The Alchemists: Cinta Abadi

Berpisah



Berpisah

3Fee hendak mengatakan bahwa ia juga menanyakan hal yang sama, kenapa Ren begitu keras kepala?     

Tetapi ia hanya menyimpan pertanyaan itu di dalam hatinya. Gadis itu menatap Ren dengan pandangan mata tenang. "Kau tidak usah takut aku membuka rahasia ini kepada siapa pun. Aku hanya ingin hidup tenang."     

Fee masih mempunyai sedikit tabungan dari uang bulanan yang Ren kirim ke rekeningnya setiap bulan dan gajinya dari Kafe Magnolia. Namun ia harus bekerja mengumpulkan uang, bukan saja untuk membiayai kuliahnya, tetapi juga anaknya nanti setelah lahir. Ditambah lagi biaya untuk ke Monaco dan mengurus sendiri perceraian mereka, karena Ren tidak mau mengurusnya.     

"Aku tidak pernah takut kau akan membuka rahasiaku, Fee. Aku percaya kepadamu," kata Ren.     

Tidak, kau tidak percaya kepadaku. Kalau kau percaya kepadaku, kita tidak akan seperti ini, pikir Fee sedih.     

"Baiklah kalau begitu. Aku sudah menyampaikan semua yang ingin kusampaikan. Kalau begitu, sekarang aku pergi dulu," kata Fee sambil beranjak berdiri untuk keluar dari penthouse. "Terima kasih atas tehnya."     

Ren mengikuti langkah Fee.     

"Kau mau kemana?" tanyanya.     

"Aku sudah membereskan barang-barangku dan akan segera keluar dari rumah. Aku sudah mencari flat kecil di kota," kata Fee. "Aku hanya akan merepotkan John sekali saja."     

Ren masih terkesima atas keputusan Fee dan tidak sempat mencegah Fee untuk pergi meninggalkannya.     

Semua ini di luar dugaan. Ia mengira ia mengenal Fee dengan baik dan dapat menduga langkah yang akan diambil gadis itu.     

Kenapa Fee tetap nekat meminta berpisah? Bukankah ia tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini? Ren adalah satu-satunya keluarganya. Kenapa Fee memutuskan untuk pergi?     

Ia merenung agak lama sebelum kemudian mengirim SMS kepada John untuk mengantar Fee kemana pun gadis itu ingin pergi dan kemudian melaporkan apa yang terjadi kepadanya.     

[Antarkan nyonya kemana saja ia perlukan. Tawarkan untuk menjemputnya kapan pun ia inginkan.]     

[Baik, Tuan.]     

***     

Fee hanya membawa satu koper kecil. Ketika ia membereskan barang-barangnya di kamar mereka, ia menyadari bahwa hampir semua barang miliknya di rumah itu adalah pemberian Ren. Ia merasa tidak enak membawanya.     

Ia tak ingin dianggap materialistis. Karena itulah ia hanya membawa barang-barang keperluan seadanya. Yang terutama dianggapnya penting adalah beberapa pakaian kesayangannya dan souvenir kecil dari tempat-tempat yang dikunjunginya bersama Ren.     

Ia tak dapat membuang kenangan indah bersama Ren ketika hubungan mereka masih baik-baik saja. Setidaknya, dari hubungan mereka itulah kini ia mengandung dan nanti akan memiliki anak. Sesungguhnya Ren salah kalau mengira Fee tidak akan meninggalkannya karena ia sebatang kara dan tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini selain suaminya.     

Fee justru mantap mengambil keputusan meninggalkan Ren karena ia mementingkan anaknya. Ia tidak mau anaknya nanti tumbuh dengan mengetahui bahwa ayahnya tidak menginginkannya. Fee tidak sanggup membayangkannya.     

Fee menginginkan anak ini dan ia akan merawatnya dengan sekuat tenaga.     

Sebelum ia meninggalkan rumah, Fee berpamitan kepada Linda. Kepala pelayan Ren itu tampak bersimbah air mata. Ia berusaha membujuk Fee agar tinggal, tetapi dengan lembut Fee menerangkan bahwa ia tidak bisa melakukannya.     

Dengan menguatkan hati, Fee lalu masuk ke dalam mobil dan menyuruh John mengemudi. Setelah mobil melewati pintu gerbang depan, gadis itu menoleh ke belakang, menatap rumah besar yang menjadi tempat tinggalnya selama 15 bulan terakhir itu. Tanpa terasa, air matanya mengalir dengan deras.     

Fee telah mencari flat kecil di pusat kota, masuk ke dalam gang kecil dan sangat padat. John tidak dapat mengantarnya sampai ke depan gedung karena jalannya tidak dapat dilalui mobil. Fee hanya meminta diturunkan di dekat taman dan kemudian ia berjalan kaki menuju gedung apartemennya.     

Tempat itu disewanya seharga 500 euro per bulan. Cukup murah untuk lokasinya. Namun seperti biasa, ada harga ada rupa. Unitnya berupa studio yang sangat kecil. Di dalam satu ruangan itu ada satu tempat tidur sederhana dengan dapur kecil dan satu kamar mandi. Itu saja.     

Bagi Fee, yang penting adalah sewanya terjangkau, agar ia dapat menabung sebagian besar uangnya. Ia masih memiliki sekitar 5000 euro di dalam rekeningnya.     

