The Alchemists: Cinta Abadi

Empat Tahun Kemudian



Empat Tahun Kemudian

Sebenarnya tempat terbaik melihat langit bukanlah tempat itu sendiri, melainkan dengan siapa kau melihat langitnya. Sama seperti rumah bukanlah bangunannya, melainkan keluarga di dalam rumah itu.     
0

Home is not a place, but a person. Rumah bukanlah bangunannya, melainkan orang yang kita cintai untuk membangun rumah itu bersama.     

Bagi Alaric, dengan kekayaan dan kekuasaannya, ia dapat dengan mudah pergi ke mana pun di dunia ini untuk mengamati langit, termasuk ke luar angkasa dengan program luar angkasa komersial yang sedang dimulai banyak perusahaan teknologi dunia, termasuk SpaceLab, salah satu anak perusahaan Rhionen-Meier Industries, namun baginya tempat terbaik tetap saja di atas kapal catamarannya 6 tahun yang lalu saat ia bersama Aleksis.     

"Terima kasih atas tawaranmu," kata Alaric, tetapi tidak memberi isyarat apakah ia akan menerima tawaran Kit itu atau tidak. Kit tetap tidak putus asa. Ia berjalan menjajari Alaric dan menatapnya sambil tersenyum.     

"Boleh aku tanya sesuatu?" tanyanya kemudian.     

Alaric menoleh dan balas menatapnya, "Silakan."     

"Hmm... apakah kau merindukan orang tuamu?" Kit terdengar sangat bersungguh-sungguh saat bertanya kepada Alaric sehingga untuk sesaat pemuda itu terdiam memikirkan jawabannya. Belum ada seorang pun yang selama ini langsung bertanya hal ini kepadanya.     

"Hmm..." Alaric memejamkan matanya dan berpikir.     

Kit menjadi agak serba salah dan buru-buru meminta maaf, "Maaf kalau pertanyaanku terdengar tidak sopan. Aku mendengar bahwa kedua orang tuamu telah lama meninggal dan kau selalu hidup sendirian sebelum Putri Portia dan Pangeran Ned menemukanmu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa keluarga... pasti sangat sepi..."     

Alaric membuka matanya dan menjawab, "Kau benar."     

Dada Kit seketika berdebar-debar. Ia tak mengira Alaric akan menjawab pertanyaannya, dan nadanya pun tidak ketus seperti yang diduganya.     

Alaric memang sangat kesepian! Dan itulah sebabnya ia menjadi seperti ini. Sikap dinginnya karena ia sangat kesepian... pikir Kit.     

Di dalam hatinya Kit bersorak. Ia akan menjadi teman pemuda ini, ia akan mendampinginya apa pun yang terjadi, dan membuatnya merasa Kit adalah satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Kit sanggup bersabar...     

"Aku turut sedih... " Saking semangatnya, tanpa sadar tangan Kit menyentuh tangan Alaric untuk menunjukkan simpati. Namun, entah kenapa kali ini Alaric tidak menarik tangannya untuk menghindar. Ia hampir tidak merasakan kulit Kit menyentuhnya karena ternyata kulit gadis itu benar-benar selembut salju.     

Saat keduanya sadar, Kit buru-buru menarik tangannya, "Ah.. ma.. maafkan aku. Aku baru ingat kau tidak suka disentuh."     

Alaric tidak menjawab. Ia tidak tahu apakah memang karena kulit Kit begitu halus sehingga tubuhnya tidak merasa terganggu, atau memang kondisi tubuhnya akhir-akhir ini sudah mulai membaik dan bisa menerima sentuhan.     

Alaric akhirnya mengangguk sedikit dan minta diri, "Aku sangat banyak pekerjaan, Kuharap kau tidak keberatan kalau aku tidak mengantarmu kembali ke ruang makan."     

