The Alchemists: Cinta Abadi

Akhir Pekan Nicolae



Akhir Pekan Nicolae

2Nicolae banyak menghabiskan akhir pekannya bersama Terry. Mereka akan menonton konser, pertunjukan teater, atau berkuda ke pedesaan. Saat keduanya tampil di muka umum, mereka akan selalu menarik perhatian banyak wanita.     

Beberapa kali Terry digosipkan sebagai penyuka sesama jenis karena seringnya ia terlihat di muka umum bersama sahabatnya ini. Walaupun sebenarnya ia banyak berkencan dengan supermodel Shekina ketika gadis itu sedang ada di New York.     

Sebagai model sangat terkenal, Shekina banyak bepergian keliling dunia dan hanya sesekali mampir ke New York. Kalau mereka sedang ada di kota yang sama, Terry akan menghabiskan waktunya bersama Shekina, tetapi orang-orang akan mengatakan bahwa Terry hanya menjadikan Shekina sebagai samaran agar tidak diduga sebagai gay bersama Nicolae.     

Untunglah lelaki seperti Terry memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi dan tidak terpengaruh apa kata orang. Ia sama sekali tidak peduli dengan gosip tentang kehidupan pribadinya. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri, bukan anggapan orang lain.     

Setelah ia meninggalkan mansion keluarga adiknya, Nicolae bertemu dengan Terry di penthousenya. Ketika ia tiba, Terry sudah menunggunya dengan dua gelas di balkonnya dan limoncello.     

"Musim panas segera tiba. Cuaca seperti ini cocok untuk minum limoncello," kata Terry sambil menyerahkan satu gelas berisi limoncello kepada Nicolae. Sahabatnya mengangguk dan menerima gelas itu.      

Mereka saling mendentingkan gelas lalu  meneguk minuman masing-masing.     

"Terima kasih tadi kau sudah mengirim Dean," kata Nicolae. "Aku sempat kuatir. Kau tahu sendiri Alaric seperti apa."     

Terry mengangguk sambil tersenyum lebar. "Tentu saja. Aku bisa membayangkan."     

"Anak-anak sangat terkesan oleh Dean. Altair malah bilang, nanti setelah lulus SMA ia akan mengambil kuliah hukum."     

Terry mengangguk-angguk puas. "Itu jurusan yang bagus. Kalau mau memimpin perusahaan, penting baginya untuk mengerti hukum. Aku terlalu malas, jadi semua kuserahkan pada Dean."     

"Sampai kapan kau mau memakai identitas ini?" tanya Nicolae. "Sekarang umurnya sudah berapa? Hampir 40 tahun, kan? Banyak orang mengira kau awet muda karena banyak mengencani gadi-gadis muda... hahaha. Tapi kan, kau hanya bisa pakai alasan itu selama beberapa tahun ke depan."     

Terry mengangguk. "Entahlah... aku sangat menyukai pekerjaanku dan kehidupanku sekarang. Aku mungkin akan meminta ramuan dari Paman Aldebar untuk membuatku terlihat sedikit menua jika dibutuhkan. Biar orang-orang tidak curiga. Kau ingat minuman pesta yang dibuatnya? Seteguk bisa membuatmu kelihatan lebih tua sepuluh tahun, tetapi ramuan itu tidak tahan lama. Kalau ia bisa membuat ramuan yang membuat kita menua sebanyak tiga atau lima tahun saja dan dapat bertahan selama beberapa bulan... tentu kita tidak perlu mengganti identitas setiap dua puluh tahun,"     

Nicolae mengerutkan kening mendengar kata-kata Terry. "Kau ini aneh ya? Bukankah justru semua orang ingin awet muda selamanya? Kenapa kau malah ingin menua?"     

"No... kau salah," kata Terry sambil mengangkat gelasnya. "Setiap orang ingin hidup selamanya. Apa gunanya hidup selamanya dan awet muda kalau kita harus menyembunyikan diri? Ini akan menjadi semacam penjara tersendiri bagi kita. Menurutku hidup yang terbaik adalah hidup abadi dan bebas. Jadi kalau kita bisa tampil sedikit menua... cukup untuk mengenyahkan kecurigaan orang-orang... rasanya lebih baik."     

"Hmm... kau ada benarnya juga." Barulah Nicolae mengerti sudut pandang Terry.     

Mungkin sebagian besar kaum Alchemist memang senang menyembunyikan diri dan memulai hidup baru setiap dua puluh tahun. Namun, bagaimana jika mereka sangat menyukai kehidupan mereka dan ingin mengalaminya dengan lebih panjang? Bukankah memiliki pilihan untuk itu akan lebih menyenangkan?     

