The Alchemists: Cinta Abadi

Nicolae Patah Hati



Nicolae Patah Hati

0Nicolae sama sekali tidak malu ketika ia menangis di apartemen Marie. Manajer gedung sangat kasihan melihatnya dan akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan pemuda itu sendiri. Nicolae tinggal di dalam kamar Marie dan termenung sangat lama.     

Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Rasanya hidupnya telah menjadi benar-benar hampa. Harapan begitu besar yang memenuhi hatinya sehari yang lalu, hari ini berubah menjadi duka yang mendalam.     

Entah kenapa... rasanya kini ia mengerti bagaimana perasaan ayahnya seratus tahun yang lalu, saat mengetahui kematian Luna dan anak dalam kandungannnya.     

Apakah memang ini takdirku...? Untuk tidak akan pernah bahagia?     

Ia belum pernah merasakan patah hati yang demikian parah seperti ini... Bahkan ini tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan patah hatinya saat Aleksis menikah dengan lelaki lain. Tadi ia telah menangis cukup lama di pemakaman saat melihat tanah yang masih merah, hingga ia mengira air matanya telah kering dan tak dapat mengalir lagi.     

Ternyata ia salah. Di apartemen Marie ia kembali merasakan hancur hati yang begitu perih. Setelah air matanya kering, Nicolae duduk terdiam semalaman, tidak dapat berbuat apa-apa.     

Beberapa SMS masuk dan panggilan telepon dari Terry tidak dihiraukannya. Ia tidak mau bicara dengan siapa pun. Perasaannya begitu sedih dan ia tak punya keinginan untuk melakukan apa pun.     

Hingga akhirnya dua hari berlalu.     

"Nic..."      

Sudah dua hari Nicolae tidak makan dan minum, hanya merenung di kursi bernama Edgar yang sering dipakai Marie untuk bekerja. Pandangannya menatap kosong ke luar jendela. Suara Alaric yang menyapanya dengan lembut tidak mampu membuatnya memalingkan wajah.     

Saudaranya berjalan perlahan-lahan mendekatinya dan kemudian memeluknya.     

"Kami sudah mengetahui apa yang terjadi..." kata Alaric pelan.     

Mula-mula Terry mengira Nicolae tidak  mau membalas SMS dan teleponnya karena sedang bersenang-senang bersama Marie dan tidak mau diganggu, tetapi setelah 24 jam, mereka sadar pasti terjadi sesuatu terhadap Nicolae sehingga ia tidak juga mengabari mereka.     

Alaric menghubungi Takeshi yang segera memeriksa keadaan Nicolae dan menemukan informasi apa yang terjadi pada gadis bernama Marie Lu itu. Berita yang disampaikan Takeshi sangat mengguncang semua orang yang sedang menikmati liburan di Pulau F.     

Alaric dan Lauriel segera terbang kembali ke Singapura untuk menemui Nicolae. Mereka mengerti betapa buruknya situasi Nicolae saat ini dan mereka ingin segera menghiburnya. Alaric memutuskan masuk dulu dan menemui Nicolae dan ayahnya menunggu di luar, agar Nicolae tidak merasa kewalahan bertemu mereka.     

"Nic..." kata Alaric lagi.      

Nicolae yang ada dalam pelukannya sama sekali tidak bersuara. Pemuda itu sudah kehabisan air mata dan hatinya diisi kekosongan yang demikian mengerikan. Ia tidak merespons Alaric sama sekali.     

"Ayah..." Akhirnya Alaric memanggil Lauriel yang bergegas masuk. "Keadaannya sangat buruk..."     

Mereka mengerti apa yang membuat Nicolae sangat terpukul. Ia kehilangan dua orang sekaligus. Wanita yang ia cintai dan anak dalam kandungannya. Dan peristiwa buruk itu terjadi hanya beberapa hari yang lalu, saat Nicolae sebenarnya berada sangat dekat...     

Lauriel bersimpuh di kaki anak sulungnya dan menatap mata Nicolae yang tampak kosong. Ia merasa begitu sedih melihat Nicolae dalam kondisi seperti ini. Nicolae adalah anaknya yang menuruni sifat-sifat Luna yang hangat dan periang. Pemuda itu bukan orang yang dingin dan sedih seperti dirinya dan Alaric, sehingga melihatnya berubah menjadi seperti ini rasanya sangat menyesakkan.     

"Anakku..." kata Lauriel dengan suara serak. "Kau harus makan dan beristirahat. Nanti kau bisa sakit."     

Seorang alchemist memiliki tubuh yang sempurna dan tidak akan jatuh oleh penyakit apa pun, tetapi mereka tidak mempan senjata dan kalau mereka tidak makan dan minum serta tidak beristirahat, mereka akan mati kelaparan dan kelelahan.      

Lauriel sudah memeriksa denyut nadi tangan anaknya dan menemukan bahwa kondisi Nicolae sudah sangat lemah.      