Kit Blue hanya dapat memandang punggung Alaric yang meninggalkannya ke Sayap Barat istana. Alaric pergi begitu saja. Padahal tadinya Kit sudah senang karena mengira mereka mulai memiliki hubungan yang lebih baik karena tadi pria itu sepertinya mau terbuka kepadanya... Ia bahkan tidak menghindar ketika Kit menyentuhnya.     

Ah... baiklah. Kau mau sok jual mahal... aku tidak keberatan, pikir Kit.     

Walaupun ia masih sangat muda, Kit memiliki otak yang cerdas dan ia tahu bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang berharga seseorang harus bersedia membayar harganya. Semakin besar nilainya, tentu semakin besar pengorbanan yang harus dilakukan.     

Dan ia siap melakukan apa pun untuk mendapatkan Alaric. Ia tidak terburu-buru. Targetnya adalah mendapatkan kepercayaan pria itu dan menjadi satu-satunya wanita yang bisa menyentuhnya.     

Dan ketika saatnya tiba, Kit akan menjadi istrinya, mengukuhkan dukungan kepada Alaric untuk menjadi ketua klan, dan bersama mereka akan menguasai dunia.     

Semua pemikiran ini membuat dadanya mengembang karena bahagia. Kit kembali ke ruang makan dengan wajah berseri-seri.     

***     

EMPAT TAHUN KEMUDIAN     

.     

.     

Kastil Medici sore itu tampak meriah oleh suara tawa dua orang anak kecil yang berlari-larian di halaman kastil yang luas. Aleksis tampak duduk di kursi sambil membaca dan sesekali memperhatikan kedua anaknya.     

Sungguh waktu berlalu seperti terbang. Rasanya baru kemarin ia melahirkan mereka, tetapi sekarang kedua anaknya sudah berusia 9 tahun lebih.     

Sampai kini penampilan keduanya masih sama persis, walaupun mereka bukan terlahir sebagai kembar identik, sehingga Altair masih sering dianggap sebagai anak perempuan ketika mereka berjalan-jalan ke kota.     

Dalam waktu beberapa tahun lagi, hal itu pasti akan berubah, pikir Aleksis senang. Tubuh Altair pasti akan tumbuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari saudara perempuannya, sehingga mereka akhirnya akan dapat dengan mudah dibedakan, dan ia tak perlu terus-terusan merasa kesal karena sering dikira perempuan.     

Aleksis pun sudah tak sabar ingin melihat Altair dewasa. Anak laki-lakinya itu pasti mirip sekali dengan Alaric. Secara tidak langsung Aleksis akan dapat melihat wajah suaminya yang selama 10 tahun ini ia rindukan.     

Ah.. benar-benar tidak terasa. Sepuluh tahun berlalu bagaikan mimpi. Setelah waktu yang demikian lama, luka di hati Aleksis akhirnya sembuh dan ia mulai kembali seperti dirinya yang dulu, Aleksis yang periang, pemberani dan senang bertualang.     

Selama empat tahun belakangan ini ia sangat banyak menghabiskan waktunya bersama Nicolae dan anak-anaknya. Pemuda itu selalu saja bisa mencari alasan yang masuk akal untuk membawanya dan anak-anak bertualang.     

Mereka sudah pergi ke Gurun Gobi, melintasi Thailand hingga Eropa dengan naik kereta, bertualang di pedalaman Amazon, dan melihat aurora untuk ketiga kalinya, serta berbagai macam keseruan lainnya.     

Altair dan Vega menjadi sangat terekspos pada dunia luar yang penuh keajaiban dan tantangan. Tanpa Nicolae, Aleksis tahu ia takkan dapat membawa anak-anaknya menikmati keindahan alam dan belajar dari dunia luar sendirian, seperti yang dulu dia alami bersama Paman Rory.     

Karena itulah Aleksis merasa sangat bersyukur. Ia dan kedua anaknya dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan, dan Nicolae selalu menjaga mereka. Karena begitu seringnya menghabiskan waktu bersama, kini keempatnya sudah hampir tidak terpisahkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.