The Alchemists: Cinta Abadi

Sampai Seribu Tahun dan Selama-lamanya



Sampai Seribu Tahun dan Selama-lamanya

1Ia menoleh kepada Lily yang ada di pangkuannya.     

"Sayang, Ayah tidak ingin menjadi laki-laki posesif yang membuat sempit ruang gerak ibumu. Ayah sangat cemburu melihat ia dikelilingi banyak lelaki yang menginginkannya sementara Ayah tidak bisa secara terbuka menghalau mereka." London mengajak Lily mengobrol seolah bayinya mengerti kata-katanya. Lily yang sudah berhenti menangis kini menatapnya dengan penuh perhatian. London menjadi terinspirasi untuk kembali mengajak bayinya bercakap-cakap. "Kau tidak akan kehilangan ibumu, tenang saja. Kami tinggal berdekatan dan kau bisa bersamanya kapan saja kau mau."     

Lily kemudian tersenyum menampakkan gusinya yang ompong, membuat ayahnya yang sedih langsung merasa bahagia. Sepasang mata Lily yang masih berwarna abu-abu tampak berkilauan. Jelas terlihat Lily sangat menikmati senyum ayahnya. Tangan kanannya yang kecil menyentuh lesung pipi London yang timbul setiap kali pria itu tersenyum.     

"Ahh.. kau memang anak manis sekali! Lily memang yang terbaik," kata London berkali-kali. Ia mengambil ponselnya dan mengirim SMS kepada L untuk menanyakan kapan gadis itu bisa dihubungi karena ia ingin memberi kesempatan kepada L untuk bicara kepada Lily sebelum bayinya tidur.     

[Maaf, acaranya baru akan selesai satu setengah jam lagi. Kau mau menunggu?] tanya L.     

[Ini sudah lewat jam tidurnya Lily. Aku tidak bisa membiarkannya menunggu begitu lama.] London merasa sangat kecewa, tetapi ia tidak dapat memaksa L.     

[Maafkan aku. Besok pagi aku akan menghubungi kalian sebelum sarapan. Bagaimana?]     

[Baiklah.]     

[Terima kasih. Selamat malam.]     

London tidak membalas isi pesan terakhir L. Ia lalu membaringkan Lily di tempat tidur bayi di samping tempat tidurnya sendiri dan memberikan susu dari botol kepadanya. Untunglah tadi Lily sudah puas mendengarkan suara ibunya sehingga sekarang tidak rewel lagi. Dengan gembira Lily menghabiskan susunya dan pelan-pelan matanya terlihat mengantuk dan akhirnya terpejam.     

Setelah Lily tidur pulas, London kembali menemui keluarganya yang sedang berbincang-bincang di ruang keluarga untuk melepas kerinduan. Ireland dan Scotland juga telah tidur dan kedua orangtuanya sedang membahas tentang L ketika London tiba.     

Mischa telah memberi tahu mereka bahwa keluarga L dibunuh oleh orang yang menginginkan harta keluarga Swann. Di satu sisi mereka merasa kasihan kepada L, tetapi di sisi lain sebenarnya keluarga London merasa agak lega pemuda itu dan L tidak jadi menikah. Mereka lebih mendukung keputusannya untuk bersikap tegas dan memikirkan kebahagiaannya dan Lily.     

"Aku tidak mau membicarakannya, kalau kalian tidak keberatan." London mengambil segelas red wine dari meja dan duduk di kaki ibunya yang sedang duduk di sofa. Ia meneguk wine-nya satu kali dan kemudian membaringkan kepalanya di pangkuan ibunya.     

Finland mengangguk dan mengusap kepala anaknya sambil mendesah pelan. "Tentu saja tidak. Kami mengerti, Sayang."     

Pemandangan itu membuat Alaric sedikit sedih. Seumur hidupnya ia tak pernah mengenal ibunya. Ia tidak tahu rasanya dimanjakan oleh sang ibu seperti yang dilihatnya dialami oleh London.     

Saat pemuda itu sedang mengalami kesedihan karena cintanya yang rumit, ia bisa dengan mudah mendapatkan penghiburan dari ibu yang sangat menyayanginya. Sementara Alaric tidak akan pernah tahu rasanya.     

Aleksis yang kebetulan sedang menoleh ke arah suaminya sempat menangkap ekspresi sedih di wajah Alaric. Ia ikut merasakan kesedihan pria itu. Tanpa sadar ia beringsut mendekat kepada Alaric dan menarik kepala pria itu ke pelukannya.     

"Aku sangat mencintaimu," bisik Aleksis ke telinga Alaric dengan mesra. Ia tidak peduli pandangan keluarganya terhadap mereka saat itu. Alaric yang terkejut karena Aleksis tiba-tiba memeluknya, hanya bisa terpaku di tempatnya.      

Sesaat kemudian ia memejamkan matanya dan tersenyum tipis. "Aku juga mencintaimu."     