"Ayah..." Tiba-tiba Nicolae membuka matanya dan menatap ayahnya dengan sepasang mata sendu. "Beginikah rasanya...?"     

Lauriel mengerti maksud pertanyaan Nicolae. Ia mengangguk. "Benar..."     

Jawaban Lauriel membuat Nicolae semakin sedih. Ia terdiam cukup lama dan tidak berkata apa-apa lagi. Alaric mengeratkan pelukannya pada saudaranya. Kini, penderitaan dan kesedihannya selama bertahun-tahun saat berpisah dengan Aleksis dulu rasanya menjadi tidak berarti. Setidaknya dulu ia mengira Aleksis meninggal tanpa ia mengetahui bahwa istrinya itu sedang mengandung.     

"Ini salahku..." kata Nicolae akhirnya. Ia lalu menoleh ke arah Alaric dan menggeleng-geleng. "Aku seharusnya langsung menemuinya..."     

Alaric menggeleng pelan. "Ini bukan salahmu, Nic. Kau tidak tahu. Ini takdir."     

Nicolae tidak sependapat dengan adiknya. Ini pastilah salahnya.     

Dari awal ia sudah mengetahui bagaimana perasaan Marie kepadanya. Ia tahu bahwa gadis itu menyukainya... malah mungkin sudah jatuh cinta kepadanya. Ketika mereka menikah pura-pura dan kemudian tidur bersama.. Ia bisa merasakan bahwa Marie mencintainya.     

Tetapi ia mengenyahkan perasaan gadis itu karena ia masih berfokus pada patah hatinya dan ingin memulai hidup baru dengan melupakan Aleksis dan tidak mau menjalin hubungan dengan gadis mana pun.     

Kini.. karena kebodohannya yang terlalu lama berpikir.. yang sok ingin memulihkan diri dari cinta... ia justru kehilangan wanita yang ia cintai dan anak mereka.     

Mengapa ia menyuruh Marie membatalkan pernikahan waktu itu?     

Ia dapat membayangkan betapa Marie merasa sangat sedih saat mengetahui bahwa ternyata ia hamil dan dengan berat hati memutuskan membatalkan pernikahannya di saat terakhir karena tidak ingin berada dalam pernikahan sepihak. Ia membayangkan sudah berapa kali Marie mencoba menghubunginya tetapi tak bisa karena Nicolae sudah memutuskan kontak dan mengganti identitasnya...     

"Ini salahku...." Akhirnya air matanya yang sudah mengering kembali mengalir dan Nicolae kembali menangis dalam pelukan Alaric. Saudara dan ayahnya membiarkannya seperti itu hingga akhirnya ia tenang kembali.     

Dengan lembut Lauriel menyuruhnya meminum ramuan untuk memulihkan tenaganya dan makan tetapi Nicolae tetap menolak. Dengan berat hati akhirnya Alaric menyuruh Terry datang membawa Altair dan Vega untuk membujuk ayah mereka. Tadinya ia tidak ingin anak-anaknya melihat keadaan Nicolae seperti itu, tetapi ia merasa tidak punya pilihan lagi.     

Dua jam kemudian suara Vega yang histeris di ruang tamu apartemen Marie membuat Nicolae terhenyak dari lamunannya. Ia mengangkat wajah dan melihat anak perempuannya berlari menghambur ke arahnya sambil menangis.     

"Papaaa.... papa jangan mati...." Vega memeluk Nicolae dengan mata basah dan menangis terisak-isak di bajunya. "Aku akan sangat sedih kalau Papa pergi... Jangan seperti ini..."     

Nicolae tertegun mendengar kata-kata Vega. Altair yang berjalan mengikuti Vega dengan langkah-langkah lunglai kini sudah tiba di depannya dan ikut memeluk Nicolae.     

"Papa... jangan melupakan kami mentang-mentang Papa mencintai orang lain... itu tidak boleh..." kata Altair dengan sedih. "Papa sudah berjanji..."     

Altair dan Vega yang sangat menyayangi Nicolae hanya ingin melihat pria itu bahagia. Mereka bahkan berusaha keras mencarikannya kekasih agar pria itu tidak kesepian dan sedih karena terus mengingat ibu mereka.     

Tetapi mereka telah membuatnya berjanji, jika suatu hari nanti Nicolae jatuh cinta... ia tidak akan melupakan Altair dan Vega yang telah dianggapnya seperti anaknya sendiri.     

Ia telah berjanji, bahwa cintanya kepada kedua anak itu tidak akan berubah walaupun suatu hari nanti ia akan jatuh cinta kepada seorang wanita dan memiliki anak dari wanita lain. Altair dan Vega adalah tetap anak-anaknya dan cintanya kepada mereka takkan pernah berubah...     

Janji inilah.. yang sekarang ditagih Altair darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.