The Alchemists: Cinta Abadi

Pertemuan Orang-Orang Jahat



Pertemuan Orang-Orang Jahat

2Ketika gala dinner dimulai, para peserta konferensi dibuat terkagum-kagum dengan penataan meja dekorasi makanan yang dihidangkan oleh chef Michelin kelas dunia. Hiburan yang ditampilkan untuk mereka juga tidak main-main, menampilkan para musisi papan atas dunia yang ada di bawah manajemen Brilliant Mind Media.     

Terdengar decak kagum di sana-sini saat para delegasi melihat hidangan yang dihadirkan dan dekorasi gala dinner yang demikian megah. Mereka belum pernah menghadiri gala dinner konferensi yang demikian mewah seperti malam ini. Para hadirin diperlakukan bagai para bangsawan atau socialites kelas atas dunia.     

Acara gala dinner dimulai dengan pertunjukan musik klasik yang sangat menawan, diikuti oleh pidato pembukaan oleh Dokter Muller yang merupakan salah seorang pimpinan di Rumah Sakit Berlin Metropole sebagai tuan rumah acara konferensi kali ini.     

Setelah itu ada beberapa pertunjukan lainnya sebelum kemudian ada sambutan dari London Schneider sebagai perwakilan dari Schneider grup. Pidatonya singkat dan padat namun memukau semua orang yang hadir.     

Nama besar keluarga Schneider dan juga ketampanan London sebagai pewaris keluarga itu benar-benar menarik perhatian banyak orang. Ketika dirinya sedang tampil di atas panggung dan berbicara memberikan sambutan, London memperhatikan ada sedikit ketegangan di salah satu meja yang ada di depan.     

Ia tersenyum tipis saat melihat Danny Swann tiba di ballroom dan segera mencari meja tempat Caroline berada. John Wendell serta anak perempuannya tampak bagaikan melihat hantu ketika pria itu tiba di meja mereka. Jan memang sangat efisien, puji London dalam hati. Jan berhasil membuat Danny Swann datang tepat waktu.     

Ia segera menyudahi pidatonya dengan diiringi tepuk tangan meriah para tamu yang hadir, lalu turun dari panggung dan menghampiri meja di mana John dan Caroline Wendell berada.     

"Selamat malam. Apakah semuanya baik-baik saja di sini?" Ia menyapa dengan suara yang hangat. Caroline tampak canggung melihat kehadiran London Schneider dan juga Danny Swann di tempat yang sama.     

"Ti.. tidak ada apa-apa," kata Caroline dengan tergagap.     

Danny Swann yang melihat sikapnya berubah aneh tampak keheranan. Ia lalu memegang tangan gadis itu dan berusaha merapatkan tubuhnya ke tubuh Caroline dengan sikap memiliki. Namun, Caroline dengan refleks menghindar dan menepis tangan pria itu.     

"Jangan sentuh aku," kata gadis itu.     

"Sayang, kenapa kau bersikap begini? Aku tidak berbuat kesalahan kepadamu..." cetus Danny. Ia lalu menoleh kearah John Wendell. "Paman, ada apa dengan Caroline? Bukankah kita sudah membuat kesepakatan? Aku sudah melakukan apa Paman minta kepadaku. Aku datang ke sini untuk memberitahumu bahwa semuanya sudah beres."     

"Aku tidak tahu apa yang kau maksud..." kata John Wendell dengan suara dingin. Ia mengambil gelas berisi wine-nya dan meneguk minumannya sampai habis.     

"Paman, kita tidak usah kuatir lagi. Marianne tidak akan menjadi penghalang lagi bagiku dan Caroline untuk bahagia." Danny Swann menjelaskan.     

John Wendell tampak membelalakkan matanya dengan ekspresi terkejut dan tubuhnya mundur sedikit. Suaranya terdengar serak saat ia menuduh Danny Swann sambil telunjuknya diarahkan pada pria itu.     

"Daniel...  Apa yang sudah kau lakukan? Apa kau sudah gila? Apa maksudmu menyingkirkan Marianne?? Apakah kau melakukan sesuatu kepadanya?!"     

Dalam hatinya, London memuji akting John Wendell yang cukup bagus. Sekarang, di depan umum pria tua ini akan menyalahkan semuanya pada Danny Swann.     

Bagus sekali.     

"Apa maksud perkataan Paman ini? Bukankah paman yang memintaku untuk menyingkirkan Marianne agar aku bisa menguasai semua harta warisan kakekku dan aku bisa menikahi Caroline? Kenapa tiba-tiba bersikap seperti ini?" tanya Danny Swann dengan kebingungan.     

John Wendell tampak shock. Tubuhnya hampir jatuh terhuyung jika saja Caroline tidak segera memapah ayahnya.     

"Ayah.. kau tidak apa-apa?" tanya gadis itu cemas.     

