The Alchemists: Cinta Abadi

Menjebak Orang Jahat



Menjebak Orang Jahat

0John Wendell menyipitkan matanya dan mengamati baik-baik ekspresi Danny Swann. Ia tidak mengira pria ini akan berlaku demikian bodoh demi mendapatkan Caroline, putrinya. Ha. Memang orang yang sedang jatuh cinta cenderung akan berbuat bodoh, pikirnya.     

"Kalau begitu, kau pulang saja ke hotelmu sekarang. Aku akan menyuruh mereka menghubungimu," kata lelaki tua itu akhirnya.     

"Benarkah, Paman? Mereka akan membantuku?" tanya Danny dengan nada setengah memohon. "Aku sudah tidak punya pilihan lagi..."     

"Benar, kau bisa percaya kepadaku," kata John sambil menepuk bahu pemuda itu. "Caroline akan menemuimu begitu semua urusanmu selesai."     

Danny Swann hanya bisa menunduk lesu dan mengangguk. Pelan-pelan ia berbalik lalu berjalan keluar dari gedung konferensi. John Wendell masuk kembali ke dalam aula dan menemui London Schneider yang sedang berbincang-bincang dengan Caroline.     

"Maafkan atas gangguan tadi, Tuan. Keponakanku itu agak terganggu jiwanya," komentar John Wendell dengan nada meminta maaf.     

"Tidak apa-apa. Lagipula aku harus pergi. Selamat menghadiri konferensi ini, dan aku tunggu kalian untuk makan siang bersama." London membungkuk sedikit dan minta diri dari hadapan para dokter yang sedang menghadiri konferensi itu.     

Begitu London dan Jan menghilang dari pandangan, John buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Ia bicara dengan suara rendah dan kata-kata yang singkat. Caroline bisa mendengar sedikit-sedikit ayahnya menyebut penyanyi, dan membunuh.     

"Apakah Ayah akan membunuh penyanyi itu?" tanya Caroline dengan suara berbisik. "Berarti Ayah akan membantu Danny mendapatkan seluruh harta warisannya."     

John menyimpan ponselnya ke dalam saku dan menggeleng-geleng. Wajahnya tampak dihiasi senyuman jahat.     

"Tidak. Aku hanya menggunakan orang-orang itu untuk menyingkirkan Danny. Begitu gadis itu mati, semua bukti akan mengarah kepada Danny dan ia akan masuk penjara. Kita tidak usah memusingkan dirinya lagi."     

Caroline terkesiap mendengar kata-kata ayahnya. "A.. ayah, dia itu Danny, Ayah... Kenapa ayah ingin menjebaknya masuk penjara? Dia itu kan anak teman ayah...?"     

Tiba-tiba saja bulu kuduk Caroline merinding saat ia menyadari ayahnya dapat berlaku demikian kejam kepada Danny yang sebenarnya merupakan teman masa kecil Caroline. Keringat dingin mengaliri punggungnya saat ia mendengar rencana jahat ayahnya.     

"Kau jangan ikut campur," hardik John kepada anak perempuannya. "Tugasmu adalah melakukan apa yang kuperintahkan kepadamu. Kau tidak usah memikirkan Danny... Dia bukan laki-laki yang baik untukmu..."     

Caroline tertegun dan hanya bisa diam di tempatnya. Ia tidak berani melawan ayahnya.     

***     

"Kau sedang sibuk?" tanya Mischa lewat telepon ketika London menghubunginya lewat telepon setelah mendapatkan dua missed call dari pria itu. "Maaf aku mencoba meneleponmu beberapa kali tetapi tidak mendapat jawaban."     

"Tadi aku memang sibuk, sekarang tidak lagi," jawab London. "Ada hal penting apa  yang ingin kau sampaikan kepadaku?"     

"Aku baru mendapatkan informasi dari anggota kelompok assassin yang disewa John Wendell bahwa mereka barusan disewa lagi untuk suatu misi." Suara Mischa yang terdengar misterius membuat perasaan London menjadi tidak enak. "Yang menyewanya adalah Daniel Swann."     

"Apakah aku tahu siapa targetnya?" tanya pemuda itu sambil mengepalkan tinjunya. Ia dapat menduga siapa target yang diincar John Wendell berikutnya.     

"Dugaanmu benar. Tentu saja mereka tidak berani membunuh istrimu, tetapi ada satu hal yang cukup menarik.." Mischa kemudian mendeham pelan. Informasi ini memang sangat menarik baginya. "John memberi kontak mereka kepada Danny Swann agar ia dapat membunuh Nona De Maestri dan menguasai seluruh harta warisan kakeknya. Tetapi pada saat yang sama, John Wendell membayar ekstra kepada para assassin itu untuk menyerahkan bukti-bukti bahwa Daniel Swann yang menyewa mereka kepada polisi."     

"Apa katamu? Jadi John Wendell sendiri ingin menyingkirkan Danny Swann?" tanya London keheranan. "Ini membuat pekerjaanku menjadi lebih mudah."     

Ia tertawa kecil mendengar perkembangan kasus ini.      

"Jadi, bagaimana?" tanya Mischa.     

"Biar mereka mengurus Danny Swann kalau begitu. Aku akan mengurus John Wendell. Nanti siang aku harus makan siang bersama mereka. Nanti malam kita akan bereskan semuanya."     

