The Alchemists: Cinta Abadi

Kau Berutang Satu Kepadaku



Kau Berutang Satu Kepadaku

3Suasana di kantor polisi terasa begitu ramai. Ketiga gadis yang menuduh fee terlibat dalam penganiayaan terhadap Hendrik berkali-kali berusaha memukul Fee. Untunglah gadis itu dilindungi oleh beberapa polisi wanita yang mempersilakannya duduk dan menginterogasinya baik-baik.     

"Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan aku tidak ada hubungannya dengan kasus penganiayaan terhadap anak Walikota. Aku bahkan tidak mengenalnya," kata Fee berulang kali.     

"Tetapi mereka mengatakan bahwa Anda bertemu dengan Tuan Hendrik Milne sebanyak dua kali. Yang pertama di cafe Magnolia tempat Anda bekerja, dan yang kedua sebuah kedai es krim di kawasan Kota Tua."     

"Itu benar, tetapi dalam kedua kesempatan tersebut, justru dialah yang menggangguku. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku tidak ada urusan dengannya," kata Fee berusaha menjelaskan dengan baik-baik.     

"Ini cukup mencurigakan, karena dia tiba-tiba dianiaya oleh beberapa orang misterius tidak lama sesudah pertikaian di antara kalian," kata polisi wanita itu lagi.     

Fee menggeleng tidak sabar. "Ibu polisi, tidak ada pertikaian antara aku dan dia. Yang terjadi adalah dia menggangguku dua kali dan dua kali pula ada orang asing yang menolongku. Aku tidak mengenal siapa orang yang menolongku itu. Tetapi aku sangat berterima kasih kepada mereka, dan tanpa mereka, aku mungkin tidak ada di sini sekarang."     

"Tetapi Tuan Milne mengatakan bahwa salah satu lelaki yang menolong Anda mengaku sebagai suami Anda.. Mana yang benar? Tadi Anda bilang Anda tidak mengenal orang yang menolong Anda tetapi korban mengatakan orang itu mengaku sebagai suami Anda dan ia mengatakan hubungan Anda dan lelaki itu itu terlihat sangat dekat." Polisi itu mulai meninggikan suaranya. "Korban juga mengenali salah seorang lelaki yang mematahkan kakinya sebagai salah satu dari lelaki yang ikut memukulinya di Kafe Magnolia..."     

Kening Fee seketika berkerut.     

Karl?     

Apakah Ren mengirim Karl untuk ikut mematahkan kaki Hendrik?      

Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak tahu apakah memang Karl terlibat atau tidak. Kalau memang benar, pantas saja Hendrik mengejarnya dan menganggap Fee yang menjadi dalang penganiayaan terhadap dirinya.     

"Sudah kuduga, dia pasti peliharaan orang penting. Masukkan saja dia ke dalam penjara nanti pasti orang yang melindunginya akan keluar," tukas gadis berambut keriting yang sepertinya merupakan kekasih Hendrik. Wajahnya tampak merah karena emosi. "Aku sudah mengatakan kepada pelacur bangsat ini bahwa Hendrik adalah anak Walikota tetapi ia masih berani-beraninya mengirim orang untuk menganiaya Hendrik. Itu berarti, dia punya orang berkuasa di belakangnya yang tidak takut akan nama walikota."     

Fee hanya bisa memutar matanya mendengar tuduhan ketiga gadis itu yang ditujukan ke arahnya tanpa henti. Dalam hati, ia merasa lega karena telah membuang ponselnya sehingga polisi tidak dapat menghubungkan dirinya dengan Ren.     

Ketika suasana sedang panas-panasnya, tiba-tiba dari pintu depan kantor polisi, masuklah seorang wanita cantik berpenampilan serba mahal dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Ia berjalan dengan anggun dan sikap arogan yang membuat orang-orang tanpa sadar segera membungkuk hormat ke arahnya.     

Fee menoleh ke belakang karena mengikuti arah pandangan orang-orang dan segera menemukan siapa orang yang baru datang yang menarik perhatian semua orang itu.     

Tanpa sadar ia mendesah dan membuang muka. Fee sama sekali tidak ingin Amelia membantunya di kantor polisi. Namun, ia sadar bahwa Ren pasti mengirim sekretarisnya itu untuk membebaskan Fee tanpa melibatkan dirinya.     

Walaupun Fee sangat tidak menyukai Amelia, mau tidak mau ia terpaksa menerima bantuan gadis sombong itu. Fee sadar kalau ia bersikeras tidak mau dibantu maka ia justru akan membuat Ren menjadi kuatir.     

"Selamat siang, Bu Polisi. Aku mendengar kabar bahwa saudara jauhku menjadi korban salah tangkap," kata Amelia dengan suara dingin begitu ia tiba di meja tempat Fee sedang dimintai keterangan.     

"Selamat siang Lady Amelia, selamat datang. Siapa yang Anda maksud menjadi korban salah tangkap?" tanya polisi yang sedang menginterogasi Fee.     

Amelia menunjukkan dagunya ke arah Fee. Wajahnya tampak tersenyum tipis tetapi ekspresinya sama sekali tidak terlihat ramah. Ia lalu mendesah pendek. "Gadis ini namanya adalah Fee Lynn-Miller. Dia ini saudara jauh saya dari kampung. Rasanya ada kesalahpahaman di sini. Dia tidak mungkin terlibat kasus penganiayaan."     

