The Alchemists: Cinta Abadi

Ditawari Tempat Tinggal Lagi



Ditawari Tempat Tinggal Lagi

2Fee merasa kaget ketika petugas resepsionis meneleponnya dan mengatakan bahwa ada seorang laki-laki yang menunggunya di lobi. Ia tidak merasa menunggu seorang tamu pun.      

"Ada apa?" tanya Mischa yang melihat wajah Fee tampak kebingungan. Ia baru tiba dengan selembar undangan di tangannya dan menaruhnya di meja gadis itu.     

"Entahlah. Petugas resepsionis bilang ada orang yang menungguku." Fee menatap undangan di mejanya dengan mata membulat. "Uhm... Bos, ini undangan apa?"     

"Ini undangan pesta tahun baru di istana," kata Mischa. "Rupanya setiap akhir tahun raja Moravia mengundang orang-orang penting di negaranya untuk menghadiri pesta meriah di istana utama. RMI mendapatkan beberapa undangan karena kontribusi kita pada ekonomi Moravia. Kau mau datang?"     

Undangan pesta tahun baru di istana?     

Fee menggigit bibirnya. Ia ingat tahun lalu Ren dipaksa datang ke pesta ini demi mewakili keluarga kerajaan. Fee tentu saja tidak dibawa. Fee dapat membayangkan di pesta itu tentulah lagi-lagi Amelia yang mendampingi suaminya.     

Ugh... Dulu, Fee ingiiiiin sekali datang ke pesta itu, atau minimal berkunjung ke istana, tetapi ia selalu harus menahan diri agar tidak menimbulkan masalah bagi Ren.     

Kini, setelah ia meninggalkan suaminya, ternyata kesempatan itu datang dari Mischa.     

Apakah ia sebaiknya datang? Tetapi nanti ia pasti akan bertemu Ren di sana...     

Fee tidak tahu harus bersikap seperti apa.     

"Apakah aku harus datang?" tanya Fee sambil mengerutkan keningnya.     

Mischa tampak keheranan melihat sikap Fee. Semua orang ingin sekali datang ke acara pesta di istana ini. Tetapi anehnya, Fee malah terlihat enggan.     

Ia dapat menduga ini ada hubungannya dengan Pangeran Renald. Apakah Fee dan orang itu sudah berpisah? Mungkinkah itu sebabnya Fee kini bekerja di RMI?     

Ia menjadi semakin penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi di antara Fee dan lelaki itu.     

Akhirnya Mischa menjawab dengan diplomatis. "Kau akan mendapatkan uang lembur kalau ikut menghadiri pesta tahun baru itu bersamaku."     

Fee menelan ludah. "Uhmm... itu seharusnya hari libur besar, Bos."     

"Kompensasi lemburnya dua kali lipat lembur biasa," kata Mischa menambahkan.     

Saat itulah Fee tahu ia tidak perlu berpikir lagi. Ia segera mengangguk dan mengambil undangan itu dan menaruhnya di tas. "Aku akan datang."     

"Kau juga bisa membeli gaun dengan menggunakan rekening kantor," kata Mischa sambil tersenyum. Ia lalu berjalan masuk ke kantornya. Ia sedang menunggu laporan dari anak buahnya yang memeriksa sidik jari Fee dan membandingkannya dengan data sidik jari Vega yang ada.     

Ia harus melakukannya diam-diam agar tidak membuat Alaric curiga. Sekali lagi, ia benar-benar sangat berhati-hati kali ini. Ia tidak mau ada satu pun orang dari keluarga Medici atau Schneider yang mendengar kabar bahwa ia menemukan gadis yang mirip Vega lagi.     

Fee beranjak dari mejanya dan turun ke lobi. Ia harus menemui orang yang sudah menunggunya dari tadi. Ia sungguh penasaran ingin mengetahui siapa gerangan tamu tersebut.     

"Selamat sore, Nyonya," John menyentuh tepian topinya, memberi hormat secara tidak kentara kepada Fee.     

Gadis itu tertegun melihatnya duduk di sofa lobi dan segera bangkit berdiri ketika melihatnya.     

"Mau apa kau di sini?" tanya Fee keheranan.     

