The Alchemists: Cinta Abadi

Lamaran (1)



Lamaran (1)

0Dengan hati berbunga-bunga, London menyetir ke Hotel St. Laurent. Ia berkali-kali mengerling ke arah L yang duduk di sampingnya. Gadis itu tampak cantik sekali!     

L masih menutupi identitasnya dengan kaca mata dan syal yang menutupi setengah wajahnya, tetapi London sama sekali tidak keberatan. Dalam hati London juga tidak rela bila orang-orang ikut menikmati kecantikan L. Apa mereka belum puas melihatnya di televisi dan internet? Huh!     

Ia juga tahu, sebagai artis L tidak mau terlibat gosip baru, apalagi kalau sampai keluarga Swann yang belum melepaskannya mengetahui ia makan malam bersama seorang pria lain.     

L sudah mewanti-wanti London agar Danny jangan sampai mengetahui identitas London karena nanti ia akan mencari masalah, maka tentu ia tidak akan menolak permintaan L untuk merahasiakan hubungan mereka sementara ini.     

Ia tidak sabar menunggu semua masalah ini cepat berlalu, dan ia dapat menjadikan L miliknya seutuhnya. Ia akan memamerkan gadis itu ke seluruh dunia.     

 "Kenapa kau cengar-cengir?" tanya L yang menyadari dari tadi sang pengemudi berkali-kali mencuri pandang ke arahnya sambil nyengir sendiri. "Kalau kau sedang menyetir, pandangan harus ke depan. Kau mau kita berdua mati kecelakaan dan Lily tumbuh menjadi yatim piatu? Tega sekali kau!"     

"Baiklah, Baginda Ratu. Aku tadi tidak sengaja," jawab London santai. Ia tahu L benar, dan ia tidak sebal bila ditegur demikian. "Terima kasih kau selalu mengingatkanku. Kuharap kau selalu ada di sampingku dan menegurku kalau aku berbuat salah."     

L tertegun mendengar kata-kata manis itu. Bukannya kesal, pria ini malah berterima kasih karena diingatkan.      

"Hmm.." Akhirnya L hanya bisa melengos. Pipinya berubah warna menjadi kemerahan. Ia tersipu karena London selalu berhasil menggodanya.     

Walaupun London setengah mati ingin melihat wajah tersipu-sipu L, ia tidak berani mengundang dampratan baru. Karenanya ia fokus pada jalanan dan kendaraan lain di sekitar mereka.     

"Selamat datang, Tuan.. silakan masuk."      

Begitu mobilnya berhenti di depan lobi hotel, seorang petugas valet telah siap mengambil kunci dari tangan London dan membawanya ke tempat parkir, sementara manajer on duty dengan sigap menyambut kedua tamu agung ini dan mengantar mereka ke lantai 50.     

"Wah... kita disambut sendiri oleh manajernya?" bisik L keheranan. London hanya mengangguk sambil tersenyum lebar. Ia menggenggam tangan L dengan satu tangan dan merangkul pinggangnya dengan tangan yang satu.     

"Ayo, aku sudah minta disiapkan meja khusus untuk kita." Ia berbisik balik.      

L hanya bisa tercengang sambil mengikuti langkah pria itu menuju ke Restoran Blue Sky yang indah. Restoran ini dibagi dua, menjadi bagian indoor dan outdoor.     

Dari bagian outdoor yang dihiasi kolam renang infinity dan beberapa meja itu, orang dapat melihat pemandangan seluruh kota dan biasanya harus dipesan jauh-jauh hari karena merupakan lokasi paling eksklusif untuk makan di Berlin.     

Ketika mereka melewati bagian indoor restoran, L bisa melihat puluhan pasang mata, para tamu restoran, memperhatikan mereka, dan ia segera mengetahui penyebabnya ketika mereka tiba di luar.     

Di bagian teras outdoor restoran yang cantik, tidak ada satu tamu pun yang menduduki meja dan kursi di luar. Hanya ada sebuah meja dengan hiasan lilin yang cantik dan dikelilingi ribuan kelopak mawar berbagai warna di sana.     

