The Alchemists: Cinta Abadi

Kabar Yang Mengejutkan



Kabar Yang Mengejutkan

1Perjalanan kembali ke Singapura terasa begitu lama bagi Nicolae yang sedang merasa tidak sabaran. Ia merasa berdebar-debar saat mendarat di atap gedung Continental dan bergegas turun ke lobi. Alaric telah menyiapkan kendaraan untuknya di Singapura dan Nicolae segera menggunakannya untuk ke toko bunga tempat Marie berada.     

Di sepanjang perjalanan dadanya berdegup kencang. Ia tak tahu mengapa ia bisa merasa seperti itu. Seolah dirinya adalah seorang pemuda yang baru jatuh cinta dan tidak sabar ingin bertemu kekasihnya.     

Apakah ini rasanya jatuh cinta? Perasaannya pada Marie saat ini tidak sama dengan apa yang dirasakannya kepada Aleksis bertahun-tahun yang lalu. Walaupun secara fisik ia telah lebih lama bersama Aleksis, tetapi entah kenapa rasanya secara batin ia merasa lebih dekat dengan Marie.     

Mungkinkah ini karena ia dan Marie sudah pernah berbagi kasih secara mendalam saat tubuh mereka bersatu? Ia tidak pernah menyentuh Aleksis sebelum mereka hampir menikah. Ia bahkan baru mencium Aleksis setelah empat tahun berhubungan, karena Aleksis akhirnya menerima lamarannya.     

Jadi kalau dibandingkan Aleksis, Marie telah memiliki kedekatan yang jauh lebih mendalam dengan Nicolae.     

Ah... rasanya ia seperti gila membayangkan gadis itu. Kini di benaknya terus-menerus terbayang senyum manis Marie dan wajahnya yang selalu tampak bahagia, walaupun ia sedang didera berbagai penderitaan.     

Mobil yang membawa Nicolae akhirnya tiba di Raffles Road tempat toko bunga Marie berada. Pemuda itu segera memarkir mobilnya di parkiran dekat taman dan bergegas berjalan menuju lokasi toko bunga.      

Ia belum tahu apa alasannya tiba-tiba muncul di depan Marie seperti itu.. dan bagaimana ia akan menjelaskan tentang dirinya yang menghilang selama tiga bulan. Namun, bagi Nicolae hal itu tidak penting lagi.     

Ia hanya ingin bertemu Marie.     

Ketika akhirnya ia tiba di depan toko bunga yang ditujunya, langkah-langkah Nicolae terhenti dan wajahnya tampak bingung. Toko bunga itu tutup.     

Ia mendekat dan meneliti jendela toko, mencoba mencari tahu informasi di sana, apakah toko itu tutup sementara karena pemiliknya sedang keluar makan siang atau bagaimana.     

Tidak ada pengumuman sama sekali. Situasi di dalam toko tampak sepi dan tidak ada satu pun bunga di dalamnya. Hanya ada kursi dan meja dengan beberapa vas besar yang kosong. Tidak ada tanda pemberitahuan apa pun di jendela bagi pelanggan yang ingin membeli bunga.     

Ia akhirnya mencoba menelepon ke nomor telepon Marie, tetapi setelah belasan kali deringan, tidak ada yang mengangkat nomor teleponnya.     

Kemana gerangan gadis itu?     

"Uhm... permisi, Tuan. Apakah pemilik toko bunga di sebelah sedang pergi?" tanya Nicolae akhirnya ke toko sebelah yang menjual berbagai souvenir. Pemilik toko souvenir, seorang lelaki botak berusia separuh baya hanya mengangkat bahu.     

"Aku tidak tahu. Biasanya dia selalu ada di tokonya. Baru tiga hari terakhir ini ia tidak datang. Mungkin dia sedang sakit," katanya. Ia memanggil seorang asistennya yang sedang bekerja membungkus sebuah kotak hadiah di belakang toko. "Sharon, apakah kau tahu di mana pemilik toko bunga di sebelah kita?"     

Seorang gadis muda yang sedang mengurusi kotak hadiah segera keluar sambil membawa gunting dan kertas kado di tangannya.     

"Maksud Paman, Nona Marie? Kurasa dia masih sakit. Sudah sebulan ini dia mengeluh tidak enak badan. Kurasa kehamilannya terlalu berat..." jawab Sharon sambil mengerling ke arah tamu mereka yang tampan. Dari ekspresinya terlihat jelas Sharon merasa penasaran, siapa gerangan pemuda ini yang mencari-cari Marie? Apa hubungan di antara mereka?     

"Ha... hamil katamu?" Tenggorokan Nicolae seketika terasa tercekat. Dadanya berdebar semakin kencang.     