"Tuan menyuruhku menemui Nyonya dan mengantarkan nyonya ke tempat tinggal yang baru," kata John dengan hormat.     

"Tempat tinggal yang baru?" Fee menggelengkan kepalanya. "Aku sudah punya flat. Ia tidak perlu mengurusiku lagi. Aku yang memutuskan untuk pergi. Karena itulah, aku sama sekali tidak menuntut apa pun darinya."     

"Saya tidak tahu apa-apa, Nyonya. Sebaiknya Nyonya menghubungi Tuan," kata John yang sama sekali tidak tampak tersinggung.     

Fee menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengambil ponselnya dari saku. Ia berjalan ke sudut lobi agar memperoleh privasi dan kemudian menelepon Ren.     

"Hei.. ada John di sini, katanya hendak membawaku ke tempat tinggal yang baru. Aku tidak mengerti apa maksudnya," kata Fee segera setelah Ren mengangkat panggilan teleponnya.     

Ren menjawab dengan tenang seperti biasa, "Aku tahu kau sekarang tinggal di flat kumuh di dekat Kota Tua. Aku tidak mungkin membiarkan istriku tinggal di apartemen yang tidak layak."     

Kumuh?      

Fee menggigit bibirnya berusaha menahan rasa kesal. Hanya apartemen itu yang mampu ia sewa di kota Almstad yang serba mahal ini, dan Ren menyebutnya kumuh???     

"Aku sudah bukan istrimu," hanya itu yang dapat ia katakan. "Aku sudah mengatakan ingin berpisah darimu. Kau tidak perlu mengurusiku lagi."     

"Selama kau belum bisa memberiku surat cerai, kau adalah istriku," jawab Ren santai.     

"Ugh..." Fee tahu ia akan membutuhkan sangat banyak uang untuk mengurus surat perceraian mereka ke Monaco.     

Apakah ia harus mengorbankan tabungannnya dan bonus-bonus lemburnya? Lalu nanti ia dan anaknya makan apa?     

Ren sungguh keterlaluan, pikirnya.     

"Jadi, sebaiknya kau ikut saja dengan John. Ia akan menunjukkan apartemenmu yang baru, kau bisa pindah ke sana kapan saja," kata Ren lagi. "Oh, ya.. aku juga sudah mentransfer uang tambahan untukmu bulan ini. Kalau kau membutuhkan ponsel baru, seharusnya kau bilang kepadaku."     

"Uang tambahan?" Fee mengerutkan keningnya keheranan.     

Ren memang selalu mentransfer uang ke rekening Fee setiap bulan untuk ia belanjakan sesukanya. Apakah Ren masih mengiriminya uang walaupun ia telah meminta bercerai?     

Dengan ragu-ragu, ia membuka internet banking dan memeriksa saldo rekeningnya. Astaga... uangnya bertambah lima ribu euro. Banyak sekali.     

Apakah ini cara Ren untuk menyuapku agar tidak jadi bercerai? pikir Fee.     

Mungkin suaminya menduga bahwa Fee ingin bercerai karena sang istri sudah tidak mencintainya dan Ren ingin membujuk Fee agar mau kembali kepadanya dengan segala cara.     

Ren salah. Fee masih sangat mencintainya. Tetapi ia bersikeras ingin pergi dari kehidupan Ren karena Fee lebih mencintai anaknya.     

"Dari mana kau tahu aku menggunakan ponsel baru?" tanya Fee dengan nada menyelidik. Ia bergidik membayangkan suaminya bisa mengetahui semua gerak-geriknya, di mana tempat tinggalnya yang baru, dan bahkan fakta bahwa ia kemarin mendapatkan ponsel baru.     

"Fee... kau ini istriku. Keselamatan dan kesejahteraanmu adalah tanggung jawabku. Aku sudah bilang bahwa aku melacak ponselmu, kau sudah tahu ini," jawab Ren dengan suara yang disabar-sabarkan. Ia memijat keningnya karena kesal. Sejak awal ia sudah memberi tahu Fee bahwa ia selalu mengirim orang untuk mengawasi Fee dan ia juga melacak ponselnya. "Kau ingat waktu polisi membawamu dan kau sempat membuang ponselmu ke tempat sampah? Aku melacak ponselmu untuk mengetahui keberadaanmu."     

