The Alchemists: Cinta Abadi

Seolah Tiada Hari Esok **



Seolah Tiada Hari Esok **

0Mereka bercinta dengan begitu mesra sepanjang sore hingga malam. Bagi Fee, itu adalah pengalaman pertama yang sangat luar biasa dan membuat perasaannya pada Ren menjadi semakin kuat hingga akhirnya tak dapat dibendung lagi.     

Pria itu memanjakannya dengan tanpa henti, merangsang titik-titik sensitif Fee yang dipelajarinya dengan cepat, dan membawanya ke surga berkali-kali. Suara erangan, desahan, dan rintihan gadis itu tak henti-hentinya terdengar di sepanjang kegiatan bercinta mereka, hingga akhirnya Fee tidak mampu lagi mengeluarkan suara.     

Saat itu terjadi, Ren pun akhirnya tampak kelelahan dan puas. Ia telah menunda pelepasannya cukup lama karena menyaksikan Fee mengalami orgasme berturut-turut akibat kerja kerasnya memberi kepuasan besar bagi pria itu.     

Ia juga merasakan aliran dopamin yang memenuhi kepalanya di sepanjang permainan cinta mereka, memberinya rasa bahagia dan puas yang tiada henti saat tubuhnya bersatu dengan Fee. Hal itu membuatnya enggan segera mengakhiri hubungan seksual mereka.     

Setiap kali ia memasuki Fee, aliran kenikmatan akan melingkupi tubuhnya, mulai dari inti tubuhnya hingga ke ujung-ujung syarafnya. Ren bukanlah Fee yang masih muda dan polos dan belum pernah tidur dengan lelaki mana pun sebelumnya. Pria ini telah memilki banyak pengalaman dengan berbagai wanita. Semuanya cantik, berpendidikan, dan dari kalangan terpandang.     

Dengan status dan latar belakang serta semua pencapaiannya, Ren dapat memperoleh wanita mana pun di dunia ini. Kini, dalam hati ia membandingkan bahwa semua wanita yang pernah ditidurinya tidak ada yang memberinya kenikmatan seperti yang diperolehnya bersama Fee. Gadis desa muda dan polos ini memiliki aroma tubuh yang sangat enak, seolah menghipnotisnya dengan begitu kuat.     

Tubuh Fee pun begitu sempurna, baik bentuk maupun rasanya... semuanya sangat ia sukai. Ren begitu menyukai bibirnya, lehernya, payudaranya yang penuh, perutnya yang indah, lekuk punggungnya yang sempurna, kewanitaannya yang mungil dan terasa manis, suaranya yang seksi...     

Gadis ini benar-benar membuatnya tergila-gila.     

Ren tidak tahu pasti apa yang dirasakannya terhadap Fee, yang jelas ia belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya. Saat ia memasuki Fee pertama kali, ia tiba-tiba menjadi jatuh sayang kepada gadis jelita yang seperti peri ini.     

Ketika tadi mereka minum wine bersama, pelan-pelan ia mulai tertarik kepada Fee secara seksual sehingga ia meminta Fee menginap bersamanya. Saat itu, ia murni hanya ingin tidur bersama Fee dan melupakannya keesokan paginya, seperti yang biasa ia lakukan pada gadis-gadis sebelum Fee.     

Namun, entah kenapa perasaannya berubah saat mereka berciuman dengan begitu mesra dan mulai masuk dalam permainan cinta itu sendiri. Kini dalam pikirannya, ia hanya ingin membuat gadis ini senang dan bahagia dengan menggunakan tubuhnya.     

Setiap kali Fee mendesah manja atau merintih nikmat, Ren akan merasa sangat senang dan membuatnya semakin aktif mengeksplorasi titik-titik kenikmatan gadis itu.     

Ketika Fee telah menjadi begitu lelah dan tidak sanggup lagi bersuara, Ren tersenyum simpul karena merasa ia telah sangat berhasil membuat pengalaman pertama gadis itu menjadi malam paling tidak terlupakan dalam hidupnya.     

Ia mencium Fee kembali dan melumat bibirnya dengan sangat mesra, mencurahkan segenap kasih sayang yang ada dalam dadanya untuk gadis desa yang tiba-tiba saja menarik hatinya dengan begitu kuat ini. Fee tidak mampu lagi bersuara, ia hanya memejamkan matanya dan menikmati serangan terakhir Ren dalam diam.     

Pria itu memompa keluar masuk dengan cepat selama beberapa menit dengan napas memburu. Saat ia merasakan dirinya hampir keluar, dengan cepat Ren menarik penisnya keluar dari tubuh Fee.     

Ia memeluk tubuh gadis itu erat-erat dari belakang sambil mengeluarkan pelepasannya dengan suara lenguhan pelan. Tubuhnya bergetar selama beberapa saat, sambil mengeratkan pelukannya pada Fee.     

Napas keduanya memburu dan jantung mereka berdebar kencang selama beberapa menit dalam posisi seperti itu. Perlahan-lahan, semuanya akhirnya menjadi tenang dan napas keduanya pun mulai melambat dan menjadi teratur.     

Ren lalu membalikkan tubuh Fee yang ada dalam pelukannya agar menghadapnya. Ia membuka matanya dan menatap gadis itu sambil tersenyum. Fee pelan-pelan membuka matanya dan menatap langsung pada sepasang mata cokelat terang itu. Bibir sang gadis jelita tersenyum malu-malu.     

Ren menyentuh pipi Fee dengan punggung tangannya dan kemudian kembali mencium bibir gadis itu.     

