The Alchemists: Cinta Abadi

Kau Harus Mencarinya



Kau Harus Mencarinya

3Mereka akhirnya menyerah setelah menyadari bahwa Lauriel tidak akan bersedia memberi tahu mereka urusan pribadinya. Pria itu memang dari dulu selalu dikenal sebagai orang yang tertutup. Selain para anak buahnya di The Wolf Pack dan Caspar sebagai sahabatnya, hampir tidak ada orang yang bisa mengetahui keberadaannya dan berbicara dengannya.     

Kini Lauriel lebih membuka diri karena ia memiliki anak-anak dan keluarga baru, tetapi tentunya ia tidak akan serta-merta berubah menjadi orang yang berbeda. Nicolae sendiri sudah bertekad akan meminta veritaserum dari Aldebar untuk menjebak ayahnya.     

Nanti malam kalau mereka sedang berbincang-bincang dan minum wine bersama, ia akan membuat ayahnya menceritakan rahasianya tanpa paksaan. Ha.     

Setelah bersantai sejenak, mereka lalu berkumpul untuk makan malam bersama di taman cantik di samping villa yang telah ditata menjadi seperti pesta kebun kecil yang hangat. Ada beberapa meja melingkar yang ditaruh di sana dengan hiasan lentera dan bunga-bunga kering.     

Dua orang chef yang sengaja didatangkan dari Singapura dengan beberapa pelayan bolak-balik menyajikan berbagai hidangan mewah untuk keluarga besar itu. Alaric dan Aleksis duduk bersama L dan London, dan mereka tampak antusias membicarakan perkembangan anak-anak mereka. Caspar, Finland, dan Lauriel duduk bersama Aldebar. Mereka hanya membahas hal-hal remeh yang menyenangkan. Sementara para  pria yang masih lajang duduk bersama dengan si kembar, Altair dan Vega.     

Malam itu suasana terasa sangat menyenangkan dan akrab. Sejak Caspar dan Finland bersatu kembali 30 tahun yang lalu, mereka memang terbiasa mengadakan acara liburan akhir tahun bersama dengan teman-teman dan kerabat mereka.     

Dulu selalu ada Jean dan Lauriel serta Aldebar yang datang dan menghabiskan waktu liburan akhir tahun bersama mereka. Seiring dengan waktu, keluarga mereka bertambah besar. London dan Rune kemudian lahir dan jumlah mereka menjadi delapan.     

Setelah Terry menjadi yatim piatu dan tinggal bersama keluarga Schneider, angka itu menjadi sembilan. Lalu Aleksis pun menikah dengan Alaric dan melahirkan sepasang anak kembar, Altair dan Vega yang membuat jumlah mereka menjadi sepuluh.     

Di masa-masa itu, Alaric diduga meninggal dan Nicolae mengembara keliling dunia karena ia patah hati. Jean kemudian menghilang karena ia menikah dengan Marion, dan liburan keluarga kemudian hanya dihadiri oleh sembilan orang.     

Ketika Nicolae kembali dari pengembaraannya, ia bergabung ke dalam keluarga itu dan setiap akhir tahun mereka kembali menjadi sepuluh orang. Baru tahun lalu, akhirnya Alaric kembali, namun giliran Nicolae yang pergi karena ia masih belum dapat bersikap normal di acara keluarga terhadap Aleksis yang hampir menjadi istrinya.     

Tahun ini adalah saat pertama kalinya mereka kembali berkumpul dengan lengkap sebagai keluarga, dan bahkan bertambah satu anggota lagi, yaitu L yang baru menikah dengan London. Jumlah mereka per hari ini adalah 15 orang, termasuk ketiga bayi, Ireland, Scotland, dan Lily.     

Mereka berharap pada tahun mendatang, Jean, Marion dan kedua anak mereka dapat bergabung, sehingga keluarga mereka akan benar-benar menjadi lengkap. Siapa tahu, tahun depan salah satu dari pria lajang yang kini duduk di meja Rune akan menemukan tambatan hati seperti London dan Aleksis.     

"Aku senang mendengar Papa Nic kencan dengan banyak tante cantik," komentar Vega sambil melahap irisan buah di piringnya. "Tapi awas kalau Papa sampai melupakan kami..."     

Nicolae yang sedang asyik memotong steak-nya segera mengerling ke arah Terry sambil cemberut. Ia tak tahu gosip apa saja yang telah disebarkan sahabatnya itu kepada kedua anaknya.     

"Hei... jangan menyalahkan aku," cetus Terry tiba-tiba. "Anak-anakmu yang memohon kepadaku untuk mencarikanmu kekasih..."     

"Sebenarnya aku suka kepada Tante Marie," kata Altair tiba-tiba. "Kenapa Papa tidak menemui Tante Marie saja sepulang dari liburan ini? Kita kan dekat dari Singapura."     

"Uhm.. kenapa kau tiba-tiba membicarakan Tante Marie?" tanya Nicolae keheranan.     

"Tidak kenapa-kenapa sih, hanya ingat saja bahwa kita tidak jauh dari Singapura.. Kan Tante Marie tinggal di Singapura," jawab Altair. "Papa tidak pernah berkomunikasi dengan Tante Marie lagi?"     

Nicolae termenung mendengar kata-kata Altair. Sebenarnya ia beberapa kali memikirkan gadis itu. Tetapi ia berusaha mengenyahkannya karena ia ingin berfokus pada hidupnya sendiri. Ia sedang memulai hidup baru di New York. Ia tak ingin memberati dirinya dengan hal-hal lain.     

