The Alchemists: Cinta Abadi

Keputusan Nicolae



Keputusan Nicolae

0Nicolae tidak mengira ia akan merasa sangat sedih saat membaca informasi itu. Rupanya Marie membatalkan pernikahan mereka saat batas waktu tiga bulan itu hampir berlalu.     

Apakah ia memerlukan waktu demikian lama untuk membatalkannya karena Marie memang sibuk, ataukah ia diam-diam menyukai Nicolae dan berharap entah bagaimana mereka akan dapat bertemu lagi...?     

Dan yang lebih mengenaskan lagi, ternyata Marie melakukannya tepat di hari Nicolae berada di Singapura. Pemuda itu kini merasa bodoh sekali.      

Kenapa ia begitu terlambat menyadari perasaannya?     

Seandainya ia sudah sadar bahwa ia memang mencintai Marie, tentu ia akan memilih untuk menemui gadis itu sebelum berangkat ke Pulau F. Ia dapat segera mengonfirmasi perasaannya.     

Setelah mengetahui informasi itu, suasana hati Nicolae menjadi sangat mendung dan ia banyak termenung.     

Keluarganya dapat melihat perubahan suasana hati Nicolae malam itu. Ia tampak diam dan tidak fokus. Bahkan Altair dan Vega yang selama ini selalu menjadi pusat perhatiannya, kini tidak dapat membuat Nicolae tergugah. Pemuda itu hanya dapat meminta maaf berkali-kali karena ia melamum saat mereka mengajaknya bicara.     

"Kau sungguh bersikap tidak biasa hari ini," komentar Terry setelah selesai makan malam dan mereka sedang duduk di balkon ruang tamu di villa ketiga bersama Rune. "Apakah ada berita buruk?"     

Nicolae hanya bisa mengangguk lemah. "Berita baik dan buruk. Bisa dibilang begitu."     

"Apa berita baiknya dan apa berita buruknya? Kau ini senang membuatku penasaran dan tidak bisa tidur," omel Terry.     

Nicolae mendesah pelan. "Berita baiknya... kurasa aku sudah tahu perasaanku terhadap Marie. Aku tidak perlu bertemu dengannya dan mengonfirmasinya lagi. Aku sudah sadar... Aku memang jatuh cinta kepadanya. Marie adalah seorang gadis yang sangat mengagumkan."     

Sepasang mata Terry tampak berbinar gembira. Ia sangat senang melihat Nicolae memang, seperti dugaannnya, telah pulih dari patah hatinya terhadap Aleksis, dan sudah dapat jatuh cinta kepada seorang wanita lain.     

"Lalu.. apa berita buruknya?"     

"Berita buruknya... Marie telah membatalkan pernikahan kami." Nicolae tampak sangat sedih saat ia mengatakan hal itu.     

Sebelum ia memastikan bahwa Marie membatalkan pernikahan mereka, seperti permintaannya sendiri, diam-diam Nicolae telah membayangkan betapa akan menyenangkannya jika ia dapat hidup bersama dengan gadis itu selama-lamanya.     

Sayangnya hal itu tidak akan terjadi. Mungkin saja sekarang Marie telah menemukan lelaki lain dan jatuh cinta kepadanya.     

"Hei.. hei, jangan sedih begitu. Kau tidak cocok memasang wajah kusut," tegur Terry. "Dengar, pembatalan itu tidak ada artinya. Seperti yang kau bilang sendiri, Marie harus memikirkan masa depannya dan tidak mungkin ia mempertahankan pernikahan pura-pura dengan seorang lelaki yang telah pergi dan tidak memberi kabar. Yang perlu kau lakukan adalah menemuinya secara langsung dan menyatakan perasaanmu kepadanya. Aku yakin ia akan menerimamu dengan baik."     

"Benarkah?" tanya Nicolae dengan suara ragu.     

"Tentu saja. Dengarkan kata-kataku. Kau itu adalah lelaki ideal setiap wanita. Kau tampan, cerdas, dan memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan. Kalau aku bukan laki-laki tulen, aku pasti jatuh cinta kepadamu," tukas Terry. Ia bermaksud menghibur sahabatnya, tetapi kata-katanya malah membuat Nicolae mengernyitkan kening.     

"JANGAN jatuh cinta kepadaku," kata Nicoale sambil merengut. "Siapa pun boleh, asal bukan kau."     

"Brengsek! Kau pikir aku punya kekurangan, heh? Kau beruntung kalau orang sepertiku jatuh cinta kepadamu. Seleraku tinggi," balas Terry yang mengomel-ngomel. "Tidak tahu diuntung."     

Setelah saling melotot selama beberapa detik, keduanya akhirnya tertawa terbahak-bahak. Terry dan Nicolae memiliki hubungan persahabatan yang sangat erat, sehingga mereka merasa sangat nyaman saling menghina dan merendahkan.     

"Ugh... liburan kita masih satu minggu lagi," keluh Nicolae. "Aku tidak sabar ingin segera bertemu dengannya."     

Kalau begitu.. kenapa kau tidak pergi ke Singapura besok dan menemuinya? Kami toh di sini tidak apa-apa kalau kau pergi sebentar," kata Terry menyarankan. "Lebih baik begitu daripada kau uring-uringan sendiri di sini."     

Nicolae menatap Terry beberapa lama dan memikirkan nasihatnya. Memang ia ingin menghabiskan waktu di Pulau F bersama keluarga besarnya karena ia merindukan mereka. Tetapi dalam kondisi seperti sekarang, rasanya ia justru akan membuat mereka kuatir kalau ia banyak melamun.     

"Hmm.. kau benar. Aku akan meminjam helikopter Alaric dan pergi ke Singapura." Akhirnya Nicolae mengangguk.     

"Bagus. Semoga berhasil," kata Terry mendukung sahabatnya.     

***     

Keesokan harinya orang-orang terkejut karena Nicolae permisi hendak pergi ke Singapura. Dari ekspresi wajahnya, terlihat ia sedang memikirkan hal serius. Alaric yang mengerti apa tujuan Nicolae ke sana segera menyetujui permintaannya tanpa bertanya.     

Sama seperti Terry, ia berharap kakaknya itu akan dapat menyelesaikan urusannya bersama Marie. Semoga saja gadis itu masih mau menerima Nicolae setelah ditinggalkan tanpa kabar selama tiga bulan.     

"Tentu saja, semoga berhasil," kata Alaric sambil tersenyum dan menepuk bahu kakaknya. Nicolae hanya mengangguk. Sekilas matanya beradu pandang dengan Aleksis. Gadis itu tampak menatapnya dengan keheranan.      

Ah.. seandainya hubungan mereka sudah kembali pulih seperti sedia kala, tentu akan menyenangkan jika Nicolae bisa bercerita kepada Aleksis tentang Marie dan berbagi isi hatinya. Namun, mengingat masa lalu di antara mereka berdua, rasanya masih sulit bagi Nicolae untuk bisa terbuka kepada Aleksis dan membagikan isi hatinya.     

Mungkin nanti... sekarang ia belum bisa. Masih ada sedikit rasa canggung di antara mereka.     

'Semoga berhasil,' hanya itu yang bisa dikatakan Aleksis dengan tanpa suara. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya, tetapi apa pun itu, ia berharap Nicolae berbahagia.     

Nicolae mengangguk dan akhirnya melempar senyum ke arah Aleksis. 'Terima kasih' ia membalas, juga tanpa suara.     

"Papa Nic mau kemana?" tanya Vega yang segera bergelayutan di lengan Nicolae. "Apakah Papa akan kembali lagi ke sini?"     

"Papa hanya pergi sebentar," kata Nicoale sambil mengusap rambut anak perempuan itu. "Kau ingin Papa bertemu Tante Marie, kan?"     

Seketika sepasang mata Vega tampak berkilauan mendengar kata-kata Nicolae. "Papa akan bertemu Tante Marie? Benarkah? Wah... senang sekali."     

Altair yang mendengar percakapan mereka juga menjadi sangat gembira. Dengan antusias ia menanyakan dengan lebih detail apa yang akan dilakukan Nicolae di Singapura. Pemuda itu hanya mengacak rambut Altair dan menggeleng. Ia merasa belum perlu menjelaskan dengan panjang lebar.     

Nanti, kalau ia berhasil bertemu Marie dan menyatakan cinta, ia akan dapat mempertemukan anak-anaknya dengan gadis itu. Altair dan Vega terlihat sangat menyukai Marie. Mereka pasti akan senang jika Nicolae dapat bersama Marie.     

"Uhm.. Papa akan mencoba menemui Tante Marie. Kalian doakan saja ia mau menerima Papa," jawab Nicolae singkat.     

Wajah Altair juga tampak berseri-seri. "Pasti! Tante Marie pasti akan mau menerima Papa. Dari caranya memandang Papa waktu itu... aku bisa tahu. Tante Marie sangat menyukai Papa...."     

"Haha.. semoga saja kau benar." Nicolae mengacak rambut Altair dan Vega lalu melambai kepada keluarganya dan berjalan menuju helikopter yang sudah menunggu. Seorang pilot Alaric akan mengantarnya kembali ke Singapura.     

Ia sudah tidak sabar ingin bertemu Marie.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.