"Aku sangat menyukaimu, Fee..." bisik pria itu setelah melepaskan bibirnya dari bibir Fee. Ia kembali memeluk gadis itu dengan erat.     

Untuk pertama kalinya, Fee pun membalas pelukan Ren. Ia melingkarkan kedua tangan mungilnya ke dada dan punggung pria itu. Mereka berpelukan selama beberapa menit dan ia dapat merasakan detak jantung mereka menjadi seirama.     

Setelah beberapa lama, akhirnya Ren melonggarkan pelukannya.     

"Hmm.. sebaiknya kita tidur sekarang," kata Ren sambil melepaskan diri dari Fee. Ia lalu bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi di dalam kamarnya. Pria itu kembali tidak lama kemudian dengan handuk basah dan ia lalu membersihkan tubuhnya dan tubuh Fee dengan handuk itu.     

Wajahnya tampak agak geli melihat betapa berantakannya tempat tidurnya akibat permainan cinta mereka. "Hmm.. aku tidak berencana akan berhubungan seks dengan pelayan pribadiku di resort sehingga aku sama sekali tidak membawa pengaman... Jadinya seperti ini. Maafkan aku yang sudah membuat tempat tidur kita berantakan."     

Fee hendak mengambil handuk dari tangan Ren agar ia dapat membersihkan diri sendiri, tetapi Ren menolaknya dengan halus. Ia membersihkan tubuh gadis itu dengan perlahan-lahan, seakan menikmati prosesnya. Setelah itu, ia beranjak dan menyimpan handuk kembali ke kamar mandi.     

Ren kemudian mengeluarkan dua buah jubah tidur dari dalam lemari dan menyodorkan jubah yang lebih kecil kepada gadis itu. "Pakailah ini untuk tidur. Aku akan mengganti sepreinya dulu."     

"Eh.. Tuan, biarkan aku saja," kata Fee cepat. Pengaruh wine yang diminumnya dua jam lalu telah menghilang tetapi kepalanya masih dipenuhi perasaan bahagia akibat hubungan seksual mereka. Namun demikian, ia masih cukup sadar bahwa tidak seharusnya Ren yang mengganti seprei di tempat tidurnya, karena ia adalah tamu dan Fee adalah pelayan pribadinya.     

Ren mengerutkan keningnya mendengar kata-kata Fee. Ia kemudian menepuk bahu gadis itu pelan. "Bangunlah dan pakai jubah tidurnya. Kau sudah bukan pelayan pribadiku di villa ini, karena tadi sore aku sudah menyuruhmu pergi. Sekarang kau adalah tamuku, dan sebagai tuan rumah yang baik aku harus melayani dan menyediakan tempat tidur yang bersih dan rapi."     

Fee tertegun mendengar kata-kata Ren. Tanpa sadar ia mengangguk dan turun dari tempat tidur mengenakan jubahnya. Ia berdiri terpesona di samping tempat tidur, memperhatikan bagaimana Ren dengan cekatan melepaskan seprei dari tempat tidur yang barusan dibuat kusut dan basah oleh permainan cinta mereka. Pemuda itu lalu memasang seprei baru dan menata tempat tidurnya dengan rapi.     

Setelah semuanya beres, ia lalu naik ke tempat tidur dan memberi tanda agar Fee tidur di sebelahnya. Dengan patuh, gadis itu menuruti permintaan Ren. Begitu ia berbaring di samping Ren, pria itu memeluknya dari belakang dan membenamkan kepalanya di tengkuk gadis itu.     

"Hmmm.. selamat tidur, Peri cantik." Terdengar suara baritonnya yang khas berbisik di telinga Fee dan napasnya yang halus menyentuh kulit tengkuk gadis itu. Fee merasa seolah berada dalam mimpi dan hampir tak dapat mempercayai apa yang terjadi di antara mereka.     

Namun demikian, ia tidak dapat berlama-lama memikirkannya, karena tubuhnya yang kelelahan segera terbuai oleh perasaan damai yang melingkupinya dan ia pun jatuh tertidur.     

***     

Ren tidur dengan begitu pulas selama hampir sepuluh jam malam itu, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ketika pagi menjelang dan suara burung-burung berkicauan di luar membuatnya terbangun, ia segera teringat bahwa peri jelita yang membuatnya dapat tidur kini tengah berbaring dalam pelukannya.     

Aroma tubuh Fee yang khas segera menyerang hidungnya dan membuatnya tergoda untuk menciumi tengkuk gadis itu. Ciumannya yang mesra membuat Fee terbangun dengan desahannya yang seksi.     

Ren menjadi terpancing untuk melanjutkan ciumannya turun ke punggung Fee yang sedikit terekspos dari balik jubah tidurnya. Sementara itu, tangannya yang memeluk tubuh gadis itu segera merasakan gundukan lembut di dada Fee.     

Perlahan-lahan ia merayapkan tangannya masuk ke balik jubah Fee dan meremas kedua payudaranya, membuat desahan Fee semakin menjadi-jadi.     

Ren bangun dari posisinya berbaring dan membalikkan tubuh Fee menghadap ke arahnya. Ia lalu mencium bibir gadis itu dengan sangat mesra, sambil kedua tangannya memanjakan sepasang payudara Fee dengan remasan-remasan lembut,     

Tidak lama kemudian, kedua jubah tidur mereka telah dilepaskan ke lantai dan Ren kembali menyerang Fee, melanjutkan permainan cinta mereka dengan tenaga baru dan semangat yang lebih besar dari semalam.     

Mereka kembali bercinta dengan panas pagi itu, seolah tiada hari esok.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.