The Alchemists: Cinta Abadi

Nasihat Jan



Nasihat Jan

0Setelah London puas mengomel-ngomel ia lalu menanyakan pendapat Jan.     

"Bagaimana menurutmu?" tanyanya kemudian.     

Jan yang hampir ketiduran di ujung telepon sana, karena London mengomel selama hampir satu jam, tiba-tiba sontak bangun. Ia tidak ingat apa saja yang diomelkan bosnya sepanjang satu jam terakhir, tetapi ia menduga tentu masih berhubungan dengan L.     

Untunglah Jan adalah lelaki yang sangat cerdas, dan sangat mengenal London. Dengan mudah ia dapat menyimpulkan ujung perkataan London dan memberikan pendapatnya.     

"Hm... kurasa, Tuan harus menguji hati Tuan sendiri dan Nona L. Apakah Tuan memang hanya cinta kepadanya atau tuan hanya norak karena belum pernah tidur dengan perempuan lain sebelumnya," jawab Jan asal-asalan. "Aku mengerti kenapa Nona L begitu, dia masih sangat muda, bulan depan ia baru berusia 20 tahun, tetapi Tuan... sudah tidak muda lagi untuk ukuran manusia biasa. Yah, mungkin untuk standar kaum Alchemist Tuan ini masih dianggap anak bawang, tetapi Tuan sendiri lebih tua 3 tahun dariku dan aku saja sudah berkali-kali punya kekasih. Malahan.. Tuan ingat Diana dari divisi Finance? Aku hampir bertunangan dengannya..."     

"Diana? Yang mana?" tanya London keheranan. Ia ingat Jan pernah punya kekasih sebelum ini, tetapi ia tidak tahu ada yang begitu serius hingga hampir bertunangan. London membuat Jan begitu sibuk hingga asistennya itu hampir tidak punya kehidupan sosial.     

"Diana Klum. Kami hampir bertunangan dan hendak menikah, tetapi kemudian ia liburan ke Boracay sendirian dan bertemu pria seksi berkulit cokelat di sana. Dia bilang saat itulah ia sadar ia tidak mau bersama laki-laki yang begitu pucat hingga selalu dikira sakit oleh orang yang berpapasan."     

Suara helaan napas Jan membuat London bersimpati. Jan yang berkulit pucat seperti salju memang menghabiskan terlalu banyak waktu di dalam ruangan, bekerja untuknya. Dalam hati London merasa bersalah karena sangat merepotkan Jan selama ini sehingga asistennya itu bahkan tidak bisa berlibur bersama kekasihnya.     

"Uhmm... kau perlu liburan, Jan?" tanya London akhirnya.     

"Wahh.. aku akan senang sekali, Tuan." Suara Jan terdengar bersemangat. "Sudah lama sekali aku tidak mengambil liburan. Aku sangat ingin berjemur di pantai. Selama ini aku hanya berlibur dengan menebeng akses para traveler di Virconnect 4D."     

Kata-kata Jan sungguh membuat London tambah merasa bersalah, hingga untuk sesaat ia melupakan kekesalannya.     

"Uhm.. baiklah. Kau bisa berlibur seminggu mulai minggu depan. Tetapi pastikan semua urusan konferensi medis tertangani dengan baik," kata London akhirnya.     

"Terima kasih banyak, Tuan. Aku akan membereskannya. Tuan bisa mengandalkanku."     

"Hmm.. baiklah." London mengerutkan keningnya. "Lalu harus kuapakan L ini? Dia benar-benar membuat kesabaranku habis."     

"Ahem..." Jan mendeham dan mencoba memilih kata-katanya agar tidak menyinggung bosnya. "Tadi aku mengatakan bahwa Tuan dan Nona L masih sangat hijau kalau soal urusan asmara. Kalian kebetulan saja tidur bersama karena dijebak Stephan dan kini dipaksa dewasa dengan cepat karena memiliki anak."     

"Apa hubungannya?" tanya London tidak mengerti.     

"Ahem.. tadi aku hendak mengatakan bahwa mungkin saja perasaan Tuan kepada Nona L menjadi begitu kuat karena dia adalah wanita pertama, dan satu-satunya yang pernah tidur dengan Tuan. Kalau seandainya Tuan membuka horizon Tuan dan memberi kesempatan kepada wanita lain untuk masuk.. Tuan mungkin tidak akan berlaku seperti orang bodoh yang sedang jatuh cinta."     

"Apa kau bilang??" London mula-mula merasa tersinggung akan ucapan Jan, tetapi di dalam hati kecilnya ia membenarkan kata-kata Jan. "Menurutmu aku harus tidur dengan perempuan lain?"     

"Uhmm.. bukan begitu. Maksudku, Tuan cobalah membuka diri dan bergaul dengan banyak wanita. Tuan bisa kencan, saling mengenal.. dan yah, kalau memang chemistry-nya tepat, siapa tahu apa yang terjadi kemudian. Tetapi yang jelas, dengan semakin banyak memiliki teman wanita, Tuan akan dapat lebih mengerti macam-macam hati wanita."     

Jan menjadi semakin berani karena London tidak membantah kata-katanya. Ia lalu melanjutkan nasihatnya.     