"Siapa Tante Marie itu?" tanya Terry dengan wajah penuh rasa ingin tahu. Ia menyukai gosip. Dengan antusias ia segera pindah duduk ke kursi di sebelah Altair. "Ayo ceritakan semuanya kepada Paman..."     

Altair tertawa melihat sikap Pamannya. "Ahh.. Paman juga mesti mencari kekasih. Aku sebenarnya heran kenapa Vega meminta Paman Terry mencarikan Papa Nic kekasih. Paman sendiri tidak punya kekasih. Ini kan sama saja orang buta menuntun orang buta..."     

"Eh... Paman single karena sengaja ya... Paman mau fokus pada bisnis keluarga kalian dulu. Memang tidak ada waktu untuk wanita," jawab Terry. Ia bukannya tidak memiliki kekasih. Ia sering kencan dengan Shekina dan mereka saling menyukai, tetapi keduanya sama-sama mengambil sikap seperti orang Alchemist normal yang sangat tidak terburu-buru dalam urusan cinta. "Paman tidak perlu mencari kekasih untuk mengobati luka hati karena cinta. Tidak seperti... ahem... Papa kalian ini."     

Nicolae memukul bahu Terry karena bicara seenaknya tanpa menunjukkan simpati sedikit pun. "Jangan sembarangan bicara kau..."     

"Aishh.. aku hanya bicara kenyataan," dalih Terry. Ia lalu kembali beralih pada Altair dan meneruskan gosipnya. "Ayo.. lanjutkan. Siapa Tante Marie ini?"     

"Tante Marie itu adalah tetangga kami di satu gedung apartemen yang sama. Tante Marie orangnya sangat keren dan menyenangkan. Kami lihat dia sangat tertarik kepada Papa..." Altair menjelaskan. "Mereka juga kelihatan serasi sekali. Aku sempat mengambil fotonya..."     

Ia mengeluarkan tabletnya dan membuka sebuah foto lalu menyerahkannya kepada Terry. Dengan penuh minat, Pamannya itu mengambil tablet Altair dan melihat foto yang dimaksud Altair. Untuk sesaat keningnya berkerut dan kemudian ia menoleh ke arah Nicolae.     

"Ini kan..."     

Ia tidak melanjutkan kata-katanya. Terry kemudian menggeleng beberapa kali dan mengembalikan tablet Altair kepada pemiliknya.     

"Dari mana kau mendapatkan foto Marie?" tanya Nicolae keheranan saat melihat adegan itu.     

"Waktu kita makan siang untuk terakhir kalinya. Kalian sedang asyik mengobrol, jadi tidak memperhatikan kami," kata Altair. "Papa mau mencari Tante Marie?"     

Nicolae hanya tersenyum tipis dan menggeleng. "Tidak."     

"Kenapa tidak?" tanya Altair dan Terry bersamaan.     

Keduanya saling pandang dan kemudian serentak kembali memandang Nicolae, membuat pemuda itu menjadi keheranan. Tumben, Terry dan Altair bisa sehati begini, pikirnya.     

"Aku ingin memulai hidup baru," kata Nicolae. "Kalau aku mencari Marie, aku takut ia akan mengharapkan sesuatu yang serius di antara kami. Saat ini aku sedang tidak bisa menjalin hubungan cinta dengan orang baru. Aku sudah bilang, aku perlu waktu untuk memulihkan diriku."     

Terry menatap Nicolae dengan sangat serius saat mengucapkan kata-katanya. "Kurasa kau sudah pulih, Nic. Dan aku sungguh-sungguh menasihatkanmu untuk mencari gadis ini..."     

Nicolae balas menatap Terry dengan pandangan tidak mengerti. "Tidak biasanya kau begini."     

Terry menggeleng-geleng lagi. "Aku baru melihat fotonya."     

"Ada apa dengan fotonya?" tanya Nicolae lagi. Ia mengambil tablet Altair dan membuka foto yang tadi ditunjukkan keponakannya itu kepada Terry.     

Ia tertegun melihat foto dirinya dan Marie yang sedang tersenyum dan saling menatap saat mereka berdua berbincang-bincang di acara makan siang terakhir waktu itu. Marie baru menjadi yatim piatu, tetapi wajahnya tampak sangat tabah dan bahagia, seolah tidak sedang mengalami kesedihan yang luar biasa besar.     

Gadis itu memang sangat cantik, untuk sesaat Nicolae terbawa nostalgia saat ia mengenang kebersamaannya yang demikian singkat bersama Marie. Ia hanya berharap gadis itu sekarang sudah bahagia dan hidup dengan baik.     

"Kau sudah mengerti sekarang?" tanya Terry dengan sabar.     

Nicolae menggeleng. Ia tidak mengerti sama sekali mengapa Terry tiba-tiba bersikap seperti ini.     

"Kau jangan main teka-teki, Terry," kata Nicolae akhirnya dengan sewot.     

"Oke.. kalau begitu aku akan menyebutkan nama-nama ini, dan kau harus memikirkan perkataanku," kata Terry kemudian.     

Nicolae mengangguk. "Coba saja."     

Terry lalu mulai sambil mengangkat satu jarinya sambil menyebutkan nama beberapa wanita. "Lucia Chen, Sarah Wu, Nancy White... Diana Archer..."     

Barulah Nicolae mengerti maksud sahabatnya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.