The Alchemists: Cinta Abadi

Pagi Yang Sibuk Di Penthouse



Pagi Yang Sibuk Di Penthouse

0Nicolae menyadari bahwa Tatiana bingung melihat kehadirannya di Paris. Ia menghampiri gadis itu dan tersenyum ramah.     

"Kau mau minum apa? Ayo kita ke dapur." Nicolae mengulurkan tangannya dan Tatiana menyentuhnya dengan ragu-ragu. Nicolae mengerti bahwa gadis itu masih shock. Ia menggenggam tangan Tatiana dan menariknya ke dapur. Nicolae juga memberi tanda kepada Altair untuk mengikuti mereka. "Sekalian bawa semua peralatan videonya."     

"Baik, Pa..." kata Altair sigap. Ia membawa nampan berisi barang-barang Tatiana dan tasnya lalu berjalan mengikuti mereka.     

Di dapur, Nicolae segera merebus air dan menyeduh teh untuk mereka. Ia sengaja memilih lokasi dapur untuk mengajak Tatiana bicara karena ia ingin membuat suasananya menjadi lebih ringan.     

"Kau sudah sarapan?" tanya Nicolae kemudian. Tatiana menggeleng. "Hm.. baiklah. Aku akan membuat pancake untuk kita."     

Tatiana duduk di kursi yang menghadap ke konter tinggi di dapur, berfungsi seperti bar, sambil mengamati Nicolae bekerja dengan pandangan mata kagum. Ia mengikuti semua gerak-gerik pria itu seperti seorang penggemar yang menyaksikan musisi favoritnya sedang konser.     

Altair hanya memutar matanya saat melihat adegan itu. Ia duduk di samping Tatiana dan menaruh barang-barang gadis itu di konter dapur.      

"Kalian mau minum apa? Papa sudah menyeduh teh, nanti jus dan susu bisa diambil sendiri di kulkas."     

"Aku cukup minum teh saja," kata Altair.     

Tatiana ikut mengangguk.      

"Baiklah. Oh ya.. kalian bisa membantu mengiris buah-buahan," kata Nicolae lagi. Ia menunjuk pisau dan buah-buahan yang ada di atas meja.     

Serempak, Tatiana dan Altair turun dari kursinya dan bergera ke meja untuk melakukan permintaan Nicolae. Entah kenapa, walaupun mereka sekarang sedang ada di sebuah penthouse yang sangat mewah, Tatiana kini merasa seolah mereka kembali berada di apartemen Nicolae di New York. Walaupun apartemen itu cukup bagus, tetapi tetap saja tidak dapat dibandingkan dengan kemegahan tempat ini.     

Pelan-pelan Tatiana menjadi tenang. Ia bisa mengupas kulit buah-buahan dengan baik dan kemudian mengirisi buah untuk ditaruh di atas piring. Sepuluh menit kemudian Nicolae telah menata pancake dengan sirup mapple, bacon dan telur, sosis goreng, dan irisan buah di meja makan untuk sarapan mereka.     

Altair menuangkan susu untuknya dan Tatiana, lalu jus untuk mereka semua. Sebelum ia duduk untuk makan, tiba-tiba ia teringat sesuatu.     

"Eh.. sebentar, aku mau mengajak JM sarapan. Dia pasti sekarang sudah bangun."     

Tanpa menunggu jawaban dari siapa pun, ia telah berlari keluar dapur dan kembali beberapa saat kemudian dengan JM yang tampak masih sangat mengantuk. Gadis itu bangun lebih awal saat Altair bangun pertama kali, tetapi kemudian ia kembali jatuh tertidur karena obat tidur buatan ibunya ternyata terlalu keras untuknya.     

Ia mengucek-kucek matanya dan duduk di kursi makan. "Terima kasih sudah menyiapkan sarapan."     

"Perkenalkan ini Tatiana, dia teman Vega," kata Altair buru-buru.     

Tatiana mengamati gadis yang baru datang ini dengan mulut ternganga. Ia belum pernah melihat gadis secantik ini, selain di majalah-majalah. JM memiliki kecantikan yang sangat unik. Penampilannya yang anggun sangat berbeda dari Vega yang cantik namun terlihat agak acuh tak acuh dan tak pernah berdandan.     

Walaupun baru bangun tidur, penampilan JM tetap terlihat sempurna. Rambutnya yang panjang ikal hingga ke pinggangnya tampak indah sekali, seperti baru keluar dari salon. Wajahnya tampak memiliki campuran Oriental dan bibir serta hidungnya yang mungil tampak kontras dengan sepasang matanya yang bulat besar.     

Tiba-tiba Tatiana merasa begitu rendah diri duduk di meja makan yang sama dengan gadis ini.     

"Hai, Tatiana.. senang bertemu denganmu." JM menyapa Tatiana dengan suaranya yang merdu.     

"Eh.. i.. iya. Hallo..." Tatiana mengerling ke arah Altair dan mendapati pemuda itu duduk memperhatikan JM dengan pandangan seperti anak anjing yang menemukan tuannya.     

Ia segera menyadari bahwa Altair sangat menyukai gadis yang baru datang ini.      

Ahhh... akan ada begitu banyak orang yang patah hati di sekolah, pikir Tatiana. Ia juga menaruh rasa suka kepada saudara dari sahabatnya itu, tetapi begitu melihat sendiri seperti apa gadis yang disukai oleh Altair, Tatiana segera mengaku kalah.     

Sekarang ia lebih memilih untuk memfokuskan perhatiannya kepada Pak Nicolae Medici yang tampan.     

"Ayo makan, kita bisa lanjutkan mengobrolnya nanti," tegur Nicolae.     

Ketiga remaja itu serempak mengangguk dan mulai menikmati makan pagi merea. Nicolae berusaha keras membuat atmosfer menjadi lebih ringan. Walaupun ia sendiri sangat kuatir memikirkan Vega, ia tahu bahwa ketiga remaja di depannya ini harus dibuat tenang. Anak-anak ini tidak dapat berbuat banyak mencari Vega dan tidak seharusnya mereka ikut stress.     

"Tatiana, kami ingin meminjam semua videomu dan menyelidiki isinya. Kemungkinan besar para penjahat yang menculik Vega telah mengincarnya sejak dua minggu lalu. Kami menduga, mereka mengikutinya kemana-mana. Jadi, kami berharap bisa melihat, apakah jangan-jangan ada dari mereka yang tertangkap kameramu," kata Nicolae sambil mereka sarapan.     

"Tentu saja, Paman. Aku tidak keberatan," kata Tatiana.     

"Kami akan membelikanmu ponsel yang baru supaya kau bisa tetap berkomunikasi selama kami meminjam ponselmu."     

"Terima kasih."     

Tatiana sangat mempercayai Nicolae. Ia sama sekali tidak merasa kuatir maupun takut berada di penthouse dengan kehadiran pria ini. Karenanya, ia menjadi kecewa ketika Nicolae memanggil dua pengawal yang membawa Tatiana ke penthouse dan menyuruh mereka untuk mengantar gadis itu pulang ke Hotel Amarylis.     

"Kalau begitu.. apakah, Altair juga akan ikut pulang ke hotel kami?" tanya Tatiana sebelum meninggalkan penthouse.     

Nicolae menggeleng. "Tidak. Altair akan tetap di sini bersama keluarganya. Aku akan menghubungi Pak Pierre dan menjelaskan semuanya. Kau pulanglah baik-baik. Steve akan mengantarmu dan membelikanmu ponsel baru. Nanti kalau kami sudah selesai memindahkan data-data videomu, kami akan mengembalikan semua peralatanmu."     

"Uhm.... baiklah. Terima kash, Paman."     

Tatiana tidak punya pilihan selain pulang ke hotelnya. Ia tidak dapat membantu banyak di penthouse. Ia lalu pamit kepada mereka semua dan pulang, dengan dikawal dua orang pengawal yang disediakan Alaric.     

"Ayo, Altair, kita harus memindahkan dan memeriksa semua rekaman video di sini dan mencari petunjuk," kata Nicolae sambil membawa semua alat yang dimaksudnya ke ruang kerja.     

Di sana ia dan Altair segera bekerja untuk memeriksa semua video yang diambil Tatiana selama di Prancis. Ada ratusan video panjang dan pendek yang harus mereka teliti. Nicolae kemudian mengirim sebagian kepada Marie agar gadis itu dapat membantunya memeriksa juga.     

Sementara itu, Alaric membersihkan luka-luka Mischa di salah satu kamar dan Lauriel segera datang membantunya untuk merawat anak angkat Alaric itu. Mereka tidak berkata apa-apa selama mereka membersihkan dan mengobati luka-luka Mischa. Mereka tak ingin membuat Mischa tertekan.     

Setelah selesai, dan Mischa berbaring di tempat tidur dengan pakaian bersih dan luka-luka yang diobati, barulah ketiganya berbicara untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dan mengapa Mischa bisa terluka di Provins pada tengah malam yang lalu.     

Mischa tampak sangat kalut dan marah, tetapi ia berusaha menahan perasaannya dan menceritakan apa yang terjadi dengan suara patah-patah. Ia mengaku mendapat SMS dari Vega yang mengajaknya untuk makan malam di restoran di puncak Menara Eiffel sebelum gadis itu pulang ke New York.     

Mischa setuju karena ia memang ingin bertemu Vega lagi. Ia mengira Vega akan datang bersama Altair. Namun, tiba-tiba saja Mischa menerima pesan dari orang misterius yang mengiriminya foto-foto Lisa yang sedang disekap oleh mereka.     

Mischa dipaksa untuk menyetir ke Provins untuk menyelamatkan kekasihnya. Pada saat  itu ia sama sekali tidak menduga bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada Vega. Ia tidak mengira bahwa sebenarnya Vegalah yang menjadi incaran utama para penjahat itu, dan mereka hanya ingin mengalihkan perhatiannya.     

Setahu Mischa, ada beberapa pengawal pribadi yang andal melindungi Vega dan Altair dari jauh, sehingga ia tidak terlalu kuatir.     

"Aku tidak tahu.. mereka menculik Lisa hanya untuk memancingku keluar dari Paris..." bisik pria itu dengan mata basah. "Kalau aku tahu... aku akan melindungi Vega dengan nyawaku.."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.