The Alchemists: Cinta Abadi

Memilih Rumah (3)



Memilih Rumah (3)

3Setelah mendengarkan semua petunjuk dari Jan dan London, Pammy lalu pamit pulang. Saat berjalan menuju lobi dan kemudian ke halaman gedung untuk naik taksi ke apartemennya, Pammy tak henti-hentinya mengamati sekelilingnya. Ia baru menyadari bahwa ada beberapa orang berpenampilan misterius yang menjaga di beberapa bagian rumah sakit.     

Ahh.. ini tentu saja adalah tim keamanan Tuan Besar dari Schneider Group itu, pikirnya. Ia kemudian teringat betapa L beberapa kali mengeluhkan bahwa ia mencurigai London bekerja dengan kelompok mafia atau semacamnya karena ia sering memergoki London bertemu atau diikuti oleh dua orang berpenampilan misterius.     

Sekarang Pammy sadar bahwa kemungkinan yang dilihat L adalah para pengawal London Schneider sendiri, tetapi gadis itu salah paham dan mengira mereka kelompok penjahat.     

Karena memikirkan itu, tiba-tiba saja Pammy merasa sakit kepala. Ia memijit keningnya sambil memesan taksi lewat aplikasi dan  mengganti tujuannya yang semula menuju apartemennya menjadi bar di pusat kota.     

Ia perlu minum wine yang banyak atau brandy untuk menjernihkan pikirannya.     

Sungguh malam yang aneh!     

Bos besar Schneider Group selama dua setengah bulan ini tinggal di apartemen sederhana bersama L? Dan hingga kini L sama sekali tidak mengetahui bahwa lelaki yang telah tiga kali melamarnya itu adalah laki-laki amat sangat luar biasa kaya seperti yang selama ini ia inginkan??     

Gila!     

Sungguh gila!     

Pammy tak henti-hentinya mengomel sendiri.     

***     

Keluarga besar Schneider akhirnya bisa menjenguk cucu terbaru sang ketua klan saat L sudah pulas tertidur. Mereka masuk berdua-dua ke dalam kamarnya dan mengamati sang bayi mungil dengan penuh rasa cinta dan kekaguman.     

Caspar dan Finland masuk duluan, kemudian diikuti Terry dan Rune, lalu Aldebar dan Lauriel. Mereka bercakap-cakap dengan suara rendah bersama sang ayah yang bangga saat ia memamerkan anaknya kepada para pengunjung yang bersemangat.     

Caspar memeriksa catatan kesehatan sang bayi dan meyakinkan London bahwa Lily akan baik-baik saja. Dengan perawatan yang telaten Lily akan dapat tubuh normal dan sehat seperti kedua sepupunya yang baru dilahirkan seminggu sebelumnya.     

Finland hampir tidak mau keluar kamar perawatan karena ia sangat ingin tinggal lebih lama dengan cucunya yang paling kecil ini. Melihat Lily dalam inkubator dengan semua selang dan alat penunjang kehidupan seperti itu, sungguh membuat hatinya merasa perih.     

Namun ia sadar bahwa anggota keluarga yang lain juga ingin melihat Lily dan mereka tidak dapat berlama-lama sementara L sedang tidur, maka ia pun akhirnya keluar bersama Caspar dengan enggan.     

Saat tiba giliran Terry dan Rune, mereka hanya berdiri mengagumi Lily dari atas inkubatornya. Rune harus bersabar karena ternyata Lily belum mau menangis sehingga alat penerjemah tangisan bayinya masih harus menunggu untuk dapat diuji coba. Sementara Terry masih berusaha meyakinkan London bahwa nama Terry juga dapat dipakai oleh anak perempuan.     

"Serius.. namaku Terry dari versi nama laki-laki 'Terrence'. Kalau kau pakai Thery, dia masih bisa dipanggl 'Terry'," katanya dengan suara berbisik. London hanya memutar bola matanya. Ia tidak percaya kakaknya segigih itu untuk memberikan namanya pada keponakan terbarunya.     

"Kalau kau ingin sekali punya anak bernama Terry, kenapa kau tidak cari istri dan buat anak sendiri?" omelnya kemudian.     

Mendengar itu, Terry hanya membuang muka. Ia masih belum mau mencari pasangan. Usianya masih sangat muda. Ia baru 33 tahun! Ia tidak akan mencari kekasih serius hingga umurnya paling tidak satu abad.     

Setelah sepuluh menit London terpaksa mengusir Terry dan Rune karena ia takut mereka hanya akan menimbulkan keributan dan mengganggu tidur L.     

