The Alchemists: Cinta Abadi

Tangisan yang Membanjir



Tangisan yang Membanjir

0Ketika London keluar kamar perawatan, ia segera disambut oleh keluarganya yang kuatir. Mereka telah mengetahui bahwa persalinan berhasil dan baik ibu maupun bayi selamat, tetapi mereka belum tahu bagaimana keadaan London sendiri.     

"Mama...." Begitu pemuda itu melihat ibunya, tanpa dapat ditahan lagi ia segera memeluk Finland. Bahunya berguncang saat ia menangis di pelukan sang ibu. "Maafkan aku kalau aku pernah lancang dan nakal... Mama sungguh sudah berkorban banyak saat melahirkan aku.."     

Finland hanya bisa menepuk-nepuk punggung anaknya dengan penuh kasih sayang. Mungkin memang semua anak baru menyadari betapa besar kasih sayang ibu mereka kepada mereka ketika mereka sendiri mengalami persalinan atau ketika melihat istrinya melahirkan.     

Seperti yang Alaric katakan, sudah ribuan tahun manusia melahirkan anak, dan kemajuan teknologi sudah sedemikian canggih, tetap masih tidak bisa menghilangkan sepenuhnya risiko kematian dan rasa sakit saat perempuan melahirkan anaknya.     

Itulah sebabnya, di zaman modern ini, seiring dengan bangkitnya emansipasi dan gerakan wanita untuk memperjuangkan persamaan hak dengan laki-laki, semakin banyak perempuan yang kemudian memillih untuk tidak memiliki anak.     

Wanita-wanita yang tidak harus mengalami proses mengandung dan melahirkan dapat fokus seratus persen pada karier dan bisnis mereka sehingga mereka menjadi sukses secara karier dan bisnis.     

Sejak tahun 2040 beberapa penghargaan pebisnis penting atau tokoh berpengaruh dunia telah disematkan kepada tokoh perempuan, yang kemudian mendorong banyak wanita lainnya untuk mengikuti jejak mereka.     

Jepang dan Singapura adalah dua dari beberapa negara di dunia yang mulai merasakan dampak dari berkurangnya bayi yang dilahirkan untuk meregenerasi warganya. Penduduk kedua negara tesebut semakin tua, sementara generasi baru yang dilahirkan hanya sangat sedikit.     

Penduduk Jepang saat ini mayoritas adalah kaum manula dan mereka telah meningkatkan insentif bagi para pasangan untuk memiliki anak, dan bahkan memberi banyak hadiah dan tunjangan kepada wanita yang mau melahirkan.     

Melihat penderitaan L saat melahirkan Lily hari ini, bahkan London sekarang sama sekali tidak bermimpi untuk menginginkan anak lain di masa depan. Baginya Lily saja sudah cukup. Ia hanya ingin Lily selamat, dan tumbuh sehat. Ia tidak mau memiliki anak lagi.     

"Sssh... Mama di sini. Semua akan baik-baik saja," bisik Finland sambil berjingkat dan mencium pipi anaknya. Ia lalu memeluk London erat sekali. "Mama sangat menyayangimu."     

Pemuda itu lalu duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya ke bahu ibunya dan mulai menceritakan apa yang terjadi. Semua mendengarkan baik-baik.     

"Hmm... kau tidak boleh menceritakan siapa dirimu kepada L, kalau ia tidak mau menerimamu dan menikah denganmu. Ia bukan bagian dari kita dan tidak boleh mengetahui rahasia tentang kaum Alchemist." Caspar mengambil keputusan. Sebagai ketua klan, ia harus memikirkan kepentingan semua orang. "Nanti kalau kau menjadi ketua klan, kau akan mengerti."     

Aldebar belum memberikan ramuan keabadian yang dibuatnya untuk L. Ia masih menunggu keputusan Caspar dan London.     

Keponakannya itu mengangguk. "Aku mengerti. Paman, terima kasih sudah membuatkan ramuan keabadian untuk L. Aku tidak bisa menentang keputusan Papa."     

Wajahnya terlihat sedih sekali. Ia harus siap memelihara Lily sendirian, bersama orang tuanya, kalau L bersikeras untuk pergi.     

Lauriel mendeham. "Aku sudah membuatkan ramuan untuk anakmu, supaya pertumbuhannya berjalan dengan baik dan ia dapat tetap sehat. Ramuan ini bisa dicampurkan dengan ASI yang diminumnya. Seluruh isi botol harus dihabiskan dalam dua hari."     

Ia menyerahkan botol berisi ramuan bening yang tadi pagi dibawanya bersama botol cairan hijau yang diberikan untuk L sebelum persalinan. London buru-buru menerima botol itu dan memeluk Lauriel dengan haru.     

"Terima kasih, Paman. Tadi obat dari Paman berhasil menguatkan jantung L selama persalinan, sehingga ia selamat. Aku akan memastikan dokter memberikan obat ini untuk Lily..."     

Ia sekarang percaya bahwa Lauriel memang ahli pengobatan terbaik di dunia. Bahkan dokter-dokter hebat di Jerman dari kemarin tidak berdaya dan tak dapat memikirkan cara untuk menolong L tanpa membahayakan jiwanya, namun satu botol ramuan dari Lauriel dapat membuat perbedaan demikian besar.      