"Baiklah," Mischa mengiyakan.     

"Terima kasih atas bantuanmu, Mischa. Aku tidak punya hubungan ke dunia hitam sama sekali..." kata London sebelum menutup teleponnya. "Kau sangat membantu."     

Mischa mendeham pendek mendengar kata-kata London. "Tidak usah dipikirkan. Kita ini keluarga."     

Ah, memang kini memang mereka adalah keluarga, pikir London sambil menutup teleponnya. Sepuluh tahun yang lalu keluarganya tidak akan terpikir memiliki hubungan erat dengan orang-orang dari dunia hitam, apalagi sampai menjadi keluarga.     

"Jan, kau pastikan Marc dan Dave masih menjaga keselamatan istri dan anakku, ya. Aku tidak mau ada kejutan yang tidak diinginkan," kata London sambil menoleh ke arah asistennya. Pria itu mengangguk dan dengan sigap menghubungi kepala keamanan London Schneider dan berkoordinasi dengan Marc.     

Sementara itu London memutuskan untuk menghubungi L di rumah. Istrinya itu sedang berlatih menyanyi, karena nanti malam ia akan tampil sebagai tamu istimewa di gala dinner untuk menyambut para peserta konferensi.     

"Hei.. kau sedang apa?" tanya London dengan suara mesra lewat telepon.     

"Aku barusan sedang latihan menyanyi. Kau sedang apa?" L balas bertanya.     

"Aku sedang menyiapkan banyak hal. Aku tidak sabar bertemu denganmu di gala dinner nanti malam," jawab London. "Kau jangan kemana-mana tanpa seizin Marc, ya? Aku perlu kau tetap di rumah dan hanya ke gala dinner nanti malam dengan ditemani Marc atau Dave bersama timnya."     

"Tentu saja, aku kan tidak bodoh," kata L. "Aku akan menjaga diriku dengan baik."     

"Aku senang mendengarnya." London tersenyum sendiri. "Aku mencintaimu, L."     

"Hmm.. aku juga."     

Setelah menutup telepon, London menghela napas panjang. Malam ini semuanya akan berakhir. Ia akan membalaskan dendam L dan membuat orang-orang yang bertanggung jawab untuk membayar perbuatan mereka.     

Ia telah memberikan pengampunan kepada kelompok assassin itu lewat Mischa asalkan mereka bersedia membantunya untuk menjebak John Wendell. Dan kini mereka juga akan menjebak Danny Swann yang dengan tega hendak membunuh L dan Lily hanya demi harta.     

Kalau ia mengikuti amarah yang berkecamuk di dadanya, tidak satu pun dari orang-orang itu akan dibiarkannya hidup.     

Tetapi ia tahu, membunuh orang jahat tidak akan mengembalikan keluarga L yang telah mati, dan malah akan membuat tangannya kotor oleh darah. Karenanya ia terpaksa menahan diri dan menyerahkan kepada polisi untuk menangani kejahatan mereka.     

Dengan wajah datar tanpa emosi, London datang ke restoran bintang lima tempat ia menjamu beberapa undangan penting di acara konferensi itu, termasuk John Wendell dan putrinya Caroline. Ia masih harus berbaik-baik kepada mereka dan membuat mereka lengah.     

Acara penting di saat gala dinner nanti malam, semuanya akan terungkap. Ia harus bersabar dan menahan diri.     

"Ah... terima kasih, Tuan sudah menjamu kami. Ini makan siang yang sangat menyenangkan. Kami jadi belajar lebih banyak tentang berbagai divisi farmasi Schneider Group," kata John Wendell dengan sikap diramah-ramahkan.     

"Kami mulai membuka divisi farmasi setelah Schneider Group mulai menjalin kerja sama dengan RMI dalam berbagai proyek penting. Seperti kalian tahu, RMI memiliki divisi farmasi yang kuat karena anak perusahaan mereka adalah perusahaan yang menemukan obat kanker," kata London sambil tersenyum. "Pemimpin RMI adalah kakak iparku. Mungkin kalian sudah mendengar?"     

"Astaga.. aku tidak tahu bahwa gosip itu benar.." cetus Caroline dengan sepasang mata membulat. "Berita yang beredar memang mengatakan putri keluarga Schneider menikah dengan Elios Linden dari RMI. Tetapi tadinya kupikir itu hanya gosip saja..."     

"Kakakku Aleksis Schneider memang menikah dengan Elios Linden," jawab London. Ia senang melihat reaksi Caroline dan ayahnya. Mereka tampak semakin antusias ingin menjadi bagian dari keluarga Schneider mengingat koneksi keluarga ini.     

"Wahh.. keluarga Tuan sangat mengesankan," kata Caroline dengan nada suara kagum.     

"Ah, Caroline.. sudah berapa kali kukatakan, tidak usah memanggil Tuan, kau panggil saja nama depanku," tukas London sambil tersenyum.     

Gadis itu tertunduk dengan pipi kemerahan.     

"Ah.. benar juga. Baiklah, Tu.. eh, London..." katanya kemudian.     

John Wendell melihat interaksi antara London dan anak  perempuannya dengan wajah puas. Ia sungguh yakin pewaris keluarga Schneider ini memang menyukai anaknya.     

Ha. Sungguh calon suami yang sangat cocok untuk anakku, pikirnya sambil tersenyum tipis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.