The Alchemists: Cinta Abadi

Makan Malam Yang Hangat



Makan Malam Yang Hangat

3London sangat senang melihat seisi keluarganya hadir di rumahnya. Ia melihat kakaknya juga menerima L dengan baik dan sebentar saja mereka sudah bisa akrab. Ia lalu mendatangi ayahnya dan mengambil Lily dari gendongan Caspar.     

"Heiii... putri kecil, hari ini kamu ngapain saja?" tanyanya sambil mengayun-ayun Lily dalam gendongannya. "Kau sudah minum susu yang banyak?"     

Lily tentu tidak menjawab. Ia hanya menatap ayahnya lekat-lekat dan berkali-kali menyipitkan matanya keheranan.     

Caspar hanya tersenyum melihat tingkah anaknya. Ia mengerti bagaimana rasanya saat anak-anaknya masih sangat kecil. Ah... tidak terasa, sekarang semuanya sudah dewasa, bahkan Aleksis dan London sudah punya anak masing-masing. Diam-diam ia merasakan perasaan bernostalgia memenuhi dadanya saat melihat istri dan anak-anaknya tampak bahagia di sekitarnya.     

Hidupnya sungguh sangat berubah dibandingkan saat dulu ia masih sendiri dan tidak pernah serius dengan satu wanita pun. Ternyata, baginya sekarang, kenikmatan memiliki banyak kekasih berganti-ganti tidak dapat dibandingkan dengan nikmatnya memiliki keluarga dan darah dagingnya sendiri.     

"Kami mampir sebentar sebelum melanjutkan perjalanan ke Targu Mures. Alaric ingin membawa anak-anak kesana. Kami juga akan merayakan ulang tahun pernikahan di sana." Aleksis menjelaskan saat mereka semua berkumpul untuk makan malam. Ketiga bayi mereka sudah pulas tertidur di kamar.     

"Apakah Altair dan Vega akan ikut? Bukankah mereka sekarang bersama Nic? Apakah itu berarti Nic juga akan datang?" tanya London penasaran. Ia tahu saat ini kedua keponakannya itu sedang tinggal bersama Nicolae. Semua orang mengerti Nicolae masih belum dapat melupakan cintanya kepada Aleksis sepenuhnya. Menyuruh Nicolae datang ke acara peringatan ulang tahun pernikahan adiknya dan Aleksis tentu akan sangat menyakitkan bagi pria itu.     

"Iya, mereka akan datang. Ayahku yang akan membawa mereka ke Targu Mures," kata Alaric. Ia mengerti maksud London. Walaupun ia sangat menyayangi kakaknya, ia juga tidak ingin Nicolae datang ke acara ulang tahun pernikahannya dan Aleksis. Saat ini semua orang berharap Nicolae akan dapat melupakan Aleksis pada suatu hari nanti dan menemukan wanita yang baru.     

"Oh... jadi sekarang anak-anak di Grosetto?" tanya London.     

"Benar."     

L menoleh ke arah London dan bertanya dengan matanya. Ia tidak tahu siapa-siapa yang tadi sedang mereka bicarakan. London lalu berbisik kepadanya agar L tidak ketinggalan percakapan.     

"Aku sudah bilang belum? Kakak iparku itu punya kakak kembar. Anak-anaknya sangat dekat dengan kakaknya dan saat ini mereka sedang tinggal bersama Nicolae. Nanti aku akan memperkenalkan mereka semua kepadamu di acara pernikahan kita. Kau pasti akan menyukai keluargaku."     

"Oh..." L mengangguk tanda mengerti. Ia tidak sabar bertemu dengan keluarga besar calon suaminya, yang berarti juga keluarga besar Lily. Sejauh ini, semua orang yang ditemuinya bersikap sangat baik kepadanya. Ia ingin tahu bagaimana dengan kerabatnya yang lain.     

Saat jam makan malam tiba, mereka semua sepakat untuk pindah dan makan malam di mansion keluarga Schneider. Caspar menyiapkan hidangan makan malam yang istimewa dengan bantuan kedua anak lelakinya. Alaric, Alesksis dan L membantu menyiapkan meja makan dan minuman, sementara Finland mengawasi ketiga cucunya yang masih bayi.     

