The Alchemists: Cinta Abadi

Pembicaraan Di Meja Makan



Pembicaraan Di Meja Makan

0Fee melihat raut wajah Amelia yang tampak tidak suka dan ia segera mendorong gadis itu agar keluar dari kamarnya.     

"Tolong tinggalkan kami. Aku mau merawat Ren," pinta gadis itu.     

Amelia bergeming di tempatnya. Ia menatap Fee dan mengerutkan keningnya. "Kapan kamar ini dirombak?"     

"Minggu lalu saat kami pergi berbulan madu," jawab Fee berusaha menahan sewot. "Mengapa ini menjadi urusanmu?"     

Amelia tidak menjawab. Ia berbalik pergi dan tidak menoleh lagi. Fee memegangi dadanya yang terasa panas. Ia tidak tahu mengapa ia merasa begitu marah. Amelia jelas-jelas bersikap buruk terhadapnya. Gadis itu memperlakukannya seolah Fee bukan nyonya rumah di situ.     

Namun demikian, mengingat Amelia adalah teman masa kecil Ren dan sekaligus sekretarisnya, Fee terpaksa harus menahan diri dan tidak menghajar perempuan menyebalkan itu.     

Ia menghela napas panjang dan masuk ke kamar mandi mereka dan membasuh wajahnya. Setelah membersihkan diri, Fee melepaskan sepatu dan pakaiannya lalu mengenakan jubah tidur dari lemari. Ia duduk di tepi pembaringan dan meraba kening Ren.     

Demamnya sudah turun. Gadis itu mendesah lega dan memutuskan untuk naik ke tempat tidur dan berbaring di samping Ren. Dengan penuh kasih sayang ia memeluk Ren dan membisikkan kata-kata cinta ke telinganya.     

Fee terkejut saat Ren membuka matanya sedikit dan balas memeluknya. Suaminya kemudian kembali tertidur.     

"Selamat tidur," bisik Fee sebelum kemudian memejamkan matanya.     

***     

Keesokan harinya kondisi Ren mulai membaik. Ia bangun sebelum Fee. Saat pemuda itu bergerak untuk duduk, Fee menjadi terbangun. Ia segera membuka mata dan buru-buru duduk di tempat tidurnya.     

"Heii... kau sudah bangun?" Gadis itu melihat jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Masih terlalu dini untuk bangun di musim gugur seperti ini. Ia menyentuh kening Ren dan mendesah lega. Suaminya tidak demam lagi.     

"Maaf, kau harus melihatku dalam keadaan seperti tadi malam," kata Ren dengan nada suara menyesal. "Sudah lama aku tidak jatuh sakit seperti itu. Mungkin aku kelelahan."     

"Tidak.. tidak apa-apa, kok. Aku senang kau sekarang sudah baikan. Bagaimana perasaanmu?" tanya Fee dengan penuh perhatian.     

Ren akhirnya tersenyum. "Aku merasa sangat diperhatikan."     

Fee membalas senyum suaminya dan ekspresinya berubah menjadi lega. Ia mencium Ren di bibir dengan mesra. Sang pria tampak kaget melihat inisiatif Fee, tetapi sesaat kemudian ia sudah membalas ciuman sang istri.     

"Ini baru jam lima pagi. Kenapa tidak kembali tidur?" tanya Fee.     

"Aku sudah tidur terlalu lama. Kalau tidak salah, kemarin aku pingsan begitu kita sampai di rumah, kan? Itu berarti aku sudah tidur selama lebih dari sepuluh jam. Lebih dari itu akan membuat tubuhku sakit-sakit." Ren menggeleng. Ia memberi tanda agar Fee kembali berbaring. "Sebaiknya kau yang kembali tidur. Kau pasti masih mengantuk. Aku akan mencari kesibukan sambil menunggumu bangun agar kita dapat sarapan bersama."     

Fee akhirnya menurut. Ia kembali berbaring dan menutupkan selimutnya hingga ke dada, sementara Ren turun dari tempat tidur dan mengenakan jubah tidurnya yang berbahan tebal dari lemari. Ia menyentuh kening Fee dan meniupkan ciuman untuknya sebelum keluar dari kamar.     

Fee kembali tertidur dan baru bangun saat matahari sudah muncul di ufuk Timur.     

Setelah membasuh wajahnya di kamar mandi dan menyikat gigi, gadis itu berjalan ke ruang makan. Di sana ia menemukan Ren sedang duduk menyilangkah kaki sambil membaca sebuah buku dengan secangkir kopi di tangannya.     

"Selamat pagi, Sayang..." Ren mengangkat wajah dan menyapa Fee begitu mendengar langkah kaki gadis itu memasuki ruang makan. Fee tersenyum dan mengangguk.     

"Selamat pagi. Kau sudah sarapan?" tanya gadis itu.     

Ren menggeleng. "Belum. Aku menunggumu."     

Fee merasa tersentuh. Ren sudah bangun sejak tiga jam yang lalu tetapi pria itu menunggunya untuk sarapan bersama. Kekesalannya akibat perlakuan Amelia tadi malam segera menghilang. Linda dan seorang pelayan lain meladeni pasangan muda itu makan pagi.     

