aku yakin anak-anakmu juga ingin melihatmu bahagia."     

Lauriel menggeleng. "Aku tidak tahu."     

"Caspar, Lauriel benar. Sebaiknya kau turunkan aku," bisik Finland masih berusaha melepaskan diri dari pangkuan suaminya. "Aku sudah bilang dari tadi, kita ini sudah tua."     

"Sshh... kau ini kenapa, sih? Berapa kali harus kubilang, kita ini belum tua. Kalau Lauriel mau bersikap sesuai umurnya, itu urusannya. Tetapi aku tidak melihat alasan mengapa kita harus bersikap seperti orang asing, hanya karena kita dikelilingi orang-orang. Lagipula semua orang di sini adalah keluarga. Mereka pasti mengerti." jawab Caspar.     

Finland hanya bisa memutar matanya mendengar jawaban suaminya. Akhirnya ia mencoba cara lain. "Aku akan membantu London mengurusi Lily. Sepertinya anak itu butuh istirahat."     

Barulah Caspar melonggarkan pelukannya dan Finland bisa melepaskan diri dari pangkuan suaminya. Ia mengangguk ke arah Lauriel dan buru-buru berjalan mendekati London yang sedang duduk di sudut taman sambil menggendong Lily dan bicara di telepon sekaligus.     

"Kemarikan Lily, biar Mama yang menggendongnya. Sepertinya kau sibuk," kata Finland sambil merentangkan tangannya untuk menggendong Lily.      

"Terima kasih, Ma." Dengan wajah penuh terima kasih, London meletakkan ponselnya dan menyerahkan bayinya ke tangan sang ibu. Setelah mencium Lily yang berpindah ke tangan ibunya, London kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Jan di telepon.     

.     

.     

@@@@@@@@@@     

Dari Penulis:     

Hallooo, teman-teman pembaca yang baik...     

Maaf ya, kemarin nggak bisa update sama sekali. Saya akan lanjutkan utang babnya satu persatu ya.. saya nggak lupa, kok :).     

Oh, ya... akhirnya saya kemarin berhasil ke dokter dan konsultasi ttg insomnia saya. Cukup lama, karena beliau ingin memastikan kalau saya hanya terkena insomnia, tidak diikuti depresi (seperti tahun lalu). Sudah dikasi obat untuk tiga hari dan kalau tiga hari ini tidurnya bisa normal, maka seharusnya tidak perlu kuatir insomnia lagi. Let's see.     

Ini baru hari pertama ya, dari target tiga hari pemulihan... ahahha. Semoga aja ya bisa ilang insomnianya dan bisa kembali seperti semula. Hari ini, terus terang saya merasa lebih baik.     

Btw, saya mau cerita sedikit tentang RS yang saya datangi. Ini RS yang luar biasa. RS Sanglah di Bali adalah RS terbaik yang saya tahu (saya jarang dan males ke dokter sih, apalagi ketemu psikiater untuk konsultasi waktu dulu saya mengalami depresi dan insomnia, tapi akhirnya saya paksakan juga.)     

Bermula dari tahun lalu saya hampir pengen bunuh diri, ini beneran. Tahun lalu saya kena depresi lumayan parah ditambah insomnia, sekitar Januari 2019, dan ga mau ngapa2in. Keluar kamar aja ga mau, itu sudah berlangsung selama berbulan-bulan.     

Akhirnya dengan terpaksa saya ke RS Sanglah untuk konsultasi ke dokter/psikiater karena saya takut kalo saya beneran sampai ga mau hidup lagi, siapa yang bakal ngurusin dua anak saya? Serem banget!     

Nah, kenapa saya pilih RS pemerintah? Karena saya pernah mau ketemu dokter spesialis di RS swasta, ternyata harus bikin janji, karena dokter-dokter itu ga kerja di sana full time. Saya sadar, dokter-dokter terbaik itu adanya di RS Pemerintah, karena kapan pun saya datang PASTI akan ada dokter di sana. Jadilah, saya memutuskan ke RS Sanglah.     

Sebenarnya, saya males sekali ke dokter karena takut dijudge/dihakimi oleh dokter karena depresi saya, makanya saya menunda-nunda sampai lama sekali dan sudah menjadi sangat parah. Tapi ternyata, waktu saya datang ke sana, saya menyadari ketakutan saya sama sekali ga beralasan.     

Di sana saya diajak ngobrol dengan SANGAT ENAK, dokternya ga judgemental, dan hanya meresepkan obat dengan dosis SANGAT RENDAH, biar pasien ga ketergantungan obat. Butuh waktu lama banget lho, utk saya pulih dari depresi dan insomnia itu.. kira-kira Bulan Juni 2019 saya baru pulih sepenuhnya. Lumayan lama juga ya? Tapi saya bersyukur saya datang ke sana dan mengambil langkah pertama untuk berusaha sembuh.     

Di Indonesia, rata-rata orang masih punya stigma bahwa kalau kita stress, depresi, dan kesehatan mental kita terganggu sama artinya dengan gila, padahal sebenarnya itu salah banget. Yang namanya sakit ya sakit aja. Klo kita kakinya luka pasti ga bisa jalan, klo tangan kita sakit pasti ga bisa ngetik, sama juga kalau pikirannya sakit karena depresi misalnya, kita ga akan bisa berfungsi dengan baik.     

Jadi sekarang, setiap saya melihat ada teman yang bermasalah dengan mentalnya, baik itu stress, depresi, dll, saya mendorong mereka supaya ke dokter/psikolog/psikiater untuk mendapatkan bantuan. Ga selalu dikasi obat kok, terapi bisa berupa konsultasi dan diajak bicara mendalam untuk mencari tahu akar masalahnya dan solusi. Seneng deh, bisa curhat kepada orang yang memang ahlinya.     

Yang paling mengagumkan lagi adalah, biaya periksa ke dokter spesialis di RS Sanglah (tanpa menggunakan BPJS) hanya Rp 40rb saja. Beneran. EMPAT PULUH RIBU RUPIAH saja. Mereka juga tidak menjual obat sehingga resep yang diberikan selalu obat generik yang bisa kita tebus di apotek mana saja dengan harga sangat murah.     

Sebagai perbandingan, obat untuk mengatasi insomnia saya tiga hari ini harganya hanya 5 ribu rupiah untuk tiga tablet. Sehingga total biaya yang saya keluarkan utk dokter dan obat hanya 45 ribu saja.     

Luar biasa ya? Jadi, kalau teman-teman ingin konsultasi kepada psikiater karena mengalami masalah mental tetapi enggan datang ke dokter karena takut biayanya mahal, coba datangi rumah sakit pemerintah dan ikuti yang saya lakukan. Saya tidak tahu bagaimana dengan RS Pemerintah di daerah lain, tapi semoga saja mereka juga seperti RS Sanglah di Bali yang harganya terjangkau dan sangat mempedulikan pasien.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.