The Alchemists: Cinta Abadi

Pasangan yang Serasi



Pasangan yang Serasi

0Setelah berjalan mondar-mandir di suite-nya berusaha memikirkan apa yang harus ia lakukan, akhirnya Elien mengambil keputusan untuk mendatangi penthouse.     

Kalau Elios Linden sedang ada di penthouse sendirian, ia masih dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjebaknya. Ia tinggal mengaku kepada petugas resepsionis bahwa ia ditunggu di sana.     

Elien buru-buru turun ke lobi hotel dan mendatangi petugas resepsionis dengan wajah sedih.     

"Selamat sore... maafkan aku, tadi Tuan Elios Linden menungguku di penthouse, tetapi kunci yang diberikannya kepadaku hilang..."     

Petugas check in yang tadi menerimanya tampak keheranan mendengar penjelasan Elien.     

"Hmm... saya tidak bisa memberikan Anda kunci karena tidak ada perintah untuk membiarkan Anda masuk," jawab petugas ini.     

"Oh, tetapi ia sedang menungguku.... Kau tahu ia akan sangat marah kalau kau tidak mengizinkanku naik." Elien kemudian mengerutkan keningnya, "Apakah... apakah tadi ada orang yang sudah naik ke penthouse sebelum aku?"     

Petugas itu hanya menggeleng dengan sabar. "Tidak ada, Nona. Penthouse ini tidak disewakan kepada siapa pun, karena pemilik hotel sendiri yang menempatinya."     

"Oh..." Sesaat Elien termangu mendengarnya. Pemilik hotel St. Laurent adalah keluarga Schneider yang terkenal itu. Ia tidak mengira mereka menempati sendiri penthouse di hotel ini. Tadinya ia mengira Elios Linden menyewa penthouse di Hotel St. Laurent untuk acara malam ini. Kalau ternyata ia tidak menyewa penthouse itu, mengapa ia naik ke sana? Apakah ia mempunyai hubungan dengan keluarga pemilik hotel?     

"Begitu ya? Kalau begitu, bisakah kau menelepon ke atas dan memastikan memang Tuan Linden ada di sana dan keadaannya baik-baik saja? Tadi ia mengatakan ia sedang sakit. Aku hanya kuatir karena aku tidak bisa menghubunginya..." Akhirnya Elien menyerah.     

Petugas tidak bisa menolak permintaan ini dan kemudian menelepon ke penthouse. Setelah beberapa deringan, telepon mereka tidak juga diangkat.     

"Tidak diangkat! Jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya..." desak Elien lagi, "Tolong izinkan aku naik ke sana."     

"Maaf, kami tidak bisa mengganggu mereka. Kecuali kami mendapatkan permintaan langsung dari keluarga Schneider saya tidak bisa membiarkan siapa pun naik ke atas. Selamat sore, Nona."     

Elien tahu ia tidak dapat memaksa staf hotel untuk menuruti keinginannya. Bagaimanapun mereka bukanlah karyawan Splitz ataupun RMI, ini hotel milik Schneider Group dan ia tidak memiliki koneksi di sana. Dengan kesal ia akhirnya kembali ke suite-nya.     

Setelah tiba di suite, ia menelepon seseorang dan melaporkan kegagalannya.     

"Maafkan aku, rencanaku gagal karena Eli pergi ke penthouse... Aku tidak bisa memaksa masuk, petugas hotel tidak mengizinkanku..." katanya dengan suara gemetar. "Aku takut... ia akan mencurigaiku. Apa yang harus aku lakukan?"     

"Ugh... dasar perempuan tidak becus! Selama bertahun-tahun kau terus menjanjikan bahwa kau akan bisa mendapatkan Elios Linden dan semua kekayaannya!" Suara di ujung telepon tampak bengis dan dipenuhi kemarahan. "Kau sudah tidak berguna! Kau harus membayar hutang-hutangmu secepatnya, kalau tidak kau rasakan sendiri akibatnya!"     

"Kumohon... Aku akan melakukan apa saja.." Elien berusaha memohon dan pikirannya bergerak cepat untuk mencari solusi. "Asalkan aku berhasil lolos dari kecurigaannya aku masih bisa mencari cara lain. Kumohon tolong aku sekali ini..."     

Elien memohon berkali-kali dan akhirnya suara di ujung telepon memberinya kesempatan terakhir.     

***     

Alaric membuka matanya dan melihat jam, sudah hampir jam 8 malam. Aleksis berbaring dalam pelukannya, sama-sama kelelahan karena kegiatan bercinta mereka yang demikian intens sedari tadi. Alaric sudah dapat mengingat kembali apa yang terjadi dan ia hanya dapat menarik napas panjang.     

Ugh, kalau ia memikirkan tentang obat yang dimasukkan ke minumannya tadi, Alaric kembali menjadi murka. Kalau saja Aleksis tidak ada di sini, ia tentu telah melampiaskan hasratnya kepada perempuan lain, dan ini hanya akan membawa masalah baginya. Mungkin saja ia akan cukup marah untuk kembali membunuh orang.     

Ia mengecup kening Aleksis untuk membangunkannya. Walaupun sudah terlambat, ia tetap harus datang ke acara perayaan malam ini. Sangat penting baginya untuk memperkenalkan Aleksis agar mematikan semua gosip di luaran sekaligus memberi pelajaran kepada perempuan sialan yang tadi mencoba menjebaknya.     