John tampak menggeleng-geleng dengan wajah dipenuhi horor. "Caroline...  A.. apa yang barusan dikatakan oleh Daniel? Apakah kau mendengarnya...? Dia bilang apa? Dia bilang dia telah menyingkirkan Marianne? Apakah itu benar? Aku tidak salah dengar?" tanya John kepada anaknya yang hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala dan ekspresi shock. John menatap Danny Swann dengan ekspresi tidak percaya. "Daniel Swann... mengapa kau melakukan hal itu? Oh, Daniel... Aku sudah mengenalmu selama belasan tahun. Aku selalu memperlakukanmu seperti anakku sendiri... Tetapi kenapa kau sampai hati melakukan ini dan merusak nama keluarga kami? Aku tidak mau punya hubungan apa pun lagi denganmu..."     

Gila, bandot tua ini sangat jago berakting, pikir London Schneider, hampir merasa kagum.     

"Danie.. Kalau memang kau melakukan hal terkutuk itu... Pergilah kau dari sini sebelum aku melaporkanmu kepada polisi.  Aku tidak mau terlibat dan mengotori tanganku dengan darah orang lain..." bisik John Wendell dengan penuh penyesalan.     

Melihat sikap John Wendell, Danny Swann merasa sangat terkejut.     

"Paman, ada apa ini? Apa yang terjadi kepadamu?" tanya London segera. Ia ingin agar Danny Swann segera menyadari kehadirannya. Benar saja, pria itu segera menoleh ke arah ke arah asal suara dan mengerutkan kening ketika melihat wajah London.     

Entah kenapa ia merasa seperti pernah melihat pria di depannya ini, tetapi ia tidak tahu pasti di mana.     

"Siapa kau?" tanya Danny kepada London dengan suara tidak ramah. Firasatnya mengatakan bahwa perubahan sikap Caroline malam ini ada hubungannya dengan pria yang sekarang berdiri gagah di depannya.     

Apakah... Caroline dan pria ini memiliki hubungan khusus? Siapa gerangan laki-laki ini? pikirnya keheranan.     

"Oh, London... Kau ada di sini," Caroline buru-buru beranjak ke sisi London Schneider dan memegang tangannya. Wajah cantiknya terlihat cemas dan khawatir. "Dia ini adalah mantan kekasihku. Ini adalah Daniel Swann. Mungkin kau masih ingat masalah warisan yang waktu itu."     

London mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk. "Benar, aku masih ingat. Ada apa?"     

"Ugh.. Danny mengatakan dia masih ingin menikah denganku, tetapi ia berkeras ingin mendapatkan harta warisan dari kakeknya. Ia berniat menyingkirkan gadis yang dijodohkan dengannya itu. Aku takut..." Suara gadis itu terdengar mengiba, seolah dirinya adalah seorang putri yang sedang mengalami kesusahan dan perlu diselamatkan sang pangeran berkuda putih. "Aku tidak menyangka orang yang kukenal sejak kecil sanggup melakukan hal keji seperti itu."     

Danny Swann membelalakkan matanya mendengar kata-kata Caroline yang sama sekali tidak diduganya.     

"Caroline! Aku melakukan hal itu untukmu! Kenapa kau bersikap seperti ini? Kau tahu aku melakukan ini demi dirimu... Ayahmulah yang memberikan kontak para pembunuh bayaran itu untuk membantuku. Kenapa sekarang kalian berpura-pura tidak tahu?" Sepasang mata cokelat Danny tampak dipenuhi kekecewaan.     

Perlu waktu beberapa detik bagi pria itu untuk menyadari bahwa John Wendell dan Caroline sudah merencanakan hal ini. Mereka tidak pernah berniat untuk membiarkan ia kembali bersama dengan Caroline.     

Kenapa mereka memperlakukannya seperti ini? Apakah Caroline sudah menemukan kekasih baru? Danny menatap London Schneider selama beberapa saat dan akhirnya ia mengerti apa yang terjadi.     

"Kau... dari keluarga Schneider?" tanyanya dengan suara perlahan, seolah tidak percaya.     

London mengangguk. "Benar. Namaku adalah London Schneider."     

Seketika bahu Danny Swann menjadi lemas. Ia baru menyadari bahwa Caroline benar-benar telah membuangnya karena gadis itu telah bertemu dengan pria yang jauh lebih kaya daripada dirinya.     

Ia baru mengerti bahwa Caroline tidak benar-benar mencintainya, karena wanita itu bisa dengan mudah meninggalkan dirinya untuk laki-laki lain.     

Kekecewaan yang begitu besar segera mengisi batinnya. Perlahan-lahan, kemarahan juga mulai bangkit dalam dirinya.     

"Kau ini bajingan busuk... Kalian benar-benar binatang...! Kau ingin menjebakku... Aku tidak bersalah atas apa yang terjadi pada Marianne... Kalian yang menyuruhku melakukannya...." Suara Danny Swann tiba-tiba berubah menjadi teriakan histeris. Pada saat yang sama, tubuhnya telah menghambur dan memukul John Wendell hingga terjatuh ke lantai dengan hidung berlumuran darah.     

Caroline segera menjerit-jerit berusaha meminta bantuan orang-orang yang hadir untuk menolong ayahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.