The Alchemists: Cinta Abadi

Setahun Bersama



Setahun Bersama

1Fee menatap Ren dengan mata membulat selama beberapa saat.      

"Kenapa ekspresimu begitu?" tanya Ren. "Kau tidak suka hadiahku?"     

Fee menggeleng. "Bukan begitu..."     

"Lalu?"     

Fee menundukkan kepalanya. Ia merasa hadiah ulang tahun pernikahan yang ia berikan kepada Ren tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan hadiah yang diberikan Ren kepadanya.     

"Aku hanya dapat memberimu hadiah syal buatan sendiri," kata Fee pelan. "Kau memberiku hadiah yang sangat besar. Bagaimana jika aku membuatmu rugi?"     

"Kenapa kau membuatku rugi?" tanya Ren tidak mengerti.     

"Kalau aku tidak becus mengelolanya... Kafe Magnolia bisa merugi dan kau akan kehilangan uang," kata Fee polos.     

Ren hanya tersenyum mendengarnya. "Uhm.. kalau kau tidak becus mengelolanya dan Kafe Magnolia merugi, maka bukan aku yang kehilangan uang, melainkan dirimu. Bukankah kafe itu sekarang sudah menjadi milikmu?"     

Fee tertegun mendengar kata-kata Ren. "Oh.. kau benar juga."     

"Tentu saja aku benar. Kau kan tahu aku disebut genius," kata Ren sambil tertawa kecil. Ia menatap Fee dengan pandangan geli. "Nah... bagaimana, kau mau mengucapkan terima kasih dengan menciumku atau bagaimana?"     

Fee menjadi tersipu-sipu. Ia lalu memeluk leher Ren dan melayangkan ciuman ke bibir suaminya. Ren menyambut ciuman Fee dengan senyuman. Ia sigap memeluk pinggang gadis itu dan menarik tubuh Fee ke pangkuannya.     

Mereka berciuman dengan mesra. Ren kemudian mengangkat tubuh Fee dalam pangkuannya dan membawanya ke tempat tidur mereka yang menghadap ke jendela besar yang menyajikan pemandangan lembah berisi perkebunan anggur yang siap dipetik.     

Dengan lincah tangan pria itu menyusup ke balik rok Fee dan mengangkatnya, memperlihatkan kaki jenjang Fee yang mulus dan sehalus salju. Dengan sangat lembut ia menelusuri kulit Fee mulai dari betis hingga ke paha dalamnya.     

"Ren..." Fee hanya bisa mendesah tertahan saat merasakan tubuh bagian bawahnya bergetar saat tangan Ren memanjakan kulitnya. Mereka telah menikah selama lebih dari setahun dan hampir setiap hari berhubungan intim, di saat Fee sedang tidak berhalangan, namun tidak sedikit pun kemesraan mereka saat melakukan hubungan seksual menjadi berkurang atau terasa hambar.     

Ia selalu menginginkan Ren dan suaminya selalu memuaskannya setiap kali mereka bersama. Fee merasa sangat beruntung. Setiap hari keintiman mereka selalu terasa baru dan mendebarkan.     

"Fee..." Ren menarik turun rok panjang yang dikenakan Fee dan kemudian menindih tubuh istrinya. Ia lalu menciumi Fee, mulai dari bibirnya, lalu turun ke lehernya dan meninggalkan gigitan-gigitan kecil di sana, kemudian turun ke dadanya.     

Dengan penuh perhatian ia lalu membuka kancing pakaian Fee satu persatu dan kemudian melepaskan blusnya. Tinggallah sang gadis jelita dengan hanya mengenakan pakaian dalam sutra yang seksi.     

Fee meraba bahu Ren dengan kedua tangannya dan menelusuri dada bidang suaminya. Wajahnya masih saja terlihat malu-malu walaupun mereka telah begitu sering berhubungan intim. Perlahan, Fee lalu melepaskan kancing kemeja Ren.     

"Terima kasih karena kau telah bertahan selama setahun ini bersamaku..." bisik Ren sambil mencium cuping telinga Fee dan membuat gadis itu menggelinjang kegelian. "Aku harap kau akan terus bersabar hingga tiba waktunya aku dapat mengumumkan kepada dunia...bahwa aku milikmu."     

Fee mengangguk pelan. Ia menatap mata Ren yang berwarna cokelat muda seperti madu dan berbisik. "Selamat ulang tahun pernikahan, Suamiku. Aku mencintaimu..."     

Ren tersenyum dan mencium bibir Fee lama sekali. "Selamat ulang tahun pernikahan, Istriku."     

