The Alchemists: Cinta Abadi

Semua Karena Harta



Semua Karena Harta

2"Jan, kau harus menyelidiki siapa John Wendell itu dan mengapa ia..." Suara London terhenti ketika melihat ekspresi Jan. "Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?"     

Jan menggeleng pelan. "Aku ingat pernah membaca nama Wendell di suatu tempat. Barusan aku memeriksa laporan-laporan yang Tuan minta. Aku sudah menemukan siapa orangnya."     

"Lalu?"     

"Danny Swann punya teman masa kecil bernama Caroline Wendell. Sebelum ia menemukan Nona L, sebenarnya Caroline ini adalah kekasihnya." Jan membuka tabletnya dan menunjukkan foto Danny bersama seorang wanita. Mereka berdua tampak akrab sekali di foto itu. "Aku bisa menyimpulkan bahwa keluarga Wendell ingin menjodohkan anak perempuan mereka sendiri dengan pewaris keluarga Swann, sehingga menurut mereka penghalang satu-satunya, yaitu Nona L, harus disingkirkan."     

"Apa saja informasi yang berhasil kau peroleh tentang Caroline Wendell ini?"     

"Dia juga mahasiswa kedokteran, dua tahun di bawah Danny. Sepertinya gadis itu selalu mengikuti Danny. Ia selalu masuk sekolah yang sama dengan Danny Swann, mulai SMP, SMA dan universitas. Karena itulah mereka menjadi akrab dan menjalani hubungan cinta beberapa tahun yang lalu. Kalau tidak salah mereka berencana menikah setelah Danny lulus menjadi dokter. Keluarga Swann sudah memiliki rumah sakit sendiri di London. Tapi sepertinya hubungan mereka berakhir beberapa bulan lalu, saat Danny Swann menghubungi Nona L."     

Mischa mengangkat bahunya sambil tersenyum. "Nah, kau sudah mendapatkan jawabannya."     

"Ughhh... orang-orang brengsek itu!" London merasa sangat marah. Ia bisa menduga bahwa harta memang menjadi alasan entah keluarga Wendell, entah keluarga Swann untuk membunuh L dan keluarganya. "Aku ingin mereka mendapatkan balasannya yang setimpal."     

"Sayangnya Rhionen Asssassins sudah pensiun. Kalau tidak, dengan senang hati aku akan membantumu," kata Mischa. "Kakakmu bisa membunuhku kalau aku sedikit saja menyarankan kepada Tuan Alaric untuk membangkitkan kembali Rhionen Assassins."     

London hanya bisa tersenyum pahit. Ia tentu tidak akan menggunakan cara-cara orang dunia hitam. Saat ini mengharapkan polisi untuk menyelidiki kasus ini dan membawa dalangnya ke mata hukum, mungkin agak sulit. Kasusnya sudah dianggap kedaluwarsa dan orang-orang jahat itu tinggal menyangkal semua keterangan para pembunuh bayaran yang berhasil dipaksa Mischa untuk buka suara.      

Saat ini menurutnya, yang terbaik adalah ia yang harus menanganinya sendiri.     

"Jan, coba cari tahu apa saja bisnis yang dimiliki keluarga Swann dan beri laporannya kepadaku besok. Kita akan menjatuhkan usaha mereka dan membuat para penjahat itu tidak dapat sepeser pun harta yang menjadi incaran mereka. Aku juga ingin kau menyelidiki lebih jauh apakah Danny terlibat atau tidak. Sebelum pernikahan, aku ingin semuanya beres."     

"Baik, Tuan."     

Mereka menghabiskan minuman masing-masing dan akhirnya memutuskan untuk pulang.     

"Sekali terima kasih atas bantuanmu. Kalau kau ada waktu, kuharap kau mau datang ke acara pernikahanku bulan depan. Acaranya diadakan di Stuttgart, kurasa tidak terlalu jauh dari Bucharest," kata London sambil melepas Mischa pergi.     

Pria itu hanya mengangguk.     

"Terima kasih atas undangannya. Aku usahakan datang. Ngomong-ngomong, tanggal 3 Oktober Tuan Alaric dan Nyonya juga akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka di Targu Mures. Tanggal pernikahan kalian berdekatan," komentarnya.     

"Ah, ya, benar juga. Pantas saja kakakku bilang mereka ke Eropa minggu ini. Ternyata ulang tahun pernikahan mereka minggu depan." London kemudian ingat tentang hadiah Aldebar untuk kakak iparnya itu, empat ramuan keabadian untuk anak-anak angkatnya. Ia ingin tahu apakah Mischa sudah mengetahui hal itu. "Kau sudah tahu bahwa Alaric menerima hadiah dari Paman Aldebar?"     

Mischa mengangguk dan tersenyum. "Sudah. Aku merasa sangat berterima kasih. Tuan memberi kami waktu untuk memikirkannya baik-baik. Minggu depan kami semua akan bertemu untuk mengambil keputusan."     

