The Alchemists: Cinta Abadi

Kencan di Monte Carlo



Kencan di Monte Carlo

1Mereka makan malam di penthouse sambil menikmati matahari terbenam dari jendela besar yang menghadap ke laut. Pemandangannya sungguh luar biasa. Makanan yang dihidangkan jauh lebih istimewa dari biasanya dan semua yang tersaji menonjolkan kemewahan dan desain khas Prancis Selatan.     

Monaco adalah salah satu negara terkecil di dunia yang dulu merupakan bagian dari Prancis. Letaknya di antara Prancis dan Italia. Setelah keluarga Grimaldi naik takhta dan memimpin Monaco, kerajaan kecil ini menjadi kerajaan berdaulat. Sebagai negara kota yang kecil, segala sesuatunya yang ada di Monaco menjadi sangat mahal.      

Hanya orang-orang sangat kaya yang datang kemari untuk berlibur. Dulu kerajaan ini mengandalkan pemasukan utamanya dari kasino tetapi setelah Pangeran Rainier III berhasil memperbaiki ekonomi Monaco, kini hanya kurang dari 5% penghasilan negaranya diperoleh dari kasino dan selebihnya berasal dari pariwisata.     

"Kau mau berjalan-jalan di luar?" tanya Ren setelah makan malam. Fee mengangguk gembira.      

"Aku mau sekali! Pantainya terlihat indah," kata Fee antusias.     

Matahari baru saja terbenam dan langit sudah mulai menjadi gelap, tetapi Ren mengiyakan permintaan Fee. Keduanya turun dari penthouse dan berjalan-jalan di tepi pantai sambil bergandengan tangan.     

Di tengah lautan mereka bisa melihat ada begitu banyak kapal pesiar yang membuat pemandangan tampak begitu khas.     

"Monte Carlo indah sekali.." kata Fee berkali-kali. "Almstad juga indah. Tapi aku belum bepergian ke banyak tempat."     

"Itu benar," Ren mengangguk. "Aku belum sempat mengajakmu berjalan-jalan di Almstad. Maaf, aku sangat sibuk."     

Fee tentu saja mengerti kondisi Ren. Selain karena kesibukannya, pria itu juga sangat menarik perhatian di ibukota negaranya sendiri. Siapa yang tidak mengenal wajah pangeran Renald Hanenberg di Moravia? Kalaupun Ren akan mengajak Fee berjalan-jalan di Almstad, ia tak akan dapat melakukannya secara terbuka.     

Mereka bisa berjalan-jalan dengan lebih bebas di Monaco karena ia tidak terlalu dikenal di negara ini. Dengan santai Ren dapat berjalan sambil menggandeng Fee dan sesekali mencium bibirnya saat mereka berhenti di depan perairan.     

"Besok kita akan bertemu Johann untuk makan siang bersama. Lusa kita akan menikah di balaikota. Sebenarnya hanya penduduk Monaco yang bisa menikah sah secara sipil di Monaco, tetapi kita mendapatkan perlakuan khusus karena aku mengenal Johann dan dulu pernah membantunya."     

"Ahh.. beruntung sekali," kata Fee sambil mengangguk.     

Ia sadar bahwa Ren memberinya perlakuan sangat istimewa dengan segera meresmikan status hubungan mereka walaupun mereka harus merahasiakannya selama beberapa tahun. Ia merasa Ren adalah laki-laki yang sangat bertanggung jawab dan penuh perhatian.     

Mereka memutuskan mampir di sebuah lounge dan menikmati minuman setelah berjalan-jalan di pantai. Fee memesan mojito dan Ren memesan segelas wine. Keduanya minum sambil berbincang-bincang dengan suara rendah.     

Penampilan keduanya yang sangat menarik sempat membuat begitu banyak pasang mata terarah kepada mereka. Karena itulah Ren meminta agar mereka diberikan meja di sudut yang paling tersembunyi untuk mendapatkan privasi.     

Fee dan Ren menikmati kencan mereka dengan perasaan bahagia. Ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar berkencan di luar rumah ataupun hotel. Fee merasakan dadanya berbunga-bunga sejak tadi mereka berjalan-jalan di pantai dan kini menikmati minuman berdua di lounge.     

"Maaf, kita tidak bisa sering-sering kencan di luar seperti ini," kata Ren dengan nada suara menyesal. "Tolong beri aku waktu beberapa tahun, hingga aku bisa melepaskan statusku. Sampai saat itu tiba, kita hanya bisa melakukan ini saat kita ada di luar negeri."     

"Aku mengerti.." kata Fee sambil tersenyum. Ia sangat senang mengetahui Ren seolah selalu dapat membaca pikirannya. Ia memang sedih karena mereka tidak dapat sering-sering kencan di luar sebagaimana layaknya pasangan biasa.     

Tetapi itu semua tidak penting. Apa kata orang juga tidak penting bagi Fee.     

Yang paling penting baginya adalah kenyataan bahwa dua hari lagi mereka akan menikah. Fee tak sabar ingin menghabiskan sepanjang hidupnya bersama pria ini.     