Elien tidak tahu hukuman apa yang sedang menantinya.     

"Hmm... kita pergi sekarang?" tanya Aleksis yang juga sudah membuka matanya. Alaric mengangguk. Ia bangkit dari tempat tidur dan menarik tangan Aleksis untuk membersihkan diri ke kamar mandi.     

Aleksis masih belum bertanya kepada Alaric apa yang terjadi. Menurutnya suaminya akan memberitahunya semua bila saatnya tepat.     

"Sebentar, biar aku pesan makanan dulu biar nanti setelah mandi kita bisa langsung makan. Perutku lapar sesudah bekerja keras berjam-jam," kata Aleksis yang masih tersipu malu, mengingat kegiatan panas mereka barusan. Alaric mengangguk.     

Aleksis lalu memencet sebuah tombol di samping tempat tidur dan memesan makanan kepada operator. Karena ia sudah mengetahui makanan yang disukai Alaric, Aleksis dapat memesankan sekalian makanan untuk suaminya. Ia lalu mengikuti Alaric ke kamar mandi dan mereka mandi bersama.     

Setelah mandi dan berganti pakaian, keduanya menunggu makanan datang sambil berbincang-bincang tentang apa yang baru terjadi. Alaric tidak menjelaskan secara terperinci karena ia tidak ingin Alesis mendengar hal menjijikkan yang dapat dilakukan seorang perempuan untuk menjebak laki-laki kaya dan berkuasa seperti dirinya.     

"Yang jelas orang yang bertanggung jawab akan menerima hukuman setimpal," kata Alaric tegas.     

Bel pintu kemudian berbunyi dan Aleksis segera menyambut para staf hotel yang datang membawa kereta makanan dengan hidangan yang tadi dipesannya. Untuk sesaat para pelayan hotel tampak terkesima melihat keduanya.     

Aleksis dan Alaric memang terlihat sangat mengagumkan dan serasi. Kedua staf itu belum pernah melihat pasangan yang demikian rupawan seperti keduanya. Yang laki-laki memiliki penampilan unik dengan wajah sangat tampan, bertubuh tinggi besar dan kukuh, serta rambut berwarna platinum keunguan dan sepasang mata biru keunguan yang cemerlang.     

Mereka belum pernah melihat langsung Elios Linden, tetapi mengetahui ciri-ciri fisiknya dari berita dan gosip yang beredar, sehingga mereka dapat langsung menyimpulkan ini adalah orang yang dimaksud, apalagi mengingat malam ini Splitz memang sedang mengadakan acara penting di ballroom hotel St. Laurent.     

Yang wanita.... oh, sungguh perwujudan kesempurnaan, pikir mereka kagum. Aleksis adalah wanita paling cantik yang pernah mereka lihat dengan tubuh ramping dan sepasang kaki jenjang yang indah, rambutnya berwarna madu dan sepasang matanya yang masing-masing memiliki dua warna, biru dan hijau, terlihat bersinar-sinar cerdas.     

Mereka tidak tahu siapa gadis ini, tetapi mereka dapat menebak pasti ada hubungannya dengan keluarga Scneider mengingat penthouse ini hanya dapat diakses oleh keluarga pemilik hotel.     

Sungguh pasangan yang sangat serasi! Mereka berkali-kali mengerling ke arah Alaric dan Aleksis yang duduk di meja makan dengan sabar menunggu mereka menyajikan semua hidangan.     

"Terima kasih," kata Aleksis sambil tersenyum ketika mengantar kedua staf itu keluar dari penthouse.     

"Kalau ada lagi yang Anda perlukan, silakan menghubungi kami kembali, Nona."     

"Nyonya," Alaric mengoreksi mereka. "Panggil beliau Nyonya."     

"Oh... baiklah, Tuan, dan Nyonya..."     

Setelah pintu ditutup kedua staf itu saling pandang sambil menunggu pintu lift terbuka.     

"Menurutmu siapa dua orang tadi?" tanya staf pertama kepada temannya. "Aku belum pernah melihat orang yang begitu cantik seperti keduanya."     

"Kau benar, bahkan yang laki-laki wajahnya pun cantik seperti perempuan. Aku bisa memandang mereka berlama-lama dan tidak akan pernah bosan."     

"Aneh, sekali, kenapa mereka tidak terkenal ya?"     

"Hush... yang laki-laki itu kalau tidak salah, dari penampilannya, adalah Tuan Elios Linden, dari RMI... itu Group perusahaan yang membawahi Splitz. Malam ini Splitz sedang mengadakan acara penting di ballroom kita."     

"Oh... aku pikir kau benar. Lalu siapa yang perempuan?"     

"Aku tidak tahu... Tapi tadi Tuan Linden menyuruh kita memanggilnya Nyonya..." Mereka saling pandang, "Apakah wanita itu istrinya? Mungkin dia seorang model pendatang baru... atau..."     

"Mungkin saja... Mereka tampak serasi sekali."     

Ketika pintu lift membuka dan keduanya masuk, pembicaraan tentang tamu istimewa di penthouse itu masih menjadi bahan perbincangan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.