London sungguh berutang budi kepada Lauriel!     

Kalau begitu... kapan kami bisa melihat Lily?" tanya Rune dengan tidak sabar. Ia sudah membawa mesin penerjemah tangisan bayi miliknya dan ia  ingin sekali mencobanya pada bayi langsung.     

"Nanti, tunggu L tidur," kata London dengan nada meminta maaf. "Aku tidak ingin ia melihat kalian, nanti dia bisa curiga."     

"Hmm... baiklah kalau begitu, kami akan sabar menunggu." Semua mengangguk.     

"Kalian mau pulang ke rumah? Semuanya sekarang sudah baik-baik saja. Dokter bilang L bisa keluar dari rumah sakit besok atau lusa. Sementara Lily harus dirawat di NICU selama tiga bulan." London kembali menjelaskan. "Aku berencana membangun fasilitas NICU di rumahku atau di penthouse dan membawa dokter serta perawat pribadi untuk merawat Lily selama tiga bulan ke depan. Aku tidak mungkin membiarkan ia terus di rumah sakit."     

Jan segera mengangkat tangan. "Aku sudah menghubungi beberapa vendor penyedia alat  kesehatan dan peralatan rumah sakit. Mereka akan mengantar semua perlengkapan yang kita butuhkan nanti malam. Besok kontraktor akan merenovasi kamar tamu seharian dan lusa Ruang NICU sudah tersedia di penthouse."     

"Terima kasih, Jan.." London mengangguk haru. Jan selalu bisa membaca pikirannya.     

Terry tampak memberengut melihat interaksi mereka.     

"Seharusnya kau bekerja untukku, Jan. Gaji yang kutawarkan lebih tinggi," omelnya. Asistennya, Henry, tidak sesigap Jan. Terry sudah berkali-kali membujuk Jan untuk pindah membantunya di New York, tetapi Jan selalu menolak karena ia ingin tinggal dekat dengan ibunya yang sudah mulai tua dan hidup sendirian di Berlin.     

"Maaf, Tuan. Tuan tahu aku tidak bisa meninggalkan ibuku," Jan tersenyum sambil menggeleng pelan ke arah Terry.     

"Kau ini anak mama," kecam Terry sebal. Tetapi ia tidak memaksa.     

"Baiklah... kalau begitu sebaiknya sekarang kita pulang ke rumah. Nanti malam kita bisa kembali ke sini dan menjenguk Lily saat L sudah tidur." Caspar memutuskan.     

Ia tidak dapat masuk ke kamar dan melihat cucunya karena wajahnya terlalu mirip dengan London, L akan curiga. Finland juga tidak bisa, karena L pasti mengingatnya sebagai wanita yang membuatnya cemburu.      

Sementara Terry cukup terkenal sebagai anggota keluarga Schneider karena wajahnya menghiasi berbagai media akhir-akhir ini untuk nominasi eksekutif populer tahun 2050.     

London mengucap terima kasih atas kehadiran dan dukungan keluarganya dan melepas mereka untuk pulang ke kediaman keluarga Schneider di Grunewald. Ia kasihan melihat mereka belum beristirahat dengan baik dan membersihkan diri setelah buru-buru terbang dari Singapura untuk menemuinya. Ia berharap nanti malam kalau L sudah tidur, ia akan dapat memamerkan bayinya kepada seluruh anggota keluarganya.     

Setelah mereka pulang, London juga menyuruh Jan pulang. Asistennya itu sangat sibuk dengan urusan pekerjaan dan telah membantunya tanpa henti sejak kemarin siang. Ia merasa sangat berterima kasih.     

London lalu masuk ke dalam kamar tempat L dan Lily berada. Ia hendak memberikan obat dari Lauriel kepada dokter agar Lily dapat meminumnya bersama ASI.     

Ketika ia tiba di kamar, London menyadari bahwa dokter dan perawat sudah tidak ada. Berarti kegiatan memompa ASI telah selesai dilakukan. Ia menarik napas lega.     

Ketika ia hendak menghampiri L di tempat tidur, pemuda itu menjadi sangat terkejut.     

"L...? Kau kemana?" London seketika menjadi panik.     

Ia tidak melihat gadis itu di tempat tidurnya.     

Kenapa jadi begini? Bukankah L berjanji akan memberi waktu dua hari?     

Dadanya terasa begitu sesak.     

Ia berjalan terhuyung mendekati tempat tidur L ketika tiba-tiba sudut matanya mengenali bayangan tubuh L bersimpuh di dekat inkubator Lily.     

Ahh.. L tidak pergi. London mendesah lega. Ia berjalan pelan-pelan mendekati gadis itu dan semakin ia dekat semakin ia bisa mendengar suara sedu sedan tertahan.     

Ternyata L sedang menangis tersedu-sedu sambil memegang kaki inkubator. Rambut dan pakaian atasnya telah basah oleh air matanya yang membanjir.     

London tertegun dan langkahnya terhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.