"Kebanyakan orang normal itu mengalami pacaran dulu beberapa kali sebelum mereka memutuskan untuk menikah dengan seseorang. Tuan terlalu tergesa-gesa melamar Nona L hanya karena Nona L mengandung Lily. Tuan dan Nona L sudah merasakan sendiri betapa banyak konflik yang terjadi karena kalian belum pernah memiliki pasangan lain sebelumnya."     

"Tapi ayah dan ibuku juga tidak berkencan lama-lama. Ayahku langsung menikahi ibuku. Ibuku belum pernah punya kekasih lainnya..." protes London akhirnya.     

Jan menggeleng sendiri. Ia tentu sudah mendengar kelakuan Caspar Schneider sewaktu muda dulu dari kakeknya, Stanis. Caspar adalah seorang playboy yang kerap berganti kekasih.     

"Err.. Tuan Caspar sudah kenyang makan asam garamnya kencan dengan perempuan, dan ia sudah jauh lebih dewasa dari Nyonya Finland.. Mereka bukan contoh yang tepat," kata Jan.     

"Bagaimana dengan kakakku, Aleksis? Dia dan Alaric juga tidak pernah berkencan dengan orang lain, dan mereka langsung tahu bahwa mereka ingin bersama..." London masih berusaha memberikan contoh lain.     

"Uhm.. benar, tetapi perbedaan usia mereka sangat jauh dan Tuan Alaric juga bukannya tidak pernah bersama wanita lain. Dia bukan lelaki yang hijau seperti Tuan... Lagipula Nyonya Aleksis  berbeda dengan Nona L. Nyonya Aleksis memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan dan tidak pernah membuat marah siapa pun..." Jan mendeham lagi. "Intinya.. mereka juga bukan contoh yang tepat."     

London benar-benar pusing. Dalam hatinya ia mulai mengakui kebenaran kata-kata Jan. Mungkin ia memang perlu bertemu wanita lain agar dapat mengerti bagaimana rasanya menghadapi wanita selain L.     

"Kau tahu sangat sulit bagiku untuk bertemu wanita, Jan. Di mana aku bisa mencari perempuan untuk dikencani? Aku bertemu L saja karena aku menyamar sebagai orang biasa dan datang ke pesta Stephan. Dan kau tahu betapa gagalnya upayaku itu. Aku tidak mau lagi menyamar dan bertemu orang biasa..." omel London lagi.     

Ugh.. ia masih kesal akan peristiwa hampir setahun yang lalu itu. Sampai sekarang ia bahkan belum bertemu lagi dengan Lyanna karena ia sudah kapok ikut dengannya ke acara-acara orang biasa.     

"Uhm.. itu benar, dan aku juga tidak akan menyarankan Tuan untuk mengulanginya lagi.. Tetapi kenapa tidak mencoba kencan online? Aku dengar Tuan Nicolae sempat bertemu beberapa wanita di Singapura dan bahkan kini sepertinya ia sudah berhasil berdamai dengan perasaannya kepada Nyonya Aleksis. Terbukti dari kedatangannya ke Targu Mures kemarin dan sekarang Tuan Terry mengatakan ia dan Tuan Nicolae sedang bersenang-senang di New York."     

"Ah?? Kau tahu dari mana semua gosip itu?" London terhenyak. Ia baru bertemu Nicolae minggu lalu, tetapi bahkan ia tidak tahu berita ini.     

"Uhm.. aku banyak mengobrol dengan Tuan Terry..." jawab Jan terus terang. "Beliau masih sering membujukku untuk pindah ke New York dan bekerja untuknya."     

"Awas kalau kau menuruti permintaan kakakku," ancam London buru-buru. "Terry tidak sebaik aku yang masih memikirkan liburanmu."     

"Hmm.. yah, aku tahu. Tuan jangan kuatir." Suara Jan terdengar senang karena London sangat kuatir ia tinggalkan. "Aku hanya menyampaikan apa yang kudengar dari Tuan Terry. Mungkin Tuan mau mencoba?"     

"Kencan online? Ugh..." London terdengar cukup frustrasi.     

"Itu adalah cara mudah untuk bertemu banyak wanita. Aku bisa membuatkan profile yang bagus untuk Tuan. Tentu saja kita tidak mengungkap jati diri Tuan yang sebenarnya. Aku bisa jamin keamanan Tuan dalam setiap kencan yang kita atur."     

Jan menyebutkan berbagai detail yang diharapkannya bisa membuat London tertarik. Ia pribadi sudah gerah melihat bosnya begitu tergila-gila kepada satu wanita yang sepertinya tidak dapat menghargai bosnya secara semestinya.     

Menurutnya, London dan L harus sama-sama bertemu orang lain, agar mereka bisa lebih menghargai apa yang mereka miliki, terutama untuk L. Ia berharap jika L melihat London bertemu orang lain dengan lebih serius, ia akan lebih memikirkan pilihannya.     

"Tuan bisa berbicara dengan Tuan Nicolae dan mendengarkan masukannya, kalau Tuan tidak percaya kepadaku."     

Akhirnya London menyerah. Ia memang sudah kehilangan kesabaran dan L hari ini benar-benar membuatnya marah. Ia ingin sekali memberi pelajaran kepada gadis itu agar lebih menghargainya.     

Kalau selama ini L selalu memilih orang lain daripada dirinya, maka London juga akan mulai mencari orang lain yang bisa menghargai dirinya dan tidak akan menjadikannya sebagai pilihan kesekian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.