"Ah, baiklah. Semoga kalian bersedia bergabung ke dalam klan kami. Aku senang bisa memiliki lebih banyak anggota keluarga," kata London. Tentu saja. Bila keempat anak angkat Alaric menerima ramuan keabadian, maka jumlah anggota klan akan bertambah. Selama ini jumlah mereka sangat sedikit karena anggota yang menikah dengan orang luar tidak banyak, dan mereka juga tidak suka memiliki anak.     

Mischa dan ketiga saudara angkatnya juga akan menjadi anggota keluarga Schneider secara tidak langsung karena Alaric menikah dengan Aleksis. Setelah bergabung dengan keluarga Medici lewat pernikahan itu, mereka juga otomatis memiliki hubungan dengan keluarga Linden.     

Dengan diangkatnya Alaric sebagai anak angkat Ned dan Portia, mereka juga kini menjadi kerabat dengan keluarga Lewis dan Baden. Sungguh betapa besar pengaruhnya keempat keluarga Schneider sekarang.     

Mischa hanya mengangguk tanpa menjawab. Ia lalu menghilang di balik lift. Setelah Mischa pergi, London masih memberikan beberapa instruksi lagi kepada Jan sebelum keduanya pulang ke rumah masing-masing.     

Ah, ya, rumah. Sejak bersama L, London hampir tidak pernah lagi tinggal di penthouse-nya, padahal sebagian besar barang pribadinya masih ada di sana. Ia sadar bahwa sudah saatnya ia untuk menjadikan rumahnya bersama L sebagai tempat tinggal permanennya. Karena itu ia memutuskan untuk memerintahkan Marc besok mengatur pemindahan barang-barangnya ke Grunewald.     

Ketika ia tiba di rumah, London segera menuju kamar L untuk memastikan L dan Lily baik-baik saja. Di sana, ia menemukan L sedang bangun dan menyusui Lily.     

"Hei... ini sudah jam 11 malam, kenapa tidak tidur?" tanyanya sambil mendekat. "Sesudah Lily selesai menyusu, biar aku saja yang mengurusnya, ya. Kau harus beristirahat, kalau tidak besok kau capek dan tidak bisa menyusui Lily dengan baik. Apakah masih ada stok ASI perah di kulkas?"     

L mengangguk. Wajahnya tampak sangat berterima kasih. "Bagaimana pertemuannya tadi? Kau pulang malam sekali."     

"Ada beberapa hal yang harus kuurus. Ini berhubungan dengan pekerjaan. Besok aku juga akan berangkat pagi untuk mengerjakan banyak hal. Aku akan meminta ibuku untuk menemanimu di sini, dan Rune akan membantu menerima tim dari RMI untuk memasang sistem asisten rumah tangga digital yang kita pesan."     

"Hmm... baiklah." L mengangguk. Ia tampak berusaha keras menahan kantuk, tetapi Lily masih dengan penuh semangat mengisap ASI dari payudaranya. L tidak tega menghentikan bayinya. "Oh, ya.. Pammy tadi meneleponku. Aku diminta datang untuk tampil bersama Rainfall minggu depan. Kami kan pernah tur bersama, jadi promotor acara memintaku datang sekali lagi dan tampil karena Rainfall akan menerima penghargaan penting. Aku tidak bisa menolak."     

"Oh ya? Kapan acaranya?"     

"Kalau tidak salah hari Jumat depan."     

"Baiklah. Itu bisa diatur." London mengangguk. Walaupun sebenarnya ia tidak ingin melihat L keluar dan menyanyi untuk orang lain, ia sadar L memiliki jiwa seni yang terlalu tinggi. Bagi L tampil menyanyi adalah panggilan jiwanya, dan London tidak mau memadamkan semangat dan kreativitas gadis itu, karena itu ia harus mengerti bahwa karier L sangat penting baginya.     

Setelah Lily selesai menyusu, L menaruhnya kembali di tempat tidur bayi dan berbaring di tempat tidurnya sendiri.     

"Terima kasih kau mau menjaga Lily. Bagaimana kalau kau tidur di sini saja malam ini, supaya kau bisa mendengar kalau Lily bangun dan minta minum susu?" tanya L sambil menarik selimutnya. "Kalau belum terbiasa, sepertinya kau tidak akan bisa mendengar suara Lily dari monitor bayi-nya."     

London tampak terkesima mendengar penawaran L. Wajahnya seketika menjadi berseri-seri.     

"Ah, ide bagus. Aku setuju." katanya dengan penuh semangat. Ia segera naik ke tempat  tidur L dan mencoba menyusup masuk ke dalam selimutnya. L yang kaget secara refleks mendorong tubuh pria itu dengan sekuat tenaga.     

BRUK!     

"Aww..." London menjerit kesakitan. Ia sama sekali tidak menduga L akan mendorongnya sehingga tanpa persiapan ia jatuh ke lantai dengan suara bergedebuk. "Kenapa kau mendorongku?"     

"Kita belum menikah. Mau apa kau naik-naik ke tempat tidurku?" omel L panjang pendek. "Maksudku adalah kau tidur di sofa sebelah situ."     

"Oh..." Barulah London mengerti maksud L barusan. Ah, pantas saja. Ini memang salahnya yang terlalu bersemangat. Dengan mengomel pelan ia bangun dari lantai dan segera membaringkan tubuhnya di sofa di samping tempat tidur Lily.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.