Yang terakhir masuk untuk menjenguk Lily adalah Aldebar dan Lauriel. London tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada mereka. Atas bantuan kedua pamannya inilah Lily dapat dilahirkan dengan selamat, dan L juga tidak mengalami masalah yang lebih parah dengan jantungnya.     

Sebagai ilmuwan dan ahli pengobatan, keduanya memeriksa kondisi Lily, sama seperti yang dilakukan Caspar, dan dengan suara rendah mereka lalu membahas bagaimana Lily dapat dirawat agar pertumbuhannya berjalan dengan lebih cepat dan kesehatannya membaik.     

Lauriel juga berjanji akan membuatkan beberapa obat lagi untuk L sehingga gadis itu dapat menjadi lebih sehat walaupun ia tidak/belum meminum ramuan keabadian.      

Lauriel tahu seorang ibu yang sakit tidak akan dapat sepenuhnya merawat bayi micro-premature yang membutuhkan sangat banyak perhatian, karena itu dengan penuh pengertian ia berusaha membantu agar L dapat menjadi lebih sehat.     

London merasa sangat berterima  kasih dan terharu atas perhatian keluarganya. Tanpa bantuan dan dukungan mereka sedari awal, mungkin ia sudah mengalami tekanan yang luar biasa saat menghadapi kejadian L yang harus melahirkan bayi mereka secara micro-premature dalam kondisi sakit.     

Setelah mereka pulang kembali ke rumah, London memutuskan untuk ikut beristirahat dan mengumpulkan tenaga karena besok ada sangat banyak hal yang harus ia kerjakan. L akan keluar dari rumah sakit, dan kemudian mereka harus 'mencari' rumah baru.     

***     

Keesokan harinya Dokter Muller menyatakan L sudah dapat pulang karena kondisi tubuhnya yang demikian cepat pulih. Banyak di antara dokter di Rumah Sakit Metropole yang mendengar tentang kasus kelahiran darurat dan penyakit jantung yang dialami L merasa terheran-heran karena melihat sang ibu telah pulih dalam waktu dua hari saja dan sudah bisa pulang ke rumah.     

L sendiri tidak mengira kondisinya akan membaik dengan begitu cepat. Walaupun ia sedih harus meninggalkan Lily di rumah sakit untuk sementara, ia ingin segera mencari rumah tempat tinggal baru bagi mereka agar ia dapat menyediakan ruang perawatan yang lebih baik bagi anaknya di rumahnya sendiri.     

Karena ia sudah sangat terkenal, mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen saat hari sudah malam dan L menyamarkan diri dengan mengenakan jaket bertudung dan kacamata untuk menyembunyikan dirinya dari papparazzi dan para penggemar yang mungkin mengenalinya.     

Mereka tiba di apartemen pada pukul 8 malam. Pammy datang membawakan pizza untuk makan malam. Sambil ketiganya menikmati pizza, Pammy memberi laporan kepada L tentang beberapa lokasi rumah menarik yang ia temukan.     

"Menurutku rumah di Grunewald ini paling bagus, lokasinya di daerah paling elit di Berlin dan di sekelilingnya tinggal orang-orang terkaya di Jerman, akan sangat bagus untuk pergaulanmu dan berjejaring," komentar Pammy sambil menunjukkan satu folder berisi foto-foto rumah di Grunewald yang malam sebelumnya dibahas Jan dan London.     

Tadi pagi Jan berhasil membeli rumah itu dari pemiliknya yang sedang berlibur ke New Zealand. Mereka dengan senang hati menjual rumahnya ketika Jan menyebutkan sebuah nominal fantastis yang dapat mereka gunakan untuk membeli sebuah pulau kecil di Asia.     

"Hmm..." L melihat-lihat foto rumah tersebut dan berkali-kali mendecak kagum. London benar, rumah itu sesuai selera L. Gadis itu bahkan tidak peduli untuk melihat foto-foto listing rumah yang lain. Matanya tampak bersinar-sinar ketika ia melihat tamannya yang besar, pepohonan yang rimbun, ayunan di bawah pohon, kolam renang dan beranda yang luas. Tetapi kemudian ia mengerutkan keningnya, menatap Pammy dengan bingung. "Rumah ini sempurna... tapi aku tidak mungkin punya cukup uang untuk membelinya. Aku belum sekaya itu!"     

Pammy dan London bertukar pandang. Mereka sudah menduga ini sebelumnya, dan mereka sudah menyiapkan jawabannya.     

Pammy lalu batuk-batuk kecil. "Uhm... sebenarnya rumah ini dijual murah karena pemiliknya ingin buru-buru menyingkirkannya."     

"Kenapa?" tanya L penasaran.     

"Uhm... rumah ini... rumah ini katanya berhantu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.