Tidak ada hidup yang sempurna, pikir Alaric. Ia memang kehilangan ibunya, tetapi satu-satunya wanita yang ia cintai ada di sini bersamanya. Ini sudah cukup. Ia merasa bersyukur.     

Saat Alaric membuka matanya kembali, ia menatap langsung pada sepasang mata biru-hijau Aleksis dan mengungkapkan terima kasihnya lewat tatapan sejuk mata ungunya. Untuk sesaat Aleksis terpesona melihat mata ungu yang jernih itu.     

Gadis itu lalu memajukan bibirnya ke bibir Alaric dan mengecupnya dengan mesra. Alaric menerima ciuman istrinya dengan sukacita. Ia membalas kecupan Aleksis dengan mengigit pelan bibir bawahnya. Aleksis tersenyum geli dan kesempatan itu dimanfaatkan Alaric untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Aleksis lewat bibirnya yang sedikit terbuka, dan menjelajahinya dengan mesra.     

Rune yang kebetulan melihat ke arah mereka mengangkat tangan dan membuka mulutnya hendak protes... tetapi kemudian menutupnya kembali, lalu membukanya lagi...     

Suara kaget yang keluar dari bibirnya menarik perhatian orang-orang untuk melihat apa yang terjadi. Ketika mereka melihat pasangan tuan rumah sedang asyik memadu kasih, mereka ikut membuka mulut hendak bersuara...     

Wajah Mischa tampak merah sekali. Ia belum pernah melihat ayah angkatnya bermesraan dengan perempuan mana pun seumur hidupnya.     

Belum sempat mereka semua berdiri untuk meninggalkan ruangan, Alaric telah menjentikkan jarinya dan tahu-tahu ruangan besar itu menjadi gelap gulita.     

"Heii... kenapa bisa mati lampu?"     

"Ada apa ini?"     

Suara-suara kaget terdengar dari antara para tamu keluarga Rhionen/Medici saat semua lampu ruangan tiba-tiba mati. Satu menit kemudian saat mereka hendak mencari tahu apa yang terjadi, tahu-tahu lampu kembali menyala dan mereka tidak dapat menemukan Alaric dan Aleksis di dekat mereka.     

Rune hanya bisa batuk-batuk dan berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Apa yang terjadi barusan membuatnya teringat peristiwa tahun lalu ketika Alaric dijebak dengan obat perangsang oleh Elien Mikhailova dan masuk ke penthouse di Hotel St. Laurent dalam keadaan terangsang berat dan hampir menyetubuhi Aleksis di depannya dan London.     

Sungguh sulit melupakan peristiwa itu, dan kini ia harus menyaksikan lagi kakak ipar dan kakaknya bermesraan seperti ini. Untunglah sebelum terjadi peristiwa lebih jauh, ternyata Alaric telah mematikan lampu dan membawa Aleksis keluar dari situ.     

Tanpa sadar, secara serentak Finland, Caspar, Rune, London, dan Mischa mengambil gelas wine mereka dan menghabiskan isinya dengan sekali teguk, lalu menggeleng-geleng sendiri.     

***     

Aleksis yang berada dalam gendongan tangan Alaric berusaha keras menahan diri agar tidak mengeluarkan suara saat suaminya mengangkatnya dan membawanya keluar dari ruang tamu meninggalkan keluarga mereka.     

Alaric memiliki indra penglihatan sangat tajam dan ia hapal setiap lekuk rumahnya, sehingga ia dapat dengan mudah membopong Aleksis keluar dan berjalan menuju kamar mereka sendiri.     

"Astaga... mereka pasti kaget...." bisik Aleksis sambil terkikik ketika mereka tiba di kamar mereka yang maha luas. Ia mengalungkan sepasang lengannya di leher Alaric dan merebahkan kepalanya di bahu suaminya itu.     

Ia sangat menyukai aroma tubuh Alaric, sama seperti Alaric sangat menyukai aroma tubuh Aleksis, hal yang selalu membuat mereka merasa keduanya tercipta untuk satu sama lain. Alaric menghirup aroma Aleksis itu dari puncak kepalanya sambil memejamkan mata dan tersenyum, sebelum kemudian ia menaruh istrinya di tempat tidur mereka yang besar.     

"Kau tadi bilang apa?" tanyanya sambil bersimpuh di samping Aleksis dan merangkum wajah gadis itu dengan kedua tangannya, sambil mendekatkan wajahnya sendiri hingga hidung mereka hampir bersentuhan.     

"Yang mana?" tanya Aleksis dengan nada menggoda.     

"Yang tadi kau ucapkan di depan keluargamu..." bisik Alaric.     

"Bahwa aku mencintaimu?" Aleksis balas memegang belakang kepala dan leher Alaric lalu mendaratkan ciuman di bibir suaminya. "Aku mencintaimu. Sampai seribu tahun dan selama-lamanya..."     

"Mmm... benar yang itu..." Alaric tersenyum dan balas mengecup bibir Aleksis dengan penuh cinta.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.