Fee berusaha mencari tahu lebih banyak informasi dari Ren tentang penyakitnya, juga masa lalunya agar ia dapat lebih mengenal suaminya. Ia masih bertanya-tanya dalam hati, apakah kata-kata Amelia benar, bahwa Ren hanya memanfaatkannya, atau tidak.     

Namun demikian, perlakuan Ren yang manis membuatnya sama sekali tidak dapat marah. Kalaupun memang Ren memanfaatkannya... Fee tidak keberatan, karena ia memang mencintai pria itu dan dengan senang hati ia ingin membantu Ren agar dapat beristirahat dengan baik. Ia hanya ingin tahu apakah hal itu benar.     

Dan kalau memang itu benar... Ia berharap suatu hari nanti Ren dapat berubah dan membalas cintanya.     

"Kenapa wajahmu begitu?" tanya Ren saat melihat Fee tanpa sadar mengerutkan keningnya berkali-kali. Ia telah menghabiskan waktu 7x24 jam bersama Fee selama seminggu kemarin, tanpa pernah berpisah sekalipun dan sudah sangat mengenal gerak-gerik dan sikap istrinya. Ia dapat menduga ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.     

"Uhm... aku hanya sedang memikirkan sesuatu," kata Fee pelan.     

"Apakah aku boleh tahu?" tanya Ren.     

"Amelia datang tadi malam. Ia langsung menuju kemari begitu aku meneleponnya untuk meminta kontak doktermu. Ia menolak memberiku nomor telepon dokter Henry. Ia juga tampaknya sangat tidak menyukaiku..." Fee berusaha menjaga intonasinya tetap netral, karena ia tidak ingin Ren menganggapnya sebagai wanita pengadu.     

Bagaimanapun Amelia adalah teman masa kecil Ren.     

Pria itu tampak sama sekali tidak terpengaruh. Ekspresinya tetap sama setelah mendengar penjelasan Fee tentang pertemuannya dengan Amelia yang tidak menyenangkan.     

"Begitu ya?" Ia hanya berkomentar ringan. "Aku akan menegurnya."     

"Uhm... aku bukan bermaksud mengadu, tetapi aku perlu tahu seperti apa sebenarnya hubunganmu dengan Amelia agar aku tidak salah bersikap kepadanya," kata Fee. "Iya mengatakan bahwa kalian adalah teman masa kecil dan kau dulu tinggal bersama keluarganya setelah ibumu meninggal karena kedua ibu kalian berteman. Apakah itu benar?"     

Ren menatap Fee dalam-dalam, lalu mengangguk. "Itu benar."     

"Oh..." Fee mengangguk. "Kalau begitu... kita berutang budi kepada keluarganya karena telah merawatmu sejak kecil."     

"Kita?" tanya Ren keheranan.     

"Uhm... tentu saja sebagai istrimu aku juga berutang budi kepada mereka. Tanpa mereka, aku tidak akan bertemu suamiku..." kata Fee menjelaskan.     

"Itu benar. Tetapi utangku sudah kubayar lunas kepada mereka. Kau tidak usah memikirkan hal itu lagi," komentar Ren. "Apa lagi yang ia katakan kepadamu?"     

Fee ragu-ragu hendak menceritakan tentang tuduhan Amelia bahwa Ren menikahinya hanya untuk memanfaatkannya. Ia hendak menanyakan hal ini langsung kepada Ren. Tetapi, saat ia melihat wajah pemuda itu, seketika hatinya menjadi takut. Ia takut mendengar jawaban jujur dari Ren bahwa kesimpulan Amelia itu benar.     

Fee merasa belum siap menerima kenyataan itu secepat ini. Ia menelan ludah dan kemudian menggeleng.     

"Tidak ada apa-apa lagi," kata gadis itu akhirnya.     

Ren menatap Fee agak lama seolah berusaha membaca pikirannya. Ia tahu masih ada yang disembunyikan Fee darinya, tetapi ia tidak akan memaksa gadis itu untuk bicara jika ia merasa tidak nyaman.     

"Hmm... nanti siang, aku akan membantumu memilih sekolah. Kau bisa mengikuti beberapa kursus online dulu untuk mencari kesibukan dan belajar ketrampilan baru. Nanti bulan April kita akan mengurus pendaftaranmu kuliah," kata Ren sebelum mereka menyudahi sarapan.     

"Aku tidak terburu-buru, kok.." kata Fee. Ia sama sekali tidak memikirkan tentang sekolah di saat ia masih menguatirkan tentang kesehatan suaminya. "Kau benar-benar sudah baikan? Dokter Henry menyuruhmu minum beberapa obat. Nanti aku akan minta Linda untuk membelikannya."     

"Aku sudah lebih baik dari tadi malam, tetapi aku akan beristirahat sepagian ini."     

"Ah.. bagus sekali. Istirahat saja. Tidak usah memikirkan apa-apa. Aku bisa membereskan semuanya," kata Fee dengan lega.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.