Makan malam berlangsung dengan hangat dan mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal. L tidak terlalu dapat mengikuti pembicaraan mereka karena ia tidak mengenal sebagian besar orang-orang yang mereka bicarakan. London berusaha memperkenalkan para kerabatnya kepada L tetapi ia tahu, sebelum L bertemu langsung dengan mereka, ia tidak akan dapat benar-benar mengerti.     

"Terima kasih untuk makan malamnya. Seperti biasa masakan Papa enak sekali," puji Aleksis setelah mereka selesai makan malam dan bersantai di ruang duduk sambil menikmati wine. "Aku senang kami mampir walaupun hanya untuk menikmati makanan kesukaanku ini."     

"Kapan kalian akan ke Targu Mures?" tanya Caspar. "Ibumu dan aku juga sudah rindu kepada Altair dan Vega, kami akan menyusul kalian ke sana."     

"Kami akan berangkat dua hari lagi. Papa dan Mama datang saja ya, sekalian kami akan mengadakan acara untuk keluarga," kata Aleksis dengan gembira. "Keempat anak angkat Alaric juga akan datang."     

"Kami tidak bisa datang ya.. L masih sibuk dengan Kara untuk menyiapkan pesta pernikahan. Aku akan mengucapkan selamat hari ulang tahun pernikahan sekarang saja," London berdiri dan memeluk Aleksis dan Alaric bergantian.      

L yang melihatnya seperti itu ikut bangkit dari kursinya dan memeluk Aleksis.     

"Selamat ulang tahun pernikahan, Kakak Ipar... Terima kasih sudah mampir dan menemui kami di sini."     

Aleksis terkesima melihat L sangat menghormatinya dan hanya bisa menepuk-nepuk punggungnya.     

"Ah, tidak apa-apa. Aku yang sangat senang bisa datang ke sini dan bertemu denganmu langsung, serta melihat keponakanku yang cantik. Semoga sukses dengan persiapan pernikahannya. Aku yakin pesta kalian akan lebih berhasil dibandingkan pesta kami..." Aleksis hampir tertawa mengingat peristiwa tahun lalu saat ia hampir menikah dengan Nicola dan di saat-saat terakhir pengantin prianya diganti dengan Alaric.     

"Nanti kuceritakan," bisik London ke telinga L. "Eh, kau juga mungkin mau menyapa Alaric dan mengucapkan terima kasih atas kontrak Virconnect. Tidak usah menyentuhnya, dia tidak suka disentuh."     

"Ah, iya, benar. Terima kasih sudah mengingatkan," kata L sambil mengangguk.     

Ia kemudian menghampiri Alaric dan membungkuk sedikit di hadapannya.     

"Oh, ya... sebelum kami pergi, aku juga mau mengucapkan terima kasih, kepada Kakak Ipar. Terima kasih karena telah memberiku kesempatan untuk menjadi ambassador Virconnect. Kesempatan ini sangat membantuku untuk menaikkan karierku di dunia musik."     

Alaric hanya mengangguk dan tersenyum sedikit. "Tidak apa-apa. Kudengar kau sangat berbakat dan Virconnect butuh diwakili oleh orang-orang terbaik di bidangnya."     

Alaric tahu bahwa ia tidak perlu memberi tahu L bahwa kontrak Virconnect diberikannya kepadanya karena London yang meminta. Karena itu ia hanya mengangguk dan menjawab sekadarnya.     

"Kalau begitu kami pulang dulu. Lily masih harus membiasakan diri tidur di tempat tidurnya sendiri. Aku kuatir kalau ia terlalu lama di sini, dia akan mengalami kebingungan." London mengambil Lily dari kamar tamu dan menggendongnya setelah minta diri kepada keluarganya. Ayah, ibu, dan saudara-saudaranya melepas kepergian London dan L di pintu mansion.     

Di halaman, Marc telah menunggu mereka dengan mobil dan membukakan pintu mobil untuk keduanya. Walaupun jaraknya tidak jauh, ia tahu akan lebih aman jika ia mengantar bosnya untuk pulang ke rumah dengan menggunakan mobil daripada berjalan kaki.     

Setelah London dan L kembali ke rumah, mereka menaruh Lily di tempat tidur dan mandi sebelum bersiap-siap tidur. Karena melihat London kelelahan, L menawarkan untuk ganti menyusui Lily sepanjang malam ketika bayi mereka bangun.     

