The Alchemists: Cinta Abadi

Pertanyaan Nicolae



Pertanyaan Nicolae

2Pesta pernikahan yang meriah itu menjadi bahan perbincangan banyak orang. Dalam waktu dua tahun saja, keluarga Schneider telah menyelenggarakan dua pernikahan. Yang pertama adalah perayaan pernikahan antara Aleksis dan Alaric.     

Walaupun keduanya sebenarnya telah lama menikah, namun kedua keluarga baru mengetahui dan kemudian mengumumkannya kepada publik sepuluh tahun kemudian.     

Kini anak kedua keluarga Schneider yang juga masih sangat muda, London Schneider yang menikah dengan seorang gadis yang juga masih sangat muda. Ini benar-benar merupakan peristiwa yang langka di kalangan kaum alchemists.     

Biasanya orang dari klan ini baru akan mencari pasangan serius ketika mereka telah berumur sangat dewasa, minimal lima puluh tahun atau bahkan ratusan tahun. Mereka juga tidak akan langsung menikah, melainkan menjalin hubungan untuk waktu yang lama agar dapat saling mengenal dengan baik, karena bagi mereka setiap pernikahan adalah untuk sekali seumur hidup.     

Hubungan di antara mereka bisa berlangsung puluhan, bahkan hingga ratusan tahun. Namun, anak-anak keluarga Schneider terlihat sangat berbeda. Mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan pasangan mereka seperti halnya para manusia biasa yang jatuh cinta di usia muda.     

Kini, sebagai satu-satunya anak dari keluarga Schneider yang belum menikah, banyak orang yang memusatkan perhatiannya kepada Rune. Mereka penasaran ingin mengetahui apakah Rune juga akan cepat menikah seperti kedua kakaknya. Pemuda yang baru berusia 26 tahun itu menjadi sewot bila ada orang yang menanyakan hal serupa kepadanya.     

"Aku masih sangat muda dan aku mencintai ilmu pengetahuan," demikian ia selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, menampik dugaan bahwa ia terburu-buru ingin menikah seperti Aleksis dan London. "Aku menikah dengan ilmu pengetahuan, seperti Paman Aldebar."     

"Ahh.. sayang sekali..." banyak orang yang menyayangkan pilihannya. Mereka teringat bahwa Aldebar juga sangat tampan dan mengesankan, tetapi ia tidak pernah mempedulikan satu wanita pun. Ia adalah salah satu bujangan paling terkenal di klan mereka karena ia telah hidup sendiri selama hampir 300 tahun.     

"Selamat berbahagia, sekali lagi.. untuk pasangan pengantin, London Killian Schneider, dan Elle Marianne De Maestri..." kata Billie Yves setelah menyelesaikan beberapa lagu, diiringi tepuk tangan para tamu yang kagum. Ia tersenyum manis dan menunjuk L yang sedang berdiri di samping London, memperhatikan setiap ucapan yang keluar dari bibir Billie seperti mendengarkan sabda dari dewa-dewi. "L... maukah kau naik ke panggung dan menyanyikan lagu berikutnya ini bersamaku?"     

"Ah.. apa? Aku?" L membulatkan matanya besar sekali. Ia sangat terkejut karena Billie menyapanya dan bahkan mengajaknya berduet.     

London tersenyum dan mengangguk, memberi semangat agar L naik ke panggung dan membagikan suara indahnya bersama Billie Yves kepada para tamu di pesta pernikahan mereka. Akhirnya dengan langkah gemetar, L berjalan pelan-pelan ke arah panggung. London yang berjalan mengikutinya tiba-tiba merangkul pinggang L dengan kedua tangannya dan menggendong gadis itu naik ke atas panggung sebelum L sempat mencari tangga.     

"Ayo, buat semua orang terpesona," bisik London dengan penuh semangat ke telinga istrinya. Billie Yves mengulurkan tangannya dan membantu L naik ke panggung lalu berdiri di sampingnya.     

"Hai, L.. aku sangat menyukai suaramu. Maukah kau menyanyikan lagu berikutnya bersamaku?" tanya Billie sambil tersenyum lebar. L mengangguk dengan rikuh. Ekspresinya jelas menyiratkan bahwa gadis itu masih merasa tidak percaya bahwa ia akan menyanyi bersama artist idolanya.     

Billie Yves menggandeng L lalu memberi tanda kepada para musisi pengiringnya untuk memainkan musik. Mulai dari denting-denting piano, lalu diikuti petikan gitar, kemudian iringan band lengkap mengiringi suara emas kedua gadis paling berbakat itu menyanyikan lagu hits dari album pertama Billie, yang berjudul "You Are Enough".     

Sontak semua orang terpaku di tempat mereka mendengarkan suara kedua gadis ini saling mengisi. Sungguh sangat indah terdengar di telinga mereka.      

London buru-buru mengambil ponselnya dan mengabadikan momen itu. Ia yakin L akan ingin sekali melihat rekamannya menyanyi bersama penyanyi idolanya, karenanya dengan sigap ia merekamnya untuk L. Ia bahkan berganti-ganti posisi untuk mendapatkan sudut terbaik.     