Ren menyentuh tangan Fee dan meremasnya lembut. "Kau sangat pengertian. Aku sungguh beruntung bertemu denganmu."     

Fee hanya tersenyum simpul mendengar kata-kata Ren dan menundukkan kepalanya dengan pipi bersemu merah.     

Suasana lounge terasa begitu romantis dan privasi. Mereka bercakap-cakap tentang perasaan mereka dan betapa indahnya suasana di Monte Carlo malam ini.     

Mereka baru memesan gelas minuman kedua ketika masuklah serombongan gadis sangat cantik ke dalam lounge.     

Para pria yang sedang duduk minum-minum bersama pasangannya segera mendapatkan tatapan ketus dari para wanita mereka ketika pria-pria ini serentak mengangkat wajah mereka dengan wajah terpukau menatap rombongan gadis muda luar biasa cantik yang baru masuk.     

Sebaliknya, pria-pria yang duduk minum sendirian atau bersama sesama teman pria, tampak seolah mendapatkan hadiah jackpot yang lebih besar daripada hadiah kasino. Ada empat orang wanita dalam rombongan tersebut dan semuanya mengenakan pakaian seksi dan modis yang memamerkan lekuk tubuh mereka yang tinggi ramping bak supermodel.     

"Eh.. itu kan rombongan supermodel yang kemarin show di Paris?" Terdengar bisik-bisik di antara para pengunjung yang cukup mengerti mode.      

"Benar. Rupanya mereka ke Monaco untuk bersenang-senang."     

"Astaga.. mereka terlihat jauhhhhh lebih cantik aslinya daripada di layar internet," cetus yang lain.     

Fee mengangkat wajahnya ke arah rombongan yang baru datang dan mengerutkan keningnya. Keempat gadis itu sangat cantik dan menawan. Mereka berempat sedang berdiri dan bicara dengan staff lounge yang kemudian mempersilakan mereka duduk minum di bar sambil menunggu meja yang kosong.     

"Uhm.. Nona-nona cantik, meja kami masih bisa menampung beberapa tamu. Kalau kalian bersedia bergabung dengan kami.. kami akan mentraktir kalian minum," kata salah seorang lelaki tampan berpenampilan sangat mahal dari ujung kepala hingga ujung kaki. Di mejanya hanya ada dia dan seorang lelaki, temannya minum sejak satu jam yang lalu.     

Gadis-gadis itu tampak saling pandang dan kemudian bicara pelan di antara mereka.     

"Yah.. lebih baik bergabung bersama mereka sambil menunggu meja kita sendiri," kata salah seorangnya.     

Yang lain mengangkat bahu dan akhirnya mengikuti keputusan sang gadis.     

"Baiklah.. kami akan bergabung sementara." Seorang gadis yang paling cantik di antara mereka memberi tanda dengan tangannya untuk memanggil staf tadi. "Kami akan menunggu di meja ini... Tolong nanti kalau sudah ada meja kosong, kami dipanggil ya..."     

"Baik, Nona."     

"Meja atas nama?"     

"JM," jawab gadis cantik itu dengan suara tegas. JM memiliki rambut ikal yang panjangnya hingga ke pinggang dan ia terlihat seperti boneka barbie yang sempurna dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sepasang mata kucingnya berwarna biru cemerlang menghiasi wajahnya luar biasa cantik dengan keanggunan pada setiap gerak-geriknya.     

Dua pria yang duduk di meja tersebut segera keluar dari kursinya dan mempersilakan gadis-gadis itu untuk masuk.     

"Kami senang kalian mau bergabung dengan kami. Suasana di sini dari tadi cukup membosankan karena temanku ini berkeras bicara tentang bisnis," kata pria pertama yang tadi mengajak mereka bergabung. Dari aksennya, ia terdengar seperti orang berkebangsaan Amerika. "Perkenalkan.. namaku John, dan ini temanku David."     

"Hai, John.. hai David." Gadis yang berambut pendek dibob dengan bulu mata lentik menyapa mereka dengan ramah. "Namaku Angie, ini Carla, itu JM dan yang satu lagi Lola."     

"Ahh.. mari minum untuk perkenalan kita," John memmberi tanda kepada pelayan untuk mengambil pesanan gadis-gadis itu. Ia sendiri memesan martini segelas lagi.     

"Kalian baru tiba di Monte Carlo?" tanya John penuh rasa ingin tahu. Saat ia bertanya, matanya tak pernah lepas dari mengamati JM. Ia belum pernah melihat gadis yang demikian cantik dalam jarak begitu dekat. Ia mengenali JM sebagai salah satu supermodel paling terkenal saat ini, tetapi ia tidak menyangka akan demikian beruntung dan bisa bertemu dengannya di Monte Carlo.     

"Yahh.. kemarin kami ada show di Paris. Setelah selesai show, kami memutuskan untuk mampir ke Monte Carlo. Di sini tempatnya sangat indah," jawab Lola. Ia melirik JM dan menyadari gadis itu sama sekali tidak mempedulikan perhatian John kepadanya. Gadis itu asyik meneliti daftar wine yang ada di menu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.