"Tidak apa-apa, aku bisa menjaga Lily dan memberinya susu malam ini," kata London sambil mengambil selimut untuk ditaruh di sofa tempatnya tidur kemarin.     

"Tidak usah. Aku lihat kau kecapekan. Pasti banyak hal yang membuatmu sibuk seharian ini. Kita bisa bergantian. Aku akan  memberi Lily susu malam ini, kau bisa ambil giliran besok," kata L.     

"Uhm...  tapi aku suka tidur di kamar ini bersama kalian. Aku benar-benar tidak keberatan, kok," cetus London. Ia memang hanya boleh tidur di sofa, tetapi rasa nyaman yang dirasakannya karena mengetahui ia tidur di kamar yang sama dengan L dan Lily sungguh menbuatnya bahagia. Rasanya ia tidak mau kembali ke kamarnya sendiri setelah tadi malam.     

"Kalau itu yang menjadi keberatanmu, kau boleh tetap tidur di kamar ini," kata L sambil tersenyum. "Aku akan membiarkanmu tidur di sini dengan syarat kau menceritakan kepadaku tentang keluargamu. Aku tak mau lagi datang ke acara keluarga dan tidak mengenal siapa pun yang sedang kalian perbincangkan."     

"Ah... benar. Tentu rasanya sangat tidak enak." London mengangguk-angguk. "Kalau begitu, persiapkan dirimu. Aku akan menceritakan siapa saja keluarga dan kerabatku, supaya kau bisa mengenal mereka."     

Pria itu mengambil tabletnya lalu membuka sebuah folder berisi banyak foto. "Aku bisa menunjukkan foto mereka masing-masing dan menceritakan siapa mereka."     

"Ah... terima kasih. Aku sangat membutuhkannya." L naik ke tempat tidurnya dan menepuk area di sebelahnya. "Duduklah di sini dan tunjukkan kepadaku."     

London terkesima melihat sikap L. Apakah matanya tidak salah lihat? L menyuruhnya naik ke tempat tidur???      

"Ayo, duduk di sini dan tunjukkan kepadaku." kata L sambil kembali menepuk bagian sebelahnya. "Asalkan kau tidak berpikir mesum, kau boleh tidur di sini."     

Tanpa perlu disuruh dua kali, London segera naik ke tempat tidur dan duduk di samping L. Ia sangat senang melihat L sudah semakin terbuka kepadanya. Tadi ia memanggil Aleksis dan Alaric sebagai kakak ipar, dan kini ia juga tidak terlalu mempermasalahkan bila London ingin tidur di kamarnya, dan kini malah menawarkan tempat di sampingnya.     

Ia mencium pipi L lalu menunjukkan gambar-gambar di tabletnya kepada gadis itu. Suaranya terdengar lembut dan jernih saat ia bercerita tentang masing-masing anggota keluarganya yang belum pernah ditemui L sebelumnya.     

"Nah.. ini adalah ayah dan ibuku, kau sudah bertemu merea. Kalau yang ini kakakku, Terry. Ia adalah anak ibuku dengan Paman Jean. Ini Paman Jean dan istrinya..."     

L memperhatikan setiap nama dan gambar serta cerita mereka masing-masing dengan penuh minat. Ah, keluarga Schneider memang sangat menarik, pikirnya. Sesudah beberapa lama mendengarkan, ia pun menjadi terkantuk-kantuk di tempatnya. Suara London yang sedang bercerita membuatnya seolah dininabobokkan, sehingga walaupun tadinya L menawarkan diri untuk menjaga Lily, L justru jatuh tertidur lebih dulu.     

London sama sekali tidak keberatan, karena L memeluknya saat gadis itu terlelap. Ia menyukai aroma tubuh L yang enak dan kulitnya yang halus saat menyentuh kulitnya. Yang membuatnya agak sebal adalah kenyataan bahwa ia sama sekali tidak bisa menyentuh L dan melakukan berbagai hal mesum kepadanya. Menahan diri di saat seperti ini adalah suatu perjuangan yang cukup berat bagi setiap pria normal.     

Ahh... sungguh ia tidak sabar untuk segera menikah dengan L dan bisa melakukan berbagai hal kepada L yang sekarang setengah mati harus ia tahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.