"Oh.." Fee baru ingat peristiwa itu. Rupanya ia sering tidak terlalu memperhatikan saat Ren bicara kepadanya tentang hal-hal semacam itu. Ia lalu mengerucutkan bibirnya. "Kalau begitu, mulai sekarang kau tidak kuizinkan lagi untuk melacakku. Aku akan mengurus perceraian kita."     

"Fee.." Ren berusaha memanggil Fee dengan suaranya yang paling lembut. "Jangan keras kepala."     

"Aku tidak keras kepala. Aku sudah memikirkan ini matang-matang. Kau yang pergi meninggalkanku untuk berpikir selama sebulan dan akhirnya aku dapat mengambil keputusan. Inilah yang kuinginkan," kata Fee tegas. "Lagipula aku sudah memperoleh tempat tinggal baru. Kantorku menyediakan sebuah apartemen di gedung mewah untuk tempatku tinggal. Aku akan aman di sini dan kau tidak perlu mengkhawatirkanku."     

Ia tidak akan mengatakan kepada Ren bahwa ia ditawari untuk tinggal di penthouse bersama bosnya.     

Ugh, ini juga berarti ia harus memberi tahu Mischa bahwa akhirnya ia mengambil keputusan untuk pindah ke St. Laurent dan tinggal bersamanya. Semua gara-gara Ren memaksanya menempati apartemen baru!     

Ia lalu menutup panggilan teleponnya dan berjalan menghampiri John.     

"Aku sudah bicara dengan Ren dan mengatakan kepadanya semua alasan kenapa aku tidak bisa pindah ke apartemen yang diberikannya. Silakan kau pulang saja. Aku masih banyak pekerjaan." Fee menepuk bahu John dengan ramah dan kemudian berjalan kembali ke lft untuk kembali ke ruangannya.     

John terpaksa menelepon tuannya untuk melaporkan kegagalan misinya. "Tuan, Nyonya tidak mau ikut ke penthouse. Katanya ia sudah bicara kepada Tuan dan menjelaskan semua alasannya."     

Ren yang sedang berdiri di tengah penthouse-nya yang mewah hanya bisa memijat keningnya. Ia menebarkan pandangannya ke sekeliling dan mengamati interior penthouse yang demikian indah.     

Fee menolak tempat tinggal yang ia berikan. Padahal Ren hendak memberikan penthouse kesayangannya ini kepada istrinya. Saat Fee datang kemari beberapa waktu lalu, jelas tampak ia sangat kagum dan menyukai tempat ini. Ahh.. kenapa Fee menolak?     

***     

Fee mengetuk pintu ruangan Mischa dan membuka pintu. Kehadirannya yang tiba-tiba sangat mengagetkan pria itu hingga ia tersentak bangkit dari kursinya. Sepasang matanya yang tadi menatap hasil laporan sidik jari Fee seketika tampak bersalah. Ia buru-buru mematikan layarnya dan berdeham.     

"Ada apa? Kau mengagetkanku," tanyanya.     

"Bos.. aku sudah memikirkan kembali tawaranmu untuk tinggal bersamamu di penthouse.. tetapi..." Fee tampak menjadi canggung. Ia belum memberi tahu siapa-siapa bahwa ia hanya berencana untuk bekerja maksimal 5 bulan.     

Itu sebabnya ia berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan teman-teman kerjanya, karena tahu dalam waktu tidak lama ia akan pergi. Namun, kini dengan memutuskan tinggal bersama bosnya di penthouse untuk mengurusi beliau, mau tidak mau Fee akan menjadi semakin dekat denganya.     

Kalau sudah begini, Fee tidak akan tega pergi begitu saja. Ia merasa berutang pada Mischa untuk menceritakan hal yang sesungguhnya.     

"Bos.. aku mau tinggal di penthouse dan mengurusi segala sesuatunya, tetapi... aku tidak bisa lama. Aku hanya berniat untuk kerja selama maksimal 5 bulan." Fee tertunduk canggung saat menyampaikan itu semua kepada Mischa.     

Mischa hanya dapat menebak-nebak bahwa perubahan sikap Fee ini yang tiba-tiba mau tinggal di penthouse pasti ada hubungannya dengan tamu yang barusan datang menemui Fee.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.