Kalau ia bekerja lagi selama beberapa bulan ke depan, ia akan dapat menambah simpanan untuk masa beberapa bulan ketika kehamilannya sudah terlalu besar untuk bekerja.     

Nanti, kalau kehamilannya sudah besar, ia akan membawa uang simpanannya dan pulang ke Salzsee. Di sana ia dapat tinggal di bekas rumah neneknya sehingga tidak perlu membayar biaya sewa. Biaya hidup di sana juga lebih murah, sehingga ia dapat berhemat. Di sana juga ia masih memiliki beberapa teman sekolah yang dapat membantunya dalam keadaan darurat.     

Ketika ia masuk ke dalam flatnya yang mungil, Fee berdiri terpaku sesaat, memandangi sekelilingnya. Ahh.. tempat ini tidak terlalu buruk, pikirnya.     

Ia dapat menaruh beberapa tanaman pot di dekat jendela dan di balkon kecil flat ini. Ia selalu dapat mengurus tanaman dengan baik. Kalau ada tanaman yang hijau dan segar di sini, suasananya pasti akan berubah menjadi lebih menyenangkan.     

Ia beristirahat sejenak dan kemudian mengatur barang-barangnya yang sedikit itu di lemari. Setelah beres, ia lalu bergegas ke pasar sore yang berada tidak jauh dari gedung apartemennya. Di sana Fee membeli beberapa tanaman, bahan makanan, dan barang-barang keperluan rumah sederhana.     

Setelah beres menata tanaman dalam pot dan membersihkan rumah, Fee membaringkan diri di tempat tidur dengan tubuh sangat lelah.     

Ah.. kasurnya keras sekali, keluh Fee sedih.     

Ia membuka seprei dan memeriksa kasur di tempat tidurnya. Ia hanya dapat mendesah ketika menyadari bahwa tempat tidur yang disediakan pemilik flat harganya sangat murah dan kualitasnya buruk.     

Ia berusaha tidur dan memejamkan mata, tetapi kasurnya malah membuat tubuhnya pegal-pegal.     

Ya ampun... apakah aku sudah menjadi manja karena selama 15 bulan hidup enak? tanya Fee kepada dirinya sendiri. Tempat tidur di rumah dibuat dari memory foam terbaik buatan produsen matras terbaik dunia.     

Ren yang selalu mengalami kesulitan untuk tidur telah membeli hanya kasur terbaik dan, selama tinggal bersamanya, Fee menjadi terbiasa dengan kasur seperti itu pula.     

Di sini, ia hanya menemukan kasur paling murah yang sangat keras. Fee sudah mencoba, tetapi ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat tidur. Ia sangat lelah.. tetapi ia sama sekali tidak sanggup tidur di kasur keras ini.     

Fee terduduk di atas tempat tidur sambil membenamkan wajahnya di kedua tangan dan ia pun menangis tersedu-sedu.     

***     

Fee menangis hingga air matanya kering dan ia jatuh tertidur. Ketika ia bangun, Fee merasakan tubuhnya sakit-sakit. Akhirnya dengan sedih ia harus mengakui bahwa ia tak akan dapat tidur di kasur yang disediakan pemilik unit.     

Dengan segan ia lalu membuka laptopnya dan mencari kasur yang lebih baik di marketplace. Uangnya terpaksa berkurang untuk membeli kasur yang hanya akan digunakannya selama beberapa bulan saja, tetapi Fee tidak punya pilihan lain.     

Kalau ia ingin bertahan hidup dengan baik, demi bayinya... maka ia harus tidur. Mau tidak mau ia harus membeli sendiri kasur yang layak.     

Setelah ia selesai memesan kasurnya, Fee memaksa diri untuk makan sandwich dan minum teh hangat, lalu berusaha tidur. Besok ia akan pergi ke Kafe Magnolia untuk terakhir kalinya karena ia ingin meminta gaji terakhirnya dari kafe itu.     

Ia tidak akan melanjutkan bekerja di sana sebagai pelayan, apalagi sebagai istri dari pemilik baru. Ia tak ingin Ren menganggapnya materialistis.      

***     

Fee mengucapkan terima kasih kepada Stevan atas kepercayaannya selama ini dan meminta maaf karena mengajukan pengunduran dirinya secara tiba-tiba. Ella dan beberapa teman kerjanya yang lain tampak merasa kehilangan.     

"Kau kenapa harus berhenti bekerja, Fee?" tanya Ella dengan suara pelan. "Apakah karena promosimu diberikan kepadaku?"     

Fee menggeleng, "Sama sekali bukan itu. Aku hanya perlu suasasana baru. Kau cocok menjadi asisten manajer. Selamat ya..."      

Ia memeluk mereka satu persatu dan kemudian pamit. Fee berjalan dengan langkah-langkah cepat menuju ke halte bus. Ia ingin segera mengajukan lamaran ke beberapa tempat baru. Baru beberapa puluh meter ia meninggalkan Kafe Magnolia, tiba-tiba terdengar ada sebuah suara yang memanggil namanya dari belakang.     

"Fee... tunggu!"     

Fee mengerutkan keningnya saat mendengar namanya dipanggil. Ia tidak merasa mengenal suara itu. Ia berhenti dan menoleh ke belakang.      

Ah.. pria yang dulu menolongnya! Sedang apa ia di sini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.