Fee hanya bisa menelan ludah. Ia tersenyum dan mengangguk. Hati kecilnya ingin sekali mendengar Ren mengatakan bahwa ia juga mencintai Fee, tetapi ia tahu hal itu tidak mungkin terjadi, kecuali kalau Ren sengaja berbohong kepadanya dengan sembarangan mengucapkan kata cinta.     

Ahh... bukankah lebih baik tidak pernah mendengar kata cinta tetapi selalu diperlakukan dengan baik dan membuat Fee merasa dicintai, daripada dihujani kata-kata cinta tanpa perbuatan yang menunjukkan rasa cinta tersebut?     

Akhirnya, Fee menegur hatinya sendiri karena bersikap tamak. Ia merasa bersyukur karena memiliki suami yang memperlakukannya dengan begitu penuh perhatian dan selalu berusaha membuatnya bahagia.      

"Fee... aku sangat senang telah mengambil keputusan impusif tahun lalu dengan menikahimu. Aku merasa hubungan kita sampai sekarang tetap menyenangkan. Aku merasa bahagia saat bangun di pagi hari ada di sampingmu dan berangkat tidur di malam hari dapat melihat wajahmu..." kata Ren dengan sungguh-sungguh. "Kau juga membuatku begitu nyaman hingga aku bisa beristirahat dengan baik. Aku sangat beruntung!"     

Fee tidak menjawab. Ia menyentuh pipi Ren dan mengusap-usapnya dengan penuh kasih sayang. Rasanya, semua beban di kepala Fee, dan rasa cemburunya kepada Amelia menjadi sirna saat mendengar kata-kata Ren.     

Ia akan bersabar dan menunggu.     

Walaupun ulang tahun pernikahan mereka adalah seminggu yang lalu, hari ini adalah saat mereka merayakannya secara informal, karena besok mereka akan kembali ke Almstad dan mengakhiri liburan hari jadi pernikahan mereka.     

Ren mencumbu Fee dengan mesra sepanjang sore itu dan kemudian mereka bercinta seolah tidak ada hari esok.     

***     

Mereka kembali ke Almstad dengan perasaan ringan. Fee terutama merasa terhibur. Dua minggu yang lalu sebelum mereka pergi berlibur, ia tengah digelayuti perasaan kesal karena promosinya yang dibatalkan dan kemudian gangguan dari Hendrik dan teman-temannya.     

Waktu liburan selama dua minggu ketika mereka menghabiskan waktu hanya berdua di Rumania dan Italia benar-benar mampu mengembalikan semangatnya. Ren hampir tidak pernah menyentuh komputer maupun ponselnya selama waktu liburan mereka, dan Fee merasa semua perhatian Ren hanya tertuju kepadanya.     

Hal itu sungguh membuat Fee merasa benar-benar spesial. Suasana hatinya menjadi gembira dan ia bahkan bersenandung saat di perjalanan menuju rumah. Ren hanya melihat Fee yang bersenandung gembira dengan senyum tipis di bibirnya.     

Setahun telah berlalu dan mereka masih bersama. Apakah pernikahan mereka akan bertahan setahun berikutnya? Ia bertanya-tanya.     

Begitu mereka pulang ke Almstad, Ren masuk ke ruang kerjanya dan memeriksa berbagai dokumen yang memerlukan perhatiannya selama ia tidak ada. Amelia telah mengirim rekap berbagai kegiatan yang ia lewatkan dan segala rencana yang masuk dalam beban kerja Ren.     

Sementara itu Fee menghabiskan banyak waktunya di kamar dengan laptopnya dan memeriksa semua data terkait Kafe Magnolia. Ia ingin mengetahui semua informasi mendetail tentang perusahaan kecil yang diberikan Ren kepadanya itu, agar ia dapat mengurusinya dengan baik.     

Sungguh, Fee merasa sangat bersemangat dengan peran barunya. Ia akan mengelola Kafe Magnolia sebaik mungkin agar mendatangkan lebih banyak keuntungan, sehingga ia dapat membuat Ren bangga kepadanya.     

***     

Setelah kembali ke Almstad, Fee mencoba mencari tahu kabar tentang peristiwa penganiayaan anak walikota untuk mengetahui bagaimana kasus itu diselesaikan polisi. Ia telah mengetahui bahwa Ren memang mengirim Karl dan anak buahnya yang lain untuk menghajar Hendrik dan mematahkan kakinya.     

Fee ingin tahu sampai di mana penyelidikan polisi dan apakah mereka mampu menghubungkan semua peristiwa yang terjadi dengan pangeran Renald Hanenberg. Ia pun ingin memastikan bahwa tidak akan ada lagi orang yang nanti tiba-tiba menyerangnya dan menuduhnya terlibat penganiayaan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.