Marie hamil? Anak siapa?     

Apakah....     

Sebersit perasaan aneh menyeruak ke dalam batinnya. Ia merasa gembira sekaligus sangat takut di saat bersamaan.     

Ia gembira saat mengetahui Marie hamil... kemungkinan besar gadis itu sedang mengandung anak mereka.      

Tetapi di saat yang sama, ia takut setengah mati jika ternyata ia salah dan Marie telah berhubungan dengan laki-laki lain setelah ia pergi dan sekarang gadis itu mengandung anak laki-laki lain.     

Jika memang itu yang terjadi... rasanya Nicolae akan merasakan sakit hati yang demikian pedih, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

"Benar.. sejak hamil Marie jadi sering sakit-sakitan. Muntah dan mualnya selama ini parah sekali..." Sharon menjelaskan. "Kau siapa? Apakah kau kenalannya?"     

Nicolae tidak ingin menceritakan urusan pribadinya kepada orang asing. Karena itu ia hanya mengangguk. "Benar. Apakah kau tahu berapa usia kandungan Marie?"     

Sharon hanya mengangkat bahu. "Marie tidak bilang. Tapi kalau tidak salah ia mulai muntah-muntah sejak dua bulan lalu. Ia sering tidak datang ke toko. Katanya ia sering sakit..."     

Nicolae tertegun mendengar penjelasan Sharon. Dadanya terasa sesak. Ia sangat menguatirkan Marie. Ia ingat ibu gadis itu juga memiliki tubuh yang sangat lemah sejak kehamilannya. Begitu Marie lahir, kesehatan Nyonya Lu tidak pernah pulih dan ia harus keluar masuk rumah sakit di sepanjang hidup Marie.     

Apakah Marie juga memiliki kesehatan yang buruk seperti ibunya? Oh Tuhan... Marie sayang, mengapa malang sekali dirimu?     

"Begitu ya... Aku meneleponnya dari tadi tetapi ia tidak mengangkat. Apakah kau tahu nomor teleponnya yang baru?" tanya Nicolae kemudian.      

"Aku tidak punya. Tetapi aku bisa menanyakan kepada Nyonya Carter. Dia adalah pemilik toko yang disewa Marie untuk dijadikan toko bunga." Sharon memberi tanda kepada Nicolae untuk mengikutinya. "Ayo ikut. Kantor Nyonya Carter hanya satu blok dari sini."     

Nicolae mengangguk dan segera mengikuti langkah Sharon yang berjalan ke arah ujung jalan dan kemudian berbelok ke kiri. Langkah Sharon berhenti di depan sebuah butik besar dan ia memberi isyarat agar Nicolae masuk ke dalam.     

"Nyonya Carter akan memberitahumu nomor telepon Marie," kata Sharon.     

"Oh, baiklah. Terima kasih." Nicolae mengangguk dan berterima kasih kepada Sharon yang telah mengantarnya ke tempat Nyonya Carter. Setelah Sharon pergi, ia segera masuk ke dalam.     

"Hallo, selamat siang. Apa yang bisa kubantu?" tanya seorang wanita berkebangsaan Eropa separuh baya. Wajahnya tampak ramah menyambut Nicolae.      

"Selamat siang, Nyonya. Aku teman Marie Lu. Aku ingin bertemu dengannya, tetapi ia tidak mengangkat teleponnya dan di tokonya juga tidak ada pengumuman apa pun. Apakah Nyonya tahu di mana dia sekarang?" Nicolae bertanya dengan sopan.     

Untuk sesaat wajah Nyonya Carter tampak tertegun. Ia menekap bibirnya dengan tangan dan ekspresinya tampak sedih sekali.     

"Oh... kau belum tahu ya...?" Wanita itu kemudian menyentuh bahu Nicolae dan meremasnya pelan seolah berusaha menghibur pria itu. "Marie sudah meninggal. Ia kecelakaan lalu lintas dua hari yang lalu. Polisi yang menghubungiku karena ia sudah tidak memiliki keluarga."     

Bagaikan terkena sambaran petir di tengah hari yang cerah... seperti itulah perasaan Nicolae saat mendengar berita yang demikian buruk dari Nyonya Carter.     

Ia tak tahu bagaimana kakinya bisa bertahan berdiri setelah menerima kabar yang sangat mengguncang batinnya itu. Wajahnya menjadi pucat dan air mata perlahan menetes dari sepasang mata birunya yang teduh.     

Marie... meninggal? Baru dua hari yang lalu...     

Dan anak yang ada di dalam kandungannya juga...     

Oh Tuhan... ini semua salahku...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.