The Alchemists: Cinta Abadi

Keindahan Senja **



Keindahan Senja **

0Dengan gembira Caspar menggendong Lily dan mengajaknya melihat matahari terbenam, seolah bayi itu sudah dapat menghargai keindahan alam. Finland mengikutinya sambil tersenyum simpul. Ya, buat apa dirinya melahirkan anak lagi kalau bayi-bayi mungil di sekitar mereka sudah bisa membuat suaminya bahagia?     

Ia akan sering mengajak suaminya berkeliling ke rumah anak-anak mereka untuk menemui cucu mereka. Begitu lebih baik.     

Sementara Lily dimanjakan oleh kakeknya yang sangat menyayanginya, orang tua bayi itu justru seolah sedang berusaha membuat bayi baru. Suasana matahari terbenam dari balkon kamar mereka yang indah dengan pemandangan laut lepas membuat suasana menjadi sangat romantis. L belum pernah berada di tempat yang demikian indah, hingga ia begitu terpukau.     

"Ini.. ini indah sekali... Aku belum pernah melihat pantai yang begini indah dan tempat yang begitu memberi inspirasi," gumam gadis itu dengan sepasang mata berkilauan. Kakinya tak dapat ditahan sudah melangkah ke balkon dan di sana ia berdiri terpaku.     

L belum pernah ke Asia sebelumnya dan melihat betapa berbedanya pantai di daerah tropis dengan pantai di Eropa Barat. London yang sudah terbiasa dengan tempat ini dan berbagai tempat wisata mewah lainnya hanya tersenyum memperhatikan istrinya yang terpukau.     

Namun ketika sosok L berdiri di balkon dengan rambut cokelatnya melambai sedikit terkena angin laut dan sosok tubuh mungilnya tampak berpendar menghalangi sinar matahari terbenam berwarna semburat jingga dan ungu, ia sendiri menjadi terpesona.      

Jika L terpesona oleh pemandangan alam di luar sana, London terpesona oleh manusia indah di depannya. Ia selalu bersyukur akan keberuntungannya menemukan wanita yang sangat menarik dan membuat hatinya selalu dipenuhi cinta dalam usianya yang masih demikian muda.     

Ia tidak perlu menunggu ratusan tahun untuk menemukan wanita yang tepat, tidak seperti ayahnya, dan banyak lelaki lain yang dikenalnya; Paman Aldebar, Lauriel, Nicolae, bahkan Alaric yang baru bertemu Aleksis saat usianya 94 tahun.     

Ia tidak dapat membayangkan bagaimana hidupnya selama puluhan tahun ke depan jika tidak ada L di sisinya. Pasti akan sangat membosankan.      

Memang, ia dan L melalui masa-masa awal hubungan yang cukup menyebalkan dan penuh cekcok yang tidak perlu, seperti anjing dan kucing, karena mereka berdua masih sangat muda dan belum dapat bersikap dewasa.     

Tetapi, kini, semua itu sudah di belakang mereka. Mulai sekarang, hanya ada cinta dan keterbukaan di antara mereka berdua. Dan Lily. Dan mungkin anak-anak mereka berikutnya...     

Anak-anak...? Ah, benar.. bukankah L sudah mengatakan ia tidak keberatan melahirkan adik bagi Lily? London sempat tidak ingin memiliki anak setelah Lily karena ia tidak dapat membayangkan L harus melalui persalinan yang berat seperti saat ia melahirkan Lily dulu.     

Tetapi sekarang L telah menjadi seorang alchemist dan tubuhnya sangat sehat..      

Jadi... kekuatiran London sudah tidak relevan lagi.     

Dengan pikiran-pikiran itu berseliweran di kepalanya, London melangkah mendekati L dan perlahan memeluk pinggangnya. Tangannya terasa sangat pas berada di pinggan gadis itu dan dagunya tepat berada di atas kepala L. Ia dapat mencium aroma khas L dari puncak kepalanya.     

Bahkan setelah satu tahun, ia masih tak pernah bosan mencium aroma ini. Seakan candu yang selalu berhasil membuatnya datang dan bertekuk lutut.     

L mengangkat wajahnya dan menoleh ke atas, menatap suaminya yang kini menatap tepat ke sepasang mata hitamnya yang berkilauan. Ia hendak menanyakan pendapat London tentang senja yang demikian indah, tetapi saat kedua pasang mata mereka bertatapan, rasanya tidak ada satu pun pertanyaan yang terasa penting.     

Ia dapat melihat bayangannya di sepasang mata biru yang teduh itu dan cinta yang sangat besar. Tatapan suaminya justru kini membuat L terpukau, bukan lagi senja.     

Pelan-pelan L berbalik dan menghadapkan tubuh depannya pada tubuh London dan kemudian melingkarkan tangannya ke leher pria itu. London tersenyum tipis dan menundukkan wajahnya untuk mencium L.     

Mereka berciuman sangat lama dengan latar belakang matahari terbenam di ujung barat yang kini didominasi semburat ungu yang cantik sekali.     

Ketika akhirnya leher London Schneider sudah lelah menunduk untuk mencium L, ia kemudian mengangkat pinggang L dan membawanya ke tempat tidur.     