"Apa-apaan ini?" tanya L kebingungan. "Kau memesan meja khusus untuk kita?"     

"Ini hadiah dari perusahaan," kata London berdalih. "Aku bilang kalau kita bertetangga dengan keluarga Schneider."     

"Oh..." L hanya mengangguk dengan wajah bingung.     

Ia segera mengerti kenapa tamu-tamu di bagian indoor tadi memandangi mereka dengan wajah keheranan. Tamu-tamu itu pasti tahu bahwa bagian outdoor telah sengaja dikosongkan, dan ketika mereka melihat ada pasangan yang menuju ke sana, mereka langsung menebak bahwa area outdoor telah disiapkan untuk L dan London.     

Setibanya di luar, mereka lalu duduk di satu-satunya meja di luar yang ditata cantik sekali dengan peralatan makan dari perak dan lilin-lilin yang sangat romantis. Dua orang pelayan dengan sigap telah menanti mereka dan membukakan kursi untuk keduanya.     

"Silakan Tuan dan Nyonya. Kami sudah menyiapkan menu terbaik untuk Anda malam ini. Silakan pesan apa yang Anda suka." Manajer restoran membungkuk sedikit dan menyerahkan menu kepada mereka dengan sikap hormat.     

"Terima kasih, Charles," kata London sambil mengedipkan sebelah matanya. Manajer tersebut balas tersenyum dan kemudian undur diri. Ia tiba tidak lama kemudian dengan serombongan orkestra mini yang mengambil tempat di panggung kecil tidak jauh dari meja kedua tamu VVIP ini.     

Semua yang terjadi membuat L membelalakkan matanya tidak henti-henti.     

"Heii... ayo pesan makananan yang kau sukai. Kalau melotot terus nanti matamu copot," tegur London sambil tertawa kecil.     

L mengerjap-kerjapkan matanya dan membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu tetapi tidak ada kata yang keluar. Gadis itu masih belum dapat mengendalikan keterkejutannya.     

London sangat bahagia melihat L rupanya sangat terkesan. Ha.. Ini belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang dapat kulakukan dan kuberikan untukmu, pikirnya.     

London tersenyum melihat wajah bingung L dan ia berkali-kali menyibak rambutnya karena senang. Pelayan datang mengambil pesanan makanan mereka, dan sambil menunggu hidangan datang, mereka menikmati minuman dan makan pembuka yang menyegarkan.     

"Ini semua terlalu berlebihan. Pasti harganya mahal sekali..." kata L berkali-kali. "Nanti uangmu habis."     

"Tidak, tenang saja.. aku mendapat diskon karyawan, dan untuk meja khusus ini, diberikan sebagai hadiah. Aku tidak keluar uang banyak." London berusaha menegaskan. "Tetapi walau tanpa hadiah sekalipun, aku pasti akan berusaha memberi yang terbaik untukmu."     

"Hmm..." L meneguk mocktailnya masih dengan wajah berkerut.     

Ketika makanan mereka tiba, kelompok orkestra telah mulai memainkan musik yang sangat romantis mengiringi keduanya makan malam.     

Angin yang bertiup sepoi-sepoi membawa alunan suara musik hingga ke bagian indoor, dan para tamu di dalam bisa menduga pasangan yang sedang makan di luar tentu sedang menikmati makan malam sangat istimewa.     

L dan London dilayani dua orang staf yang sangat sigap dan berkali-kali datang mengantarkan hidangan makanan dan minuman sangat enak dan disajikan dengan sangat berkelas ke meja mereka.     

"Kau suka makanannya?" tanya London setelah hidangan utama selesai disantap dan mereka kini menghadapi es krim yang disajikan cantik sekali dengan serpihan-serpihan emas yang merupakan hidangan penutup paling mahal di dunia dan hanya ada di Restoran Blue Sky ini.     

"Makanannya enak, terima kasih," L mengangguk. Setelah beberapa lama akhirnya L dapat menikmati makanannya dan bisa bersikap normal.     

Suasana yang sangat romantis membuat mood-nya menjadi baik. Mereka tadi makan sambil membicarakan hal-hal remeh dan London senang melihat wajah L mulai diisi senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.