The Alchemists: Cinta Abadi

Mendapatkan Petunjuk



Mendapatkan Petunjuk

2Nicolae segera mencari berbagai rekaman gambar dari berbagai kamera yang ada di sekitar lokasi yang disebutkan Marion. Ia berhasil menemukan kapal kedua penjahat yang ditinggalkannya kemarin di area di luar Paris. Ia melihat kapal itu tiba dan diparkir di pinggiran kanal pada pukul 12 malam.     

Nicolae mempercepat berbagai rekaman hingga pukul 2 pagi untuk mencari tahu apa yang dilakukan orang-orang di kapal dan siapa yang tiba untuk membunuh mereka. Tetapi anehnya, ia tidak menemukan ada gerakan apa pun. Semuanya sepi. Tidak ada orang yang masuk atau keluar.     

Aneh sekali.     

Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Marion untuk mendapatkan konfirmasi. Jangan-jangan tadi ia salah memahami perkataan Marion.     

"Marion, kau bilang kedua penjahat itu dibunuh sekitar pukul 2 pagi? Apa tidak salah?"     

"Aku tahu mengenali mayat manusia. Tubuh mereka sudah mengalami kaku mayat selama beberapa belas jam. Kalau tidak percaya kau boleh datang sendiri ke sana untuk memeriksa mayatnya. Aku meninggalkan mereka di kapalnya," jawab Marion santai.     

Ia sedang berada di sebuah toko kosmetik dan memilih-milih beberapa kosmetik dan aksesori untuk JM saat panggilan telepon dari Nicolae masuk. Dengan acuh tak acuh ia bicara di ponselnya sambil menelusuri konter berbagai jepit rambut dan gelang. Beberapa wanita yang juga sedang meneliti aksesori di dekatnya tampak membeliakkan mata keheranan. Mereka menoleh ke arah Marion dengan ekspresi ngeri.     

Wanita ini... tadi menyebut tentang dua mayat di kapal? Astaga...     

"Kau tidak melaporkan pembunuhan itu ke polisi?" tanya Nicolae keheranan. "Jadi mayatnya masih di sana?"     

"Itu bukan urusanku," Marion hanya mengangkat bahu sambil mengangkat sebuah jepit berhiaskan batu mulia berwarna hijau. Ia lalu memanggil seorang pelayan toko dan menyerahkan jepit itu kepadanya. "Ini cantik sekali. Aku mau jepit ini ya. Hmm.. Aku rasa dua hari lagi orang-orang di sekitar situ akan segera mengetahui ada mayat. Tubuh mereka cukup mengenaskan. Aku menduga pembusukannya akan lebih cepat dari mayat biasa dan orang-orang akan segera mencium baunya dan melaporkan kepada polisi. Kalau melihat dari cara pembunuhannya, itu lebih seperti eksekusi oleh mafia. Ugh... kepala yang laki-laki hampir gepeng oleh pukulan bertubi-tubi dengan benda yang sangat berat."     

Para pengunjung toko yang mendengar kata-kata Marion segera tampak pucat dan buru-buru meninggalkan toko sambil menatapnya dengan ekspresi horor.     

"Aku sudah melihat rekaman CCTV di sekitar situ, tidak ada pergerakan sama sekali. Tidak ada orang yang keluar masuk kapal hingga pagi. Ini aneh..." Nicolae mengerutkan keningnya.     

Ia meneliti semua video yang diperolehnya dan akhirnya mendesah pendek. Ia baru menyadari bahwa siapa pun orangnya yang membunuh kedua penjahat itu telah memanipulasi semua rekaman gambar yang ditangkap CCTV di sekitar area tersebut untuk menghilangkan jejak.     

Seharusnya ia tidak menganggap remeh orang ini. Ia meneliti semua CCTV dari area sekitar, di luar semua kamera yang tadi diperiksanya, dan lagi-lagi menemukan bahwa semuanya dimanipulasi selama 3 jam.     

Siapa kau sebenarnya? Nicolae mengangkat wajahnya dan memandang Summer yang sedang tidur siang dengan pulas di sampingnya. Entah bagaimana ia dapat menemukan orang tua anak ini tanpa membongkar rahasianya.     

***     

Marion kembali datang membantu mengurusi Summer setelah makan malam. Kali ini ia ditemani JM yang tampak sangat senang melihat bocah lucu menggemaskan itu. Ia segera menoleh pada ibunya.     

"Mama... kenapa aku tidak diberi adik perempuan sih? Jean-Henri terlalu nakal dan berisik. Aku mau adik perempuan yang imut-imut seperti ini," tukasnya.     

"Eh... apa katamu? Kau pikir hamil dan melahirkan itu perkara gampang? Enak saja kalau bicara," omel Marion sambil menepis kepala anaknya.     

JM segera dengan cepat melompat menghindari sentilan ibunya. "Mama jangan sembarangan menyentil kepalaku. Nanti kalau karierku terancam bagaimana?"     

"Iishh... " Marion hanya memutar mata mendengar kata-kata JM yang pura-pura kesakitan. "Jangan membuat Mama malu punya anak perempuan lemah."     

Nicolae dan Summer hanya saling pandang menyaksikan interaksi ibu dan anak tersebut. Sejak JM beranjak besar, ia dan ibunya sudah tampak sama tinggi, sama cantiknya dan mereka sering pura-pura bertengkar, padahal keduanya sangat dekat.     

"Ohh... adik kecil, kau cantik sekali. Nanti kalau ibumu sudah ketemu, aku akan meminta izinnya untuk menjadikanmu model terkenal. Kita bisa menguasai dunia bersama-sama.. muhuahahahaha..." kata JM sambil mencium pipi Summer dan menggendongnya dengan ekspresi gembira.     

Summer hanya tertawa geli dan mengangguk. Ia lalu duduk di pangkuan JM yang segera mengupaskan jeruk untuknya. Mereka berdua tampak cepat sekali menjadi akrab. Setelah puas bermain, JM lalu membantu memandikan Summer dan memakaikan piyama baru untuknya.     

Nicolae dan Marion menyiapkan makan malam dan kemudian keempatnya makan malam bersama. Nicolae sama sekali tidak membahas tentang Summer di depannya dan JM. Mereka tidak ingin membuat kedua anak itu merasa ngeri.     

Tetapi setelah Summer tidur dan JM disuruh pulang ke suitenya, Nicolae duduk di teras penthouse bersama Marion dengan sebotol wine dan dua gelas. Marion menyampaikan dengan detail apa yang ditemukannya di kapal tempat kedua penjahat itu ditemukan mati dibunuh. Nicolae menjelaskan tentang laporan polisi dan beberapa keterangan yang diperolehnya dari Summer sendiri.     

"Kurasa pembunuh para penjahat itu bukan seorang wanita," komentar Marion. "Dari jejak-jejak yang ada, kurasa pelakunya adalah tiga atau empat orang lelaki. Kau bisa mencari jejak mafia atau kelompok penjahat yang ada di sekitar sini."     

"Oh, ya? Jadi menurutmu... orang tua anak ini terlibat dengan mafia?" tanya Nicolae sambil mengerutkan keningnya. "Aku kok tidak merasa begitu."     

"Yang jelas orangnya sangat menyukai privasi. Dia pasti punya alasan sendiri. Tapi yang jelas para  penjahat itu dibunuh oleh empat lelaki yang menghajar mereka habis-habisan. Seorang wanita tidak akan membunuh dengan berantakan seperti itu. Aku pribadi akan menghabisi mereka dengan racun, pistol berperedam atau pisau yang sangat tajam. Semuanya akan sangat bersih." Marion menyesap wine-nya sambil membayangkan adegan pembunuhan di kapal yang sangat brutal. Ugh... ia tidak menyukai pembunuh yang kasar.     

"Ah.. aku lupa menyelidiki kedua penjahat di kapal!" Nicolae tiba-tiba tersentak. Ia menaruh gelasnya dan mengambil tablet lalu membuka berbagai database. "Mereka bicara tentang belum mendapatkan bayaran. Kurasa mereka menculik anak itu untuk mendapatkan upah dari seseorang. Kalau aku bisa menemukan kelompoknya atau bosnya, aku bisa mencari tahu apa motif mereka dan dari mana mereka menculik Summer."     

Marion tersenyum melihatnya dan mengangguk-angguk. "Semoga berhasil. Aku akan menghabiskan wine-ku dan kembali kepada JM. Kabari aku kalau kau menemukan sesuatu dan perlu bantuanku lagi."     

"Tentu saja. Terima kasih, Marion."      

Marion meneguk habis wine-nya lalu minta diri. Sebelum melewati pintu, ia tiba-tiba berbalik dan mengetuk-ketukkan tangannya ke pintu. "Kalau kau butuh bantuan mengejar orang-orang bawah tanah di Prancis, kebetulan Mischa masih di Paris. Walaupun ia sedang kalut, kurasa dia pasti akan senang hati membantu."     

"Oh.. benar juga." Nicolae mengangguk. "Aku akan menghubunginya nanti. Terima kasih sudah membantuku mengurusi Summer. Selamat malam."     

Marion balas mengangguk dan keluar dari penthouse. Nicolae melanjutkan penelitiannya dan satu jam kemudian ia menemukan identitas kedua penjahat yang ditemuinya semalam dan sekarang telah menjadi mayat.     

Keduanya hanyalah penjahat kelas teri yang beberapa kali dipenjara karena kasus perampokan dan pencurian di berbagai kota di Prancis. Terakhir mereka diduga bergabung dengan kelompok penipu yang biasa berkumpul di Saint-Denis, sebuah distrik di pinggiran kota Paris yang terkenal kumuh dan sering terjadi kejahatan.     

Hmm... mungkin ia akan menemukan jawabannya jika ia menyambangi markas kelompok itu di Saint-Denis dan menginterogasi siapa pun yang berhasil ia temukan di sana. Ah... kalau begitu, ia terpaksa akan merepotkan Marion lagi untuk menjaga Summer selama ia pergi.     

Nicolae membuka-buka berbagai sumber informasi lain dan mencoba mengumpulkan lebih banyak keterangan.     

Ia baru saja hendak mengirim SMS kepada Marion untuk meminta bantuannya mengawasi Summer besok ketika ia pergi ke Saint-Denis, ketika tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu.     

Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00.     

Hmm.. siapa yang bertamu malam-malam begini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.