Ketiga gadis yang menuduh Fee saling pandang keheranan. Mereka semua mengenal siapa Amelia Genevieve. Ia adalah seorang sosialita terkenal, putri tunggal Baron Genevieve yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga kerajaan.     

Gadis kampungan itu adalah saudara jauh Lady Amelia? Rasanya sulit dipercaya.     

Diam-diam ketiga gadis itu saling pandang dengan kening berkerut. Mereka justru kini semakin curiga bahwa Fee memang dalang di balik penganiayaan terhadap Hendrik, karena merasa ia memiliki hubungan dekat dengan keluarga Genevieve.     

Namun, jika hal itu memang benar... mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Kedudukan dan kekayaan keluarga bangsawan tua itu sangat tinggi dan tidak dapat dibandingkan dengan keluarga Milne.     

Ahh.. Hendrik rupanya sedang sial. Ia mengganggu orang yang salah.     

Amelia menebarkan pandangannya ke sekeliling kantor polisi dan bicara dengan nada suara mengancam. "Keluargaku tidak akan membiarkan ini begitu saja. Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas penganiayaan sebenarnya dan menjebak Fee dengan melemparkan tuduhan sembarangan."     

Ketiga gadis itu segera mengkeret ketakutan. Mereka saling mencubit dan menuduh, tidak mau dipersalahkan seorang diri. Brengsek! Walaupun memang Fee terlibat, kali ini mereka tidak dapat berbuat apa-apa.     

"Aku... aku hanya mendengar dari Hendrik dan melaporkan kepada polisi sesuai dengan apa yang kudengar darinya..." kata salah seorang gadis itu buru-buru. "Tolong kalian tanyakan langsung kepada korban."     

"Kami hanya memberi tahu apa yang kami dengar dari Hendrik," temannya ikut menambahkan. "Kami tidak ada di tempat saat peristiwanya terjadi, sehingga kami tidak bisa menjadi saksi."     

Fee hanya memutar matanya melihat perubahan sikap ketiga gadis itu. Walaupun ia sebal karena Amelia yang dikirim untuk menolongnya, ia merasa bersyukur karena ia tidak harus membela diri berlama-lama di kantor polisi.     

Beginilah kenyataan di dunia. Walaupun ia tidak bersalah, tetapi kalau ia berasal dari kalangan bawah dan tidak memiliki pelindung, maka ia tetap akan dikejar dan bisa jadi dianggap bersalah. Sementara Amelia bisa datang seenaknya dengan membawa nama keluarganya yang kaya dan berkuasa... dan Fee langsung bebas dari tuduhan.     

"Maafkan kami atas kesalahpahaman ini, Lady Amelia," kepala polisi sendiri yang buru-buru meminta maaf. "Rasanya memang tidak mungkin anggota keluarga Genevieve akan melakukan perbuatan tercela. Kami akan terus mencari pelaku sebenarnya yang telah menganiaya Tuan Milne."     

Amelia hanya mengangkat bahu. "Bagus."     

"Kalau begitu, kami akan melepaskan sepupu Lady Amelia dan menginterogasi para saksi lainnya untuk mengumpulkan keterangan."     

"Hmm..." Amelia memicingkan matanya dan kini memandang Fee. "Ayo pulang. Kau hampir saja membuat malu keluarga."     

Fee hanya memutar matanya saat mendengar kata-kata Amelia dan segera bangkit berdiri. Ia mengambil tasnya dari meja polisi dan berjalan keluar.     

"Hei.. Tidak tahu terima kasih!" cela Amelia sambil berjalan mengikuti Fee. Setelah keduanya tiba di luar, seorang supir tampak membukakan pintu penumpang sebuah mobil Mercedes mewah.     

"Silakan masuk, Nyonya," kata supir itu dengan hormat. Fee menduga ini adalah mobil dan supir Amelia.      

Ia tidak sudi pulang bersama gadis itu, karenanya Fee buru-buru berjalan menjauh dan menyetop taksi.     

Begitu taksi berhenti, ia segera melompat masuk ke dalamnya dan memberikan alamat rumah. Amelia yang tidak sempat mengejarnya hanya bisa berkacak pinggang dan mengomel-ngomel.     

"Perempuan kampungan itu tidak tahu terima kasih," cetusnya di telepon kepada Ren. "Ini pertama dan terakhir kalinya aku membantunya."     

Ren mengangguk di ujung telepon sana. Ia tahu Fee masih membenci Amelia dan tentu tidak menyukai bahwa tadi yang dikirim untuk menolongnya di kantor polisi adalah Amelia. Namun demikian, sebagai suami Fee, Ren merasa perlu mewakili istrinya untuk mengucapkan terima kasih.     

"Amelia.. terima kasih atas bantuanmu. Bukan Fee yang meminta pertolonganmu, melainkan aku, jadi sudah sewajarnya jika aku yang mengucapkan terima kasih," kata pria itu dengan nada kalem.     

Amelia mendengus tidak senang. "Kau berutang satu kepadaku."     

"Aku mengerti," jawab Ren.     

"Suatu hari nanti aku akan menagihnya," kata Amelia lagi. Ia lalu menutup teleponnya sebelum Ren bisa menanggapi ucapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.