Bermesraan di tempat tidur lebih nyaman, pikirnya. Seperti biasa, L masih tersipu-sipu ketika London mengangkat pinggangnya dengan mudah dan kemudian membaringkannya di tempat tidur besar nan empuk itu. London segera naik ke tempat tidur dan mengambil posisi di atas L dan mencumbunya, melanjutkan kemesraan mereka di balkon tadi.     

Dengan lincah tangannya bergerak menelusuri kulit L mulai dari pipinya, hingga ke leher, bahu, dan perlahan jari-jarinya turun sambil menarik tali gaun L ke bawah, memperlihatkan tubuh atasnya yang indah.      

Dadanya yang membusung dan penuh segera terbebas dari kekangan gaun ketat dan kini tampak menggoda sang empunya untuk menjamah dan menaruh tanda kepemilikan.     

Melihat sepasang payuradara indah itu, kedua tangan London segera bergerak meremasnya lembut, membuat L mengerang pelan dengan suara yang terdengar bagaikan musik di telinga suaminya.     

London mencium L lagi dan menjelajah mulut gadis itu dengan lidahnya yang lincah, menerabas celah bibir L dan membelit lidahnya dengan penuh gairah. Setelah membuat gadis itu hampir kehabisan napas, ia menurunkan ciumannya ke dagu, leher, ceruk leher L, dan kemudian ke dadanya dan membuat beberapa tanda kecil di sana.     

Ia menahan diri untuk tidak menggigit lembut leher istrinya karena tidak mau membuat L malu saat turun bertemu keluarganya dengan banyak tanda kemerahan di tubuhnya yang tidak tertutup pakaian.     

Dengan penuh perhitungan ia hanya membuat tanda kepemilikan di bagian-bagian tubuh L yang tertutup bikini. Besok, saat mereka berjemur atau berenang, L tidak perlu kuatir akan tanda cinta di tubuhnya.     

Ketika bibir London tiba di bawah pusar L dan mencium serta mengigit lembut di sana, gaun gadis itu sudah lepas sepenuhnya hanya meninggalkan pakaian dalam sutera berenda tipis yang berbahan halus.     

L tak ayal mengeluarkan desahan seksi ketika bibir pria itu bergerak menelusuri tubuhnya. Ini membuat London menjadi semakin bersemangat untuk turun ke bawah dan kemudian mencium dan melahap bagian inti gadis itu yang sudah dipenuhi cairan cinta.     

Dengan cekatan sutera berenda tipis itu dilepas dari tempatnya untuk memberi akses penuh pada sang Arjuna.     

"Ahhh...." L mengejang ketika bagian intinya distimulasi tanpa henti oleh London dengan lidahnya sementara kedua tangannya masih setia meremas lembut kedua payudaranya.     

Tubuhnya belum selesai bergetar akibat orgasme pertamanya, ketika London yang dengan sangat cepat melepaskan pakaiannya sendiri kemudian mendorong kejantanannya masuk ke dalam liang kewanitaan L yang basah dan hangat.     

Gadis itu kembali mendesah panjang, menikmati perasaan penuh pada mulut rahimnya yang segera dipompa dengan gerakan teratur oleh suaminya yang kini juga berbagi kenikmatan yang sama yang sedang dirasakan L.     

Mereka bercinta dengan panas dan penuh gairah hingga akhirnya matahari sungguh menghilang ke peraduannya dan semburat ungu di langit berganti dengan warna malam yang dihiasi bintang-bintang. Keduanya kemudian sadar bahwa mereka harus menyudahinya.     

Walaupun London dan L ingin berlama-lama memadu kasih, namun keduanya seolah memiliki kesepakatan tanpa saling bicara, bahwa mereka harus turun ke villa utama begitu hari sudah malam untuk menemui keluarga mereka dan mengurusi Lily.     

Mungkin ini yang disebut sebagai telepati suami istri.     

Saat L hampir mendapatkan orgasme keduanya, London kemudian memompa semakin cepat selama beberapa menit dan berusaha mengejar agar mereka berdua dapat mencapai puncak bersama. Tidak lama kemudian tubuh keduanya bergetar bersama dan kemudian mengejang, lalu diam, menikmati aliran kenikmatan yang membawa mereka ke langit ketujuh.     

London menjatuhkan tubuhnya ke samping lalu segera menarik tubuh mungil L ke dalam pelukannya dan membenamkan kepala gadis itu di dadanya, agar ia dapat mencium rambut L. Keduanya berbaring dalam posisi itu selama lima menit, menikmati after glow setelah hubungan suami istri yang menyenangkan.     

"Hmmm.. sudah saatnya turun," bisik London akhirnya.     

"Hmm..." balas L sambil tersenyum.     

Mereka saling pandang dan kembali berciuman.     

"Aku mencintaimu," bisik London setelah mereka selesai berciuman. "Sekarang dan selamanya,"      

"Aku juga mencintaimu, sekarang dan selamanya," balas L sambil tersipu.     

London tersenyum lebar dan mengangguk. Ia lalu bangun dan menarik tangan L agar bangun dan mengikutinya ke kamar mandi. Mereka mandi bersama dengan cepat dan segera berganti pakaian dan kembali ke villa utama.     

Saatnya kini untuk makan malam setelah barusan menghabiskan tenaga mereka di tempat tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.