"Kau bisa membicarakannya dengan Aldebar atau Rune," kata Nicolae setuju. "Kalau ia membuat ramuan semacam itu, aku juga mau. Aku masih mau menjadi wali Altair dan Vega hingga mereka masuk kuliah. Kau tahu ayah ibu mereka akan terlihat sebaya mereka beberapa tahun lalu. Mereka tidak akan bisa muncul ke permukaan sebagai orang tua Altair dan Vega kalau kedua anak itu masih mau sekolah di tempat umum."     

Terry hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar kata-kata Nicolae. Ia tahu, Nicolae sangat menyayangi dua keponakannya itu dan apa pun yang ia lakukan dalam hidup ini, hanya untuk mereka, termasuk menuakan penampilannya agar ia bisa terlihat pantas sebagai ayah mereka.     

"Kau akan menjadi ayah yang luar biasa," komentar Terry. "Mungkin sudah saatnya kau mencari kekasih, menikah dan punya anak sendiri?"     

Nicolae pura-pura tidak mendengar ucapan Terry. Ia terus saja membahas tentang Altair dan Vega. "Dua minggu lagi mereka akan ikut karyawisata ke Paris. Kebetulan para mahasiswaku juga akan selesai ujian dan libur musim panas. Aku akan pulang ke Grosetto dan mampir ke Paris untuk mengawasi mereka."     

"Kau mau ke Grosetto? Apakah ayahmu sudah pulang dari China?" tanya Terry keheranan. Setahunya Lauriel sekarang sudah kembali bertualang dan banyak menghabiskan waktunya di China, karena gadis yang diduga sebagai kekasihnya tinggal di sana.     

"Ayah bilang akan pulang ke Grosetto di musim panas. Itu sebabnya aku ke sana," jawab Nicolae. "Lagipula musim panas ini Alaric dan Aleksis akan membawa anak-anak ke Glasgow. Paman Ned dan Bibi Portia akan merayakan ulang tahun mereka di sana. Kurasa aku juga perlu mencari suasana baru."     

Terry tampak menimbang-nimbang.     

"Aku belum ambil liburan tahun ini. Kau tidak mau traveling bersamaku lagi? Dulu setiap tahun kita bertemu di Jepang, atau di Mongolia, atau entah di mana. Sejak kau punya anak, kau jadi membosankan," kecamnya. "Apakah tidak ada tempat menarik yang ingin kau kunjungi?"     

Nicolae tampak berpikir sejenak. "Kau benar. Kita sudah lama tidak traveling bersama. Aku tidak keberatan. Kau punya ide? Aku bisa pergi setelah mengawasi anak-anak di Paris."     

"Kita belum pernah ke Macchu Picchu," cetus Terry dengan antusias. "Bagaimana?"     

"Boleh juga." Nicolae mengangguk. "Aku setuju."     

"Aku akan atur penerbangan kita. Akan kuminta Lee yang menghubungimu untuk jadwalnya dan lain-lain." Terry tampak sangat senang. Ia sudah lama tidak bertualang dengan sahabatnya dan ia sudah merindukan hal itu.     

Mereka mengobrol sampai larut malam dan kemudian Nicolae permisi pulang. Hari sabtu dan minggu biasanya ia habiskan untuk berolah raga, menulis, dan membaca. Ia senang membuat dirinya tetap sibuk dan aktif. Alhasil, tubuhnya selalu terlihat atletis dan kukuh.      

Saat jogging di taman dekat gedung apartemennya, ia mampir di tepian telaga kecil dan duduk beristirahat di sana. Di telaga itu biasanya banyak angsa dan itik yang berenang dengan santai dan menikmati hidup. Sudah menjadi kebiasaan Nicolae untuk membawa roti saat ia berolahraga lari melewati taman dan telaga itu.     

Ia akan duduk di tepi telaga dan memberi makan hewan-hewan itu. Rumput yang tebal di musim semi dan musim panas sangat enak diduduki dan ia bisa menghabiskan waktu cukup lama di sana. Ia lalu akan mengeluarkan sebuah buku dan membaca atau sekadar duduk-duduk menikmati sinar matahari.     

Ketika ia pertama kali datang ke taman ini dan menemukan telaga yang dipenuhi angsa dan itik itu, tanpa sengaja ia teringat momen menyenangkan yang ia alami bersama Marie dan Nyonya Lu bertahun-tahun yang lalu di taman rumah sakit.     

Marie dan ibunya sangat senang duduk berjemur seperti itu dan memberi makan itik-itik di kolam. Saat ia mengenang momen itu, Nicolae menjadi tersadar bahwa di situlah ia sebenarnya pertama kali jatuh cinta kepada Marie, bukan kemudian.     

Ahh.. mengapa ia terlambat sekali menyadari perasaannya? Kebersamaannya dengan Marie hanya sebentar dan kini ia tidak memiliki banyak momen untuk dikenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.