Ahh.. wajah L di atas panggung, tampak begitu bahagia. London merasa sangat senang karena ia tahu betapa L memang benar-benar senang dengan pesta pernikahan mereka. Senyum L yang biasanya sangat jarang muncul, malam ini telah berkali-kali tampak menghiasi wajahnya.     

Ia tak akan pernah melupakan malam ini, untuk selamanya.      

***     

Setelah pesta pernikahan berakhir dan tamu-tamu pulang, tinggallah keluarga besar Schneider yang beristirahat dan bercengkrama dengan anggota keluarga mereka yang sudah lama tidak bertemu. Finland sangat senang bisa kembali bertemu dengan Jean dan Marion beserta kedua anak mereka.     

Jean-Marie telah berumur hampir sepuluh tahun dan semakin lama penampilannya semakin cantik. Rambutnya yang keriting indah menjuntai hingga ke pinggangnya dan membuatnya terlihat seperti tuan putri. Walaupun penampilannya terlihat anggun dan feminin, tetapi Jean-Marie masih tetap si Monyet Kecil yang nakal dan sering membuat orang tuanya repot.     

Mereka sangat berharap anak kedua mereka yang berjenis kelamin laki-laki akan lebih tenang dan mudah diatur dibandingkan Jean-Marie. Mereka menamainya Jean-Henri, demi meneruskan tradisi.     

Marion yang sangat menyukai nama Prancis suaminya, Jean-Pierre, bersikeras anak-anak mereka harus mengikuti namanya. Itulah sebabnya anak pertama mereka diberi nama Jean-Marie, dan kini anak kedua mereka dinamai Jean-Henri.     

"Ahhh.. menggemaskan sekali..." seru Finland saat melihat Jean-Henri. Walaupun masih berusia tiga bulan, Jean-Henri telah memiliki raut wajah yang jelas terlihat ketampanannya.     

Rambutnya ikal lebat seperti kakaknya dan sepasang matanya berwarna biru cerah mengikuti ibunya. Wajahnya memiliki sedikit raut Asia, dari ayahnya dan bayi mungil ini sangat murah senyum, sehingga membuat siapa pun yang melihatnya akan merasa gemas.     

"Terima kasih," kata Marion dengan wajah berseri-seri menerima pujian itu. Ibu mana yang tidak bangga melihat anaknya dipuji oleh orang lain.      

Terry dan Nicolae telah menyerahkan kembali keponakan-keponakan mereka kepada Alaric dan Aleksis dan kini duduk berdua menikmati wine sambil berbincang-bincang. Mereka berencana segera pulang ke New York keesokan paginya.     

Terry sangat sibuk dengan pekerjaan, sementara Nicolae selalu merasa sedih bila menghadiri pernikahan. Dua tahun yang lalu ia seharusnya menikah dengan Aleksis tetapi semuanya harus batal sehari sebelum pernikahan berlangsung. Hingga kini masih tidak mudah bagi Nicolae untuk melupakannya begitu saja.     

Peristiwa malam ini juga mengingatkannya akan pernikahannya sendiri bersama Marie yang berlangsung mendadak dan sangat sederhana.. dan kemudian dibatalkan oleh istrinya. Ia mengakui bahwa semua itu adalah salahnya sendiri...     

Namun, kini nasi sudah menjadi bubur.     

Karena itulah ia dan Terry memutuskan untuk tidak berlama-lama di Stuttgart dan segera pulang ke rumah mereka di New York.     

"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat ayahmu. Kemana dia?" tanya Terry tiba-tiba. Ia celingak-celinguk kesana dan kemari untuk mencari sosok Lauriel tetapi tidak dapat menemukannya. "Apakah ayahmu sudah pulang duluan?"     

Nicolae baru menyadari bahwa ayahnya sudah tidak ada. Aneh sekali. Tadinya ia mengira Lauriel akan tinggal lebih lama. Ternyata ayahnya sudah pergi.     

"Ayah tadi sudah pamit," kata Alaric. "Ia harus ke China. Kau dan Terry tadi sibuk dengan tiga gadis itu, jadi ayah tidak bicara kepadamu."     

"Oh..." Nicolae teringat bahwa tadi ia dan Terry dan Rune memang sangat banyak menghabiskan waktu dengan Shekina dan kedua temannya. "Kenapa ayah tidak pulang ke Grosetto? Ada apa di China?"     

Alaric hanya mengangkat bahu. "Ayah tidak bilang. Tetapi setahuku Rosalien tinggal di China."     

"Oh.." Nicolae hanya bisa mengangguk-angguk saja. Ia ingat sosok ayahnya di pesta tadi bersama Rosalien. Keduanya tampak sangat keren berdiri bersama dan tidak bicara apa-apa. Bahkan para tamu yang lain juga tampak terkesan atas kedua orang itu dan tidak ada seorang pun yang berani menggangu mereka.     

Rosalien dan Lauriel memang tampak sangat cocok dan gerak-gerik mereka juga mirip. Mungkinkah... ayah memang telah menemukan wanita baru yang mengisi hatinya? Apakah ini berarti ayah memang benar-benar telah merelakan ibu dan kini melanjutkan hidup?     

Nicolae hanya bisa bertanya sendiri.     

Kapan aku bisa seperti itu? Kapan aku bisa merelakanmu dan anak kita, Marie? Kapan aku akan dapat melanjutkan hidupku tanpa kalian?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.