The Alchemists: Cinta Abadi

Siapa Penculik Vega?



Siapa Penculik Vega?

0Nicolae dan Marion tidak membuang waktu segera mengikuti jejak Mischa dari teleponnya. Mereka terkejut saat mengetahui bahwa ternyata Mischa tidak ada di Paris. Pria itu berada di Provins, sebuah kota kecil dua jam dari pusat kota Paris.     

"Aku pernah ke sana, tempatnya kuno dan indah sekali..." komentar Marion. "Kenapa dia bisa ada di sana?"     

Nicolae hanya menggeleng. Ia masuk ke dalam mobil yang disiapkan concierge hotel untuk mereka dan segera mengambil posisi di bagian kemudi. Perjalanan seharusnya memerlukan waktu dua jam, namun ia akan mencoba mengebut agar tiba di sana sebelum matahari terbit.     

Sementara itu, di penthouse, semua orang yang tersisa mencoba memikirkan cara terbaik untuk menghadapi masalah hilangnya Vega.     

"Ini pasti sengaja..." kata Caspar sambil menghela napas. "Bisa jadi ada orang yang mengetahui siapa Vega sebenarnya dan menculiknya untuk meminta tebusan."     

"Kalau itu benar, kita pasti sudah mendengar pesan dari mereka. Lagipula, kenapa tidak menculik Altair sekalian?" tanya Lauriel. Ia menatap Altair yang sedang duduk berduka di samping ibunya.      

"Dua orang mungkin dianggap merepotkan, jadi mereka memilih Vega yang lebih gampang ditangkap," kata Caspar lagi.     

"Tapi kalau ini memang penculikan untuk uang.. seharusnya kita sudah mendengar permintaan tebusan dari mereka." Petra ikut angkat bicara. "Ada kemungkinan lain..."     

Semua menatap pria itu dan entah kenapa mereka mengerti apa yang ia maksudkan. Namun demikian, tidak ada yang berani menyuarakannya secara terbuka. Mereka takut menyakiti hati Alaric.     

Salah satu kemungkinan mengapa Vega diculik, adalah karena dalang penculikan tersebut menyimpan dendam kepada Alaric. Bisa dibilang, di antara mereka semua, pria itu adalah satu-satunya orang yang mempunyai segudang musuh, baik dari sejak ia masih menjadi seorang pembunuh profesional, dan juga setelah ia menguasai dunia dengan teknologi.     

Ia telah menyingkirkan sangat banyak orang dan membunuh tidak terhitung korban. Kalau memang peristiwa teror malam ini dilakukan oleh orang yang pernah merasa dirugikan Alaric.. maka mereka harus mulai menelusuri satu persatu dan memangkas semua kemungkinan.     

"Kita tidak boleh membiarkan satu pun celah," kata Alaric tegas. Ia mengambil ponselnya dan menelepon Pavel. Ia juga tahu apa yang mereka pikirkan namun ia menolak untuk berduka dan menyerah.     

Siapa pun orang yang berani menyentuh keluarganya akan merasakan bagaimana Alaric membalas kejahatan mereka.     

Kau pikir aku sudah melakukan hal paling buruk dalam hidupku? Kau belum tahu apa yang mampu kulakukan, pikir pria itu dengan dada dipenuhi kemurkaan.      

Ia akan membuat siapa pun orangnya yang menculik Vega menyesal telah dilahirkan ke dunia ini.     

"Pavel. Sementara menunggu semua berkumpul di Paris, aku mau kerahkan orang-orang kita di seluruh dunia untuk mencari jejak Vega. Sebarkan fotonya di Splitz dan berikan hadiah satu milyar dolar bagi siapa pun yang memberikan informasi yang membantu kita menemukannya.     

Beri tambahan keterangan bahwa barang siapa mencoba memberikan keterangan palsu dan menyesatkan akan dituntut penjara seumur hidup. Mereka akan tahu aku tidak main-main. Sebarkan juga pengumuman ini di Darknet.     

Semua karyawan RMI di seluruh dunia wajib untuk pasang mata dan pasang telinga. Siapa yang berhasil memberikan informasi bermanfaat juga akan berhak menerima hadiah yang sama."     

Caspar mengangguk-angguk. Alaric benar dengan mengerahkan segenap karyawan grup perusahaannya yang tersebar di seluruh dunia. Entah Vega masih ada di Prancis atau sudah dilarikan ke tempat lain, akan ada ratusan ribu orang yang mengawasi keberadaannya. Belum lagi pengumuman lewat Splitz yang diakses milyaran orang setiap harinya.      

Dengan begini, baik orang biasa maupun para pemburu hadiah di Darknet akan berlomba-lomba untuk mencari Vega. Ratusan juta pasang mata akan jauh lebih baik daripada hanya mengandalkan mereka. Walaupun kaum Alchemist memiliki akses dan kekuasaan yang besar, tetap saja, dalam kondisi seperti ini, bantuan dari publik akan lebih berguna.     

Caspar lalu menghubungi London yang masih menunggu di Berlin dengan kalut. Ia memberikan perintah yang sama kepada anaknya. Semua karyawan Schneider Group harus pasang mata dan telinga untuk mencari cucu perempuan keluarga Schneider. Hadiah yang sama juga ditawarkan oleh pemilik grup bagi siapa saja yang berhasil menemukan Vega.     

Jan dan Terry juga segera mengambil tindakan dan mengadakan briefing darurat di kantor. Pagi itu, saat matahari baru terbit di ufuk Timur, semua kantor RMI dan Schneider Group di belahan benua Eropa sudah dibuat sibuk oleh peristiwa yang baru terjadi.     

***     

Pukul 7 pagi, Nicolae menghentikan mobilnya di depan sebuah penginapan cantik bermodel abad pertengahan di pusat kota Provins. Ia memarkir mobilnya dengan cepat dan kemudian menggedor pintu untuk masuk.      

Saat tangannya menyentuh pegangan pintu, ia kaget karena ternyata pintu itu tidak dikunci. Nicolae dan Marion saling pandang dan segera masuk ke dalam. Keduanya mengerutkan kening dan menahan napas saat melihat bercak darah di dinding dan perabotan.     

"Di sini telah terjadi pembunuhan..." kata Marion pelan. Ia ingat Mischa mengatakan bahwa mereka membunuh kekasihnya. Gadis itu hanya bisa menghela napas kasihan. Ia dapat menduga apa yang terjadi sebenarnya.     

Pasti para penjahat itu telah mengamat-amati mereka selama dua minggu terakhir dan mencari kesempatan untuk menculik Vega. Mereka sengaja mengumpankan Lisa untuk memancing Mischa keluar dari kota Paris.     

Karena pria itu masih sangat mencintai kekasihnya, ia pun pergi ke Provins untuk membebaskan Lisa. Namun, sayang... walaupun ia telah berusaha, mereka tetap membunuh Lisa setelah berhasil melakukan misi mereka untuk menculik Vega.     

"Asalnya dari kamar di ujung sana..." bisik Nicolae sambil menunjuk ke ujung lorong. Marion mengangguk dan berjalan mendahului Nicolae tanpa suara.     

Benar saja. Di gagang pintu kamar paling ujung, terlihat bercak darah yang sudah mulai mengering. Pasti di sini tempat terjadinya pembunuhan. Dengan hati-hati, Marion lalu membuka pintu dan bersiap melangkah masuk ke dalam.     

Kamar itu gelap karena lampunya sengaja dimatikan. Dengan sigap Marion bersembunyi di balik dinding setelah pintu terbuka. Ia tidak akan sembarangan masuk ke dalam ruangan yang gelap. Ia memeriksa layar ponselnya yang dilengkapi radar pencari panas untuk mengetahui apakah ada manusia di dalam ruangan.     

Ia hanya melihat satu sosok tubuh dalam posisi duduk. Mungkin ini Mischa, pikir Marion. Ia memberi tanda kepada Nicolae  bahwa sudah aman untuk masuk. Pria itu mengangguk dan kemudian melangkah ke dalam ruangan.     

"Mischa.. ini kami," kata Nicolae dengan suara halus. "Aku akan menyalakan lampu."     

Mereka tidak mendengar jawaban, hanya suara isakan tertahan. Nicolae menyalakan tombol lampu yang terletak di samping bingkai pintu dan suasana di dalam ruangan segera menjadi terang. Mereka sudah dapat melihat